Kajian SabtuRumah Tangga Bahagia
Oleh: Ustadz Ariful Bahri hafizhahullah
Masjid Nurul Hidayah, Brawijaya, Jakarta Selatan
Sabtu, 24 Jumadil Awwal 1447 / 15 Nov 2025
Ketika Allah menghendaki Allah akan mengembalikan ruh kembali kepada jasadnya.
Ada yang tertidur namun ruhnya tidak dikembalikan lagi dan dia tertidur selama-lamanya.
Nabi ﷺ menyebutkan bagaimana sifat seorang Muslim
“Barangsiapa di antara kalian yang pada pagi harinya merasa aman di tempat tinggalnya, sehat tubuhnya, dan memiliki makanan yang cukup untuk hari itu, maka seolah-olah dunia dan segala isinya telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
Syukur dan ibadah adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Tidak ada yang memberikan kemudahan untuk beribadah selain Allah.
Keluarga yang terbaik adalah keluarga Nabi ﷺ. Siapapun di antara kita yang ingin berbahagia, maka contohlah keluarga Nabi ﷺ. Nabi ﷺ berada di jalur agama yang telah disebutkan oleh Allah di dalam Alquran.
Di antara sifat yang harus dimiliki oleh suami dalam rumah tangga
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku“ (HR. Tirmidzi)
Kalau kita berkaca kepada Nabi ﷺ, Nabi ﷺ memberikan dua sifat. Jika kita telah mendapatkan pujian dari 2 orang, maka kita adalah orang terbaik, mereka adalah:
1. Istri
2. Pembantu
Kalau kita belum mendapatkan pujian dari 2 orang ini, maka kita belum menjadi orang terbaik.
Orang terbaik adalah orang yang terbaik kepada orang terdekat. Itulah orang terbaik sesungguhnya. Manusia yang kita selalu berdampingan dengan kita adalah keluarga.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
“Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Alquran."
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sungguh aku telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata kepadaku sekalipun, “Aah”, tidak pernah berkomentar tentang apa yang aku lakukan, “Mengapa kamu lakukan (ini)”, dan tentang apa yang tidak aku lakukan, “Mengapa kamu tidak melakukan demikian (saja.)” (Muttafaqun ‘alaih)
Keluarga Nabi ﷺ adalah keluarga yang bahagia.
Khadijah meninggal pada usia 65 tahun atau pada 10 tahun kenabian.
Keluarga Nabi ﷺ adalah keluarga yang berbahagia, tapi keluarga beliau yang paling banyak perjuangannya.
Selama itu perkara dunia, seorang yang terbaik tidak akan pernah meninggalkan keluarganya. Namun beda cerita kalau itu urusan agama.
Kalau kita marah kepada istri, maka salah satu yang harus dilakukan adalah mengingat kebaikannya. Begitupun ketika suami melakukan kesalahan, maka istri harus mengingat jasa-jasa yang dilakukan oleh suami.
Keluarga yang bermasalah adalah keluarga yang tidak memiliki masalah. Kalau sebuah keluarga memiliki masalah, maka itu tanda Allah sayang kepada keluarga tersebut.
Nabi ﷺ diuji dari segala sisi, yaitu dari sisi anak, termasuk sisi keluarganya.
Nabi memiliki banyak sebutan yang perlu kita Ketahui, yaitu:
Al Malhamah
Al Marhamah
Nabiyur-rahmah
Al Mahiy
Al Musthofa
Al Aqib
Al Hasyir
Ahmad
Muhammad
Di antara salah satu nama Nabi ﷺ adalah Al Malhamah, yaitu perjuangan beliau yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
Nabi ﷺ pernah tidak pulang satu bulan.
Orang bahagia bukan berarti mereka tidak punya masalah. Namun orang bahagia adalah mereka yang memiliki banyak masalah tapi dia tahu ke mana harus kembali.
Nabi Yusuf 'alayhissalam tidak akan menjadi Al-Aziz di Mesir kecuali setelah beliau menjadi budak.
Selama kita mengadu kepada Allah, ujungnya adalah keindahan dan kebahagiaan.
Di antara rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain adalah rahasia di dalam rumah tangga.
Tidak ada nikmat kecuali ada yang hasad.
Nikmat harus dinikmati, bukan dipamerkan. Jika kita memiliki pasangan yang shalih/shalihah, maka nikmati, jangan dipamerkan. Bisa saja besok bercerai.
Nabi ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Kalau Nabi ﷺ bersedekah, itu lebih kencang daripada angin yang berhembus.
Nabi ﷺ memiliki sifat yang mulia.
Nafkah terbaik seorang laki-laki adalah nafkah kepada keluarganya.
Di antara yang harus dilakukan oleh keluarga adalah saling mengingat jasa kebaikan masing-masing. Salah satu yang mampu meredam amarah adalah dengan mengingat kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari No. 5197 dan Muslim No. 907)
Di antara kebahagiaan seorang laki-laki adalah memiliki keluarga yang suka komentar, termasuk memiliki istri yang cerewet.
Empat hari sebelum wafat, dan kondisi Nabi ﷺ sudah semakin parah, Nabi masih sempat menjadi imam salat. Namun saat waktu Isya datang, beliau sudah tiada sanggup keluar. Nabi kemudian bertanya kepada Aisyah, “Apakah orang-orang sudah shalat?” Aisyah menjawab, “Belum, ya Rasulullah, mereka menunggumu.”
Kemudian Nabi minta diambilkan air dan beliau mandi. Setelah itu beliau pingsan. Saat tersadar, Nabi bertanya lagi, “Apakah orang-orang sudah shalat?” Lalu mandi lagi dan pingsan lagi sebanyak tiga kali. Dalam kondisi teramat payah beliau meminta Abu Bakar untuk menjadi imam salat.
“Abu Bakar orang yang lembut hati, suaranya lemah dan suka menangis kalau sedang membaca Alquran,” ujar Nabi ﷺ.
Bahagia itu terletak di dalam ketidaksempurnaan. Mereka yang mengatakan dirinya sempurna maka mereka tidak sempurna.
Laki-laki harus memiliki dua sifat, yaitu:
1. Karam, baik terhadap istri
2. Taghaful, pura-pura tidak tahu