Sunday, 2 January 2022

Kajian Ahad: Pelajar Senior, Ilmu Junior

Kajian Ahad
Pembahasan Kitab Hadits Arbain karya Imam An-Nawawi
Oleh: Ustadz Ega Abu Fahd, Lc
Ahad, 2 Januari 2022
Masjid Nurul Iman, Blok M Square

Sebab-sebab keilmuan tidak bertambah:
1. Menunda-nunda untuk belajar, jalan belajarnya terputus-putus
Segerakan dalam beribadah.
Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu ia berkata:
"Kalau engkau mau berbuat baik di sore hari, jangan tunggu sampai pagi hari"

Ketika kita punya niat untuk belajar, maka langsung lakukan, jangan ditunda-tunda.

2. Kurangnya doa kepada Allah
Seseorang menganggap semua kecerdasan berasal darinya, dia lupa bahwasanya itu berasal dari Allah.

Ketika belajar namun seseorang tidak meminta taufiq kepada Allah, maka tidak akan diberikan

Rasulullah ﷺ mengajarkan kita berdoa meminta ilmu yang bermanfaat, sering kita baca setiap selesai Subuh.

3. Niatnya tidak benar
Mungkin niatnya bukan karena Allah, atau merasa takut riya' sehingga tidak mau belajar.

Seseorang beramal untuk manusia, itu riya'. Seseorang meninggalkan amalan karena manusia, itu riya'.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya"

"Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, mendebat orang bodoh, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka"

Imam Ahmad ketika ditanya mengenai ikhlas dalam menuntut ilmu
"Ikhlas dalam menuntut ilmu yaitu seseorang berniat untuk mengangkat kebodohan dalam dirinya, dan mengarahkan kebenaran pada manusia"

Tiga golongan yang dimasukkan ke dalam neraka:
1. Alim ulama, supaya dipanggil seorang ulama
2. Mujahhid, supaya dianggap berjihad di jalan Allah
3. Dermawan, supaya dipanggil sebagai orang dermawan

Meluruskan niat dilakukan pada saat, sedang, hingga akhir beramal.

Sufyan Ats-Tsauri berkata:
"Aku tidak pernah berusaha mengobati kecuali mengobati niatku"

Jangan sampai kita sum'ah dan ujub, tidak berbangga diri terhadap amalan sendiri.

Umar bertanya kepada Hudzaifah (menyimpan daftar orang-orang munafik) tentang dirinya, apakah dia termasuk golongan di dalamnya? Itu bukti betapa khawatirnya Umar terhadap dirinya.

Sifat orang mukmin tidak mau berbangga dan selalu merasa khawatir terhadap setiap amalannya.

Hisyam
"Demi Allah, aku tidak pernah mengatakan bahwasanya aku sedang menuntut ilmu dan menjamin ada yang ikhlas karena Allah"

Adz-Dzahabi
"Sama, aku pun begitu"

4. Tidak punya strategi dalam belajar
Mulai dari yang terpenting atau prioritas dan bertanya kepada guru. Fokus dalam belajar.

Bertahap dalam belajar, sedikit demi sedikit
Untuk membangun tingkat keilmuan seseorang secara sempurna.

Bahwasanya Utsman, Abdullah bin Mas'ud belajar dari Nabi ﷺ hanya 10 ayat per hari. Maka kami pun mempelajari Alquran secara bertahap.

Abu Hilal Al Askary berkata:
"Bahwasanya dahulu aku sulit menghapal, akhirnya saya beritahu Ayah dan Paman, hingga mereka meminta untuk menghapal sedikit demi sedikit. Kemudian ketika sudah terbiasa, aku bisa menghapal 1 buku puisi dalam sehari"

5. Tidak sepenuh hati
Belajar tidak maksimal dan tidak total.
Banyak hal bermanfaat bagi kita, dan Nabi ﷺ memerintahkan kita untuk semangat dalam mengejarnya.

Ketika bertemu rintangan, maka hadapi.

Said bin Jubair mengatakan
"Terkadang aku belajar dari Ibnu Abbas. Saya tulis faedah-faedah di kertas. Ketika kertas penuh, aku tulis di sandal, lalu aku tulis di tangan"

Abdurrahman ibn Abi Hatim Arrazy pernah dinasihati ayahnya
"Wahai anakku, saya berjalan untuk belajar hadits lebih dari 1000 farsaqh (5000km)"

Abu Waqd As-Siji (murid Bukhari)
"Dulu aku dibawa belajar sama Ayahnya dan dibawa ke Sijistan ke Baghdad jalan kaki. Sampai tengah jalan aku kelaparan, dan Ayahku meminta membawa 2 batu.

6. Tidak ada bimbingan guru
Guru Imam Bukhari sebanyak 289 orang.
Imam Muslim 220

Ibnu Hibban mengatakan
"Sepertinya saya sudah menulis hadits dengan lebih dari 2000 orang guru"

Pentingnya punya guru:
1. Memudahkan pemahaman dan mengarahkan
2. Mengevaluasi kesalahan
3. Melihat langsung praktik dari ilmu yang dipelajari

Adab tidak bisa dipelajari dari buku, melainkan bisa kita ambil dari talaqqi (ahli ilmu).

7. Tidak diamalkan
Murid Abu Hanifa
"Dulu Abu Hanifa dijuluki paku karena banyak shalatnya"

"Abu Hanifa shalat Subuh dengan wudhu shalat Isya selama 40 tahun, dan mayoritas malamnya dengan bacaan Alquran, dan tangis beliau bahkan terdengar oleh tetangganya."

"Dulu Imam Syafi'i mengkhatamkan Alquran sebanyak 60x selama Ramadhan ketika shalat"

Anak Abdullah bin Hanbal, anak Imam Ahmad bin Hambal berkata:
"Dahulu Ayahku shalat 300 rakaat dalam sehari, dan saat beliau sakit, beliau shalat 150 rakaat"

Pagi hapal Alquran, malam dibaca saat tahajjud

No comments:

Post a Comment