Silsilah Ilmiyyah 1 - Belajar Tauhid
Halaqah 24: Menyandarkan Kenikmatan kepada Allah
Oleh: Ustadz Abdullah Roy hafizhahullah
Kamis, 12 September 2024
Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan dan segala jenisnya adalah dari Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ
"Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan, maka dari Allah-lah datangnya." (QS. An Nahl : 53)
Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allah misalnya ungkapan "Kalau pilot tidak mahir, niscaya kita sudah celaka", "Kalau bukan karena dokter, niscaya saya tidak akan sembuh", dan sebagainya. Ini adalah contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab.
Allah Ta'ala berfirman:
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا
"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS. An Nahl : 83)
Seharusnya kenikmatan tersebut disandarkan kepada Allah, Dzat yang menciptakan sebab. Yang seharusnya dikatakan adalah, "Kalau bukan karena Allah, niscaya kita sudah celaka", atau "Kalau bukan karena Allah, niscaya uang kita akan hilang", atau "Kalau bukan karena Allah, kita tidak akan sembuh", dan sebagainya. Yang demikian adalah karena Allah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan, nikmat kesembuhan, dan sebagainya. Sedangkan makhluk hanya sebagai alat sampainya nikmat tersebut kepada kita.
Kalau Allah menghendaki, niscaya