Kajian Rabu with The Rabbaanians
Muslim Superhero Part. 2 (Utsman bin Affan)
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Rabu, 30 Oktober 2024
Contohlah orang-orang hebat walaupun engkau tidak bisa sama persis seperti mereka. Sesungguhnya mencontoh orang baik dan hebat adalah sebuah keberhasilan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka" (QS. Al An'am : 90)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab : 21)
Menjadikan orang lain sebagai idola adalah fitrah manusia, tetapi ketika kita bicara tentang Islam dan keimanan, maka kita tidak boleh salah dalam menjadikan teladan dalam kehidupan kita.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud No. 4607)
Utsman bin Affan adalah Sahabat Nabi ﷺ yang sangat mulia. Dia memiliki keistimewaan yang bisa dijadikan teladan. Beliau adalah salah seorang Sahabat yang dijamin masuk surga di antara 10 Sahabat Nabi ﷺ.
Semua sahabat Nabi ﷺ pasti masuk surga, tetapi 10 Sahabat di atas memiliki keutamaan khusus.
Utsman lahir dari Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah ﷺ pada Abdi Manaf Terakhir dari suku Quraisy. Nasab Utsman dan Nabi berkumpul pada Abdi Manaf.
Nenek Utsman yang bernama Ummu Hakim adalah anak dari Abdul Muthalib.
Dilahirkan pada tahun ke-6 setelah tahun gajah, sehingga Utsman lebih muda 6 tahun dari Rasulullah ﷺ. Utsman adalah Sahabat Nabi yang ke-4 yang masuk Islam setelah Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid Abu Haritsah dari kalangan laki-laki. Yang mengajak Utsman untuk masuk Islam adalah Abu Bakar, seorang Sahabat yang sangat giat mengajak orang untuk masuk Islam.
Utsman bin Affan menikah dengan 2 anak Nabi ﷺ yaitu Ruqoyyah dan Ummu Kaltsum. Ini adalah keistimewaan tersendiri pada diri Utsman. Kemudian Utsman dijuluki sebagai dua cahaya.
Awalnya, Ruqoyyah dan Ummu Kaltsum dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab namun belum pernah digauli. Kemudian turunlah surah Al Lahab. Pada saat turun surah tersebut, akhirnya kedua anak Abu Lahab menceraikan kedua anak Nabi ﷺ hingga dinikahi oleh Utsman bin Affan.
Mereka lalu hijrah ke Madinah. Setibanya di Madinah, Ruqoyyah sakit sehingga Utsman harus merawatnya dan melewatkan perang Badr. Kemudian Ruqoyyah wafat, dan Nabi ﷺ menikahkan Utsman dengan Ummu Kaltsum. Pada tahun 9 Hijriyyah, Ummu Kaltsum wafat.
Maksud dari Utsman menikahi kedua anak Nabi ﷺ adalah menikahi secara bergantian, bukan menikah dengan 2 wanita sekaligus, karena ini dilarang.
Sifat-sifat Utsman bin Affan, di antaranya adalah:
1. Seorang Sahabat yang hijrah 2x dalam hidupnya.
Ini adalah kemuliaan yang besar. Hijrah di masa tersebut bukan sesuatu yang mudah. Jika seseorang hijrah pasti ada urusan dunia yang harus ditinggalkan
Utsman adalah orang kaya yang memiliki banyak harta, namun itu tidak menghalanginya untuk hijrah. Beliau hijrah ke Habasyah lalu ke Madinah atas perintah Nabi ﷺ. Jangan sampai ketika ada perintah datang kepada kita untuk hijrah, lalu kita masih terlena dunia.
Hijrah bisa secara fisik dan batin.
Hijrah fisik adalah sebagaimana Utsman pindah dari kota Mekkah ke Habasyah dan Madinah.
Hakikat hijrah adalah ketika seseorang meninggalkan dosa dan maksiat menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Setiap orang wajib mendengarkan perintah Allah dan RasulNya sehingga ia tunduk kepada ketetapan Allah dan RasulNya. Setan tidak akan diam ketika kita berhijrah, dia memberikan kekhawatiran kepada kita, namun semuanya harus kita lawan. Di antara Fiqih seorang hamba harus mengetahui dan bisa membedakan antara kebaikan dengan bisikan setan.
