Friday, 25 February 2011

Aku Bahagia Jika Banyak Orang Membicarakanku

Semua berawal dari munculnya aku ke permukaan dunia. Mulai mengenal banyak manusia yang tentunya punya nama, seperti Joni, Deni, Mia, Santi, dan yang lainnya. Aku beradaptasi dengan mereka yang sebelumnya tak kukenal. Banyak karakter yang bisa kupelajari dari masing-masing kepala. Joni misalnya, ia seorang pria penyuka sesama jenis dan berkepribadian wanita, tapi menurutku ia adalah seorang pria yang menyenangkan. Dia sangat menyukai film, dan sekarang sedang, katakanlah terkena movie syndrome. Selain berkuliah, sehari-hari hidupnya dihabiskan oleh naskah, skenario, syuting, editing, atau apapun yang berhubungan dengan itu. Ia rela mengorbankan kegiatan lain bersama teman-temannya demi kesibukan filmnya itu. Maklum, namanya juga syndrome! Sudahlah. Joni adalah contoh betapa aku sangat mempelajari karakter setiap orang, entah yang kukenal atau tidak.

Aku percaya bahwa orang lain pasti juga akan mempelajari bagaimana aku, sifatku, sikapku, hingga penampilanku. Pasti tak sedikit orang yang menilaiku (mungkin) arogan, sombong, atau diktator. Tapi tak sedikit juga orang yang menilaiku baik, senang menolong, jarang mengeluh, dan sebagainya. Tapi itu hanya anggapan dan penilaian mereka saja terhadapku, dan selama apa yang menurutku benar, pasti aku lakukan. Bahkan Joni dan teman-teman yang lain juga akan melakukan hal yang sama. Buruknya, masih banyak orang yang membicarakan keburukan orang lain di belakang. Seperti “eh, si A sok artis ya, coba deh perhatiin gayanya”, atau bermain kata lewat sindiran. Menurutku itu menyedihkan! Seharusnya orang yang membicarakan keburukan di belakang atau menyindir orang lain itu bisa langsung menujukan penilaiannya kepada yang bersangkutan. Karena faktanya, tidak semua orang akan senang jika dirinya dibicarakan orang lain di belakang. Itu bisa sangat menyakitkan untuknya, bahkan melebihi sakitnya ditinju berkali-kali. Tapi di antara sedikit orang yang senang dibicarakan di belakang, mungkin aku adalah salah satunya. Bahkan dibenci orang sekalipun, aku masih bisa tersenyum dan terus berpikir positif pada mereka. Tak ada dendam sama sekali, dan tak ada keinginan untuk melakukan hal seperti itu. Lebih baik kalau aku tak suka, aku bicara langsung ke orangnya.

Frontal itu baik, karena mengarah pada kejujuran. Dan tak ada yang salah dengan kejujuran, selama itu dibicarakan di depan yang bersangkutan. Aku termasuk orang yang bisa dikatakan frontal, berbicara tentang apa yang aku ingin bicarakan. Aku pikir mereka baik hati karena sudah menyisihkan waktunya untuk membicarakanku dan (mungkin) menjelekan aku di belakang. Perhatian sekali ya. Semakin aku dibicarakan, itu berarti semakin membuatku mengerti tentang kedewasaan. Setidaknya mengajarkan aku bahwa aku tidak boleh seperti mereka. Itu sebabnya AKU BAHAGIA JIKA BANYAK ORANG MEMBICARAKANKU.

No comments:

Post a Comment