Aku seperti dikelabui perasaanku sendiri. Setiap detiknya aku
menjerumuskan diri untuk memikirkanmu, yang entah bagaimana perasaanmu
kepadaku.
Bagiku, waktu adalah fana. Itu sebab sebenarnya aku tak ingin berkutat dalam kegelisahan dan kesamaran cinta.
Begitulah. Aku bukan orang yang sekali mengenal, lalu jatuh cinta.
Aku sulit sekali mempersilakan seorang wanita untuk masuk ke dalam ruang
kosong yang kusebut hati. Sulit. Benar-benar sulit. Tapi entah mengapa,
kali ini aku ingin membawamu masuk ke dalamnya; sedangkan kamu sendiri
sepertinya masih enggan memasukinya.
Katakanlah sekarang aku jatuh cinta kepadamu, dan aku siap untuk
membagi hampir seluruh waktuku denganmu, tapi apakah kamu juga begitu? —
Jika diibaratkan, mungkin perasaanku sekarang seperti permen yang
sering muncul di televisi dengan tagline “manis, asem, asin”. Meski
ramai rasanya, aku sebenarnya tak nyaman merasakan ini. Aku hanya ingin
manis. Ya, manis untukku dan tentu untuk kita.
Ah, sudahlah. Kalaupun kelak aku memang tak bisa membawamu ke ruang
kosongku, anggap saja itu kegagalanku yang nantinya akan berhasil
kulakukan; tapi mungkin bukan denganmu. Sekarang, aku akan tetap
menyimpan kunci ruang kosongku sampai kau memang menginginkan masuk ke
dalamnya. Bukan hanya ingin melihat sejenak lalu keluar lagi, tapi aku
ingin kau masuk ke dalamnya dan merawatnya dengan baik sampai kita
berdua tak bisa lagi menghembuskan nafas di dunia. Itu saja.
No comments:
Post a Comment