Diriwayatkan dari Sabrah bin Abi Fakih, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya syaitan duduk untuk menghalang-halangi seorang anak Adam dari berbagai jalan. Syaitan duduk menghalangi jalan untuk masuk Islam. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu masuk ke dalam Islam dan kamu tinggalkan agamamu, agama bapak-bapakmu dan agama nenek moyangmu?’ Anak Adam tersebut tidak mentaatinya, kemudian dia masuk Islam. Kemudian syaitan pun menghalangi jalan untuk berhijrah dan dia berkata, ‘(Apakah) kamu akan berhijrah dan kamu meninggalkan bumi dan langitmu (tempat tinggal dan kampung halaman)? Sesungguhnya perumpamaan orang yang berhijrah adalah seperti kuda yang diikat dengan tali (yaitu seperti seseorang yang berniaga). Kemudian anak Adam tesebut tidak mentaatinya dan terus berhijrah. Kemudian syaitan duduk untuk menghalangi jalan untuk berjihad. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu akan berjihad? Jihad itu adalah perjuangan dengan jiwa dan harta. Engkau berperang, dan nanti kamu terbunuh, istrimu akan dinikahi (oleh orang lain) dan hartamu akan dibagi-bagi.’ Kemudian anak tersebut tidak mentaatinya, kemudian terus berjihad.” Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “Barangsiapa yang melakukan hal tersebut, maka Allah berkewajiban untuk memasukkannya ke dalam surga" (HR. An-Nasa'i No. 3134)
Utsman adalah Sahabat Nabi ﷺ yang sanggup untuk melawan setan dan dia bisa hijrah ke dua tempat hingga ia menetap di Madinah sebagai tempat tinggal.
2. Seorang yang memiliki sifat malu
Sifat malu adalah sifat kemuliaan, tanda keimanan seseorang.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu , ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Laa ilaaha illaallah, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman." (HR. Bukhari)
Sifat malu adalah sifat yang bisa menjadikan seseorang bertaqwa kepada Allah. Seseorang bisa terhalang dari dosa dan maksiat karena sifat malunya.
Ibnu Hibban mengatakan bahwasanya sifat malu terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Malu kepada Allah
Jika seseorang tidak melakukan maksiat karena dia malu kepada Allah, maka ini adalah derajat tertinggi.
2. Malu kepada manusia
Jika seseorang tidak melakukan maksiat karena dia malu kepada manusia, maka ini adalah sifat terpuji.
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah berkata, “Rasulullah ﷺ berbaring di rumahku dalam keadaanya kedua paha dan kakinya terbuka. Tiba-tiba Abu Bakar meminta izin (untuk masuk), beliau pun mengizinkannya.
Rasulullah ﷺ berbicara tetap dalam keadaan seperti itu. Selanjutnya, Umar meminta izin (untuk masuk), beliau pun mengizinkannya. Kemudian, Utsman meminta izin.
Rasulullah duduk dan merapikan pakaiannya. Utsman masuk, dan berbicara pada Rasulullah ﷺ.
Ketika Utsman keluar, Aisyah berkata, “Abu Bakar masuk, tetapi engkau tidak peduli dengannya. Kemudian Umar masuk, dan engkau tetap tidak peduli dengannya. Lalu Utsman masuk, baru engkau duduk dan merapikan pakaianmu.”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidakkah aku malu pada seseorang yang malaikat pun malu ke padanya?” (HR. Ahmad).
3. Dermawan
Utsman bin Affan adalah saudagar kaya yang tidak pernah bosan untuk berinfaq. Ia tidak pernah pelit untuk mengeluarkan hartanya.
Saat Perang Tabuk melawan Romawi, Utsman menyediakan 300 ekor unta dan 1.000 dinar dari kantong pribadinya untuk bekal perang. Utsman juga tidak segan mengeluarkan hartanya untuk kebaikan umat Islam. Misalnya ketika Utsman bin Affan membeli sebuah sumur milik orang Yahudi di Madinah untuk umat Islam.
Ketika Nabi ﷺ ingin melakukan perluasan masjid Nabawi, Utsman yang melakukannya.
Sedekah adalah bukti keimanan seseorang. Kalau keimanan seseorang itu jujur, maka dia tidak akan pelit mengeluarkan sedekahnya untuk kebutuhan kaum Muslimin.
Abu Thalhah adalah Sahabat yang memiliki kebun yang paling dia cintai. Hingga Allah menurunkan surah Ali Imran ayat 92:
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."
Kemudian Abu Thalhah mendatangi Nabi ﷺ dan memberikan kebun tersebut untuk Allah. Abu Thalhah lalu menjual kebun tersebut dan seluruh uangnya disedekahkan kepada orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim No. 2558)
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba : 39)
Hakikat dari sedekah adalah bahwasanya kita sedang menabung, dan Allah akan memberikan ganjaran pahala.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang shalih” (HR. Muslim No. 1631)
Kebaikan sedekah adalah sesungguhnya berbuat baik kepada orang lain mencegah kita dari kejadian yang buruk.
No comments:
Post a Comment