Thursday, 29 September 2011

Cinta Atas Nama Dirimu

Asingku berlari mengitari tempat yang maha luas.
Tak mengerti apa yang harus kulakukan.
Ibaratkanlah aku laksana buih-buih lautan yang terdampar jauh ke sudut samudera.
Dan ketika angin berhembus, aku pun siap untuk lenyap, seakan tak pernah ada.

Terlintas dalam jiwa kosongku, sesuatu yang nyaris tak aku mengerti.
Sadar aku akan satu kehilangan yang tak kutemukan di mana pun.
Yang aku mengerti hanya sebagai satu kata bermakna dalam jiwa.
Yang membuatku lelah jika kehilangan. Sadar aku telah dibelenggu cintamu.

Sadar mencintaimu adalah hampir separuh desahan napasku.
Roh yang bersemayam dalam separuh jiwa pengembaraku.
Yang tidak berbentuk dari emas dan berlian, melainkan datang dari keindahan jiwa tempat kau dan cinta diberi.

Cinta yang memiliki tangan-tangan halus bagai sutera, yang punya jemari kuat untuk mencengkeram dan menyakiti dengan derita.
Tapi yang membuatku mampu berdiri di hadapan tahta kehidupan, tanpa setitik keringat dan setetes darah.
Getaranmu atas nama cinta menjadikanku tampak hidup, walau hanya sebagai buih-buih pencinta.

Lama aku mengitari yang luas, akhirnya kutemui di sudut terpencil yang bercahaya.
Separuh desahan napas yang memenuhi jiwa, yang untukku hadir sebagai dirimu.
Yang terdekat di hatiku, bertahta dalam istanaku, dan yang paling indah sebagai anugerah pencinta.

Keindahan cinta atas nama dirimu hadir dalam awal kebahagiaan pengembara cinta, sebagai buih-buih pencinta dalam hamparan maha luas yang asing.

Lama aku asing dan lemah sebagai buih-buih, tapi kini aku sadar, mencintaimu membuatku kuat.
Walau hanya sebagai buih-buih yang berbahaya, karena cinta atas nama dirimu adalah kekuatan terkuat dan termegah dalam hidup ini.

No comments:

Post a Comment