Toxic Marriage
Oleh: Ustadz Taufiq Al Haddad hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Jumat, 9 Sya'ban 1446 / 7 Februari 2025
Pernikahan sering dikatakan menempuh bahtera antara suami dan istri, mengarungi luasnya lautan kehidupan, hingga sampai ke tujuan bersama, yaitu surga.
Pernikahan adalah salah satu tanda keagungan Allah yang diberikan kepada kita.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum : 21)
Dengan adanya istri, rumah tangga menjadi tenang dan tenteram. Betapa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang memberikan pasangan yang sejuk bagi kita.
Namun ada pula konflik di dalam rumah tangga, bahkan hingga perceraian. Bukan hanya masyarakat umum, tetapi Sahabat Nabi pun ada yang mengalami perceraian, bahkan Rasulullah ﷺ pun merasakan perceraian.
Ada kalanya pernikahan berjalan baik, namun seiring jalannya waktu, ada keadaan yang menjadikan pernikahan itu toxic, racun dalam pernikahan. Racun bisa berbahaya terkandung kadarnya. Semakin banyak kadarnya, maka semakin cepat mati.
Bagaimana hubungan suami dan istri yang dipenuhi oleh perilaku yang merusak, baik dalam fisik atau psikologis?
Toxic Marriage sangat bertentangan dengan syariat.
Ciri-ciri Toxic Marriage adalah:
1. KOMUNIKASI YANG BURUK
Kurangnya komunikasi bisa berujung pada pertengkarana. Apalagi jika suami-istri saling bekerja. Pada saat keadaan sama-sama letih, keduanya bisa saja saling bertengkar.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا۟ ٱلنِّسَآءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا۟ بِبَعْضِ مَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأْتِينَ بِفَٰحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An Nisaa : 19)
Memang terkadang berat untuk bersabar dengan perilaku istri, tapi kita diperintahkan untuk bersabar.
2. ADANYA SU'UDZON, CURIGA YANG TIDAK SEHAT
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Waspadalah dengan buruk sangka karena buruk sangka adalah sejelek-jeleknya perkataan dusta.” (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563)
3. TIDAK ADA HUBUNGAN EMOSIONAL ANTARA SUAMI-ISTRISuami-istri walaupun hidup bersama, tapi keduanya tidak merasakan ketenangan. Saling sibuk masing-masing.
Walaupun berada dalam rumah tangga yang sah, memiliki anak-anak, namun ketika suami-istri tidak ada hubungan emosional, maka akan menyebabkan salah satunya atau keduanya merasa kesepian sehingga mencari pelampiasan dan perhatian di luar.
Ketika suami terkena fitnah syahwat dari wanita di luar rumah, maka hendaknya suami mendatangi istrinya. Karena apa yang dimiliki oleh wanita lain, juga dimiliki oleh istrinya.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah melihat seorang wanita, lalu beliau masuk ke rumah Zainab istri beliau yang sedang menyamaki kulit miliknya. Lalu beliaupun menyelesaikan hasratnya (kepada istrinya). Setelah itu beliau keluar mengunjungi para sahabatnya dan bersabda, ‘Sesungguhnya wanita itu datang bagaikan bentuk setan dan pergi bagaikan bentuk setan. Barangsiapa yang mendapati hal demikian, hendakanya ia mendatangi istrinya. Karena hal tersebut bisa meredam gejolak syahwat yang ada dalam dirinya.” (HR. Muslim: 3473)
4. ADANYA KDRT (KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)
Menurut Kementerian, Indonesia sedang darurat KDRT karena kasus yang meningkat 51% KDRT. Di antara macam KDRT adalah:
1. Fisik
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari)
Jika seorang istri mendapatkan kekerasan fisik, maka Islam memberikan solusi yaitu Khulu', yaitu menggugat cerai suaminya.
2. Verbal
Kekerasan verbal bukan berarti harus saling berbantah-bantahan, namun saling berdiam diri juga termasuk di dalamnya atau yang biasa dikenal sebagai silent treatment.
3. Ekonomi
Suami yang tidak memberikan nafkah kepada istrinya, ini termasuk KDRT dalam perkara ekonomi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kecuali jika suami memiliki udzur seperti sakit atau kecacatan fisik, maka ini bisa ditoleransi.
Jika suami pelit dalam memberikan nafkah, maka istri boleh mengambil harta suami dengan cara yang ma'ruf dan menggunakannya hanya untuk sesuatu yang dibutuhkan, bukan untuk membuat mewah diri sendiri.
Dari ‘Aisyah bahwa Hindun binti ‘Utbah berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan (suamiku) seorang laki-laki yang bakhil. Dia tidak memberi (nafkah) kepadaku yang mencukupi aku dan anakku, kecuali yang aku ambil darinya sedangkan dia tidak tahu”. Maka beliau bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan patut”. (HR. Bukhari No. 5364 dan Muslim No. 1714)
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِۦ ۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُۥ فَلْيُنفِقْ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَا ۚ سَيَجْعَلُ ٱللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS. Ath-Thalaq : 7)
Memberikan nafkah kepada istri adalah sesuai kemampuan.
5. NPD (Narcissistic Personal Disorder)
Masalah ini termasuk dalam gangguan kejiwaan.
Di antara ciri dari NPD adalah:
✓ Memiliki rasa superior secara berlebihan, merasa lebih unggul daripada yang lain
✓ Selalu mencari validasi terhadap dirinya sendiri. Ingin selalu dipuji oleh orang lain
✓ Tidak berempati, semua harus tertuju kepadanya, dan selalu playing victim dalam setiap peristiwa
✓ Memiliki hubungan yang manipulatif, selalu bermain dengan pikirannya sendiri
✓ Suka mengabaikan perasaan pasangannya
✓ Suka memutarbalikkan fakta
Penyebab Toxic Marriage:
1. Bodoh dalam perkara agama
Rasulullah ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Suami-istri harus belajar agama, agar rumah tangga yang dijalankan jauh dari konflik.
2. Tidak memerhatikan dan tidak menerapkan agama Islam
Suami atau istri selalu menerobos larangan dalam syariat, padahal mereka sudah tahu hukumnya.
Kalau suami-istri saling kerja, maka keduanya akan sama-sama letih. Itu bisa menjadi pemicu konflik dan ribut dalam rumah tangga. Jangankan mau melayani suami, diajak berhubungan pun istri menolak. Naudzubilllah.
3. Tidak mengikuti tuntunan Islam dalam memilih pasangan
Rasulullah ﷺ bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعِ : لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرُ بِذَاتِ الدَيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
"Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung." (Muttafaqun 'Alayh)
4. Pengaruh media
Sekarang zamannya sosial media, salah satu yang menjadikan toxic marriage karena melihat standar hidup orang lain.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An Nisaa : 32)
Cara Menghindari Toxic Marriage:
1. Mendidik keluarga kita
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim : 6)
Harus bisa saling support antara suami-istri, terutama di dalam perkara ketaatan kepada Allah.
2. Melatih diri untuk berakhlaq baik
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku“ (HR. Tirmidzi)
3. Berusaha memenuhi kebutuhan
Kita tidak boleh mementingkan diri sendiri dalam hal biologis, karena itu termasuk perbuatan dzalim. Maka hendaknya suami-istri saling memenuhi kebutuhannya dalam segala hal, termasuk dalam perkara biologis.
4. Terlibat dalam tarbiyah (Pendidikan) istri dan anak
5. Bersikap lembut dan berkata baik dengan pasangan
"Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya“. (HR. Muslim No. 2593)
Ketika kita mampu berlemah lembut dengan pasangan, maka dia akan merasakan bagaimana rumah tangga yang seharusnya.
No comments:
Post a Comment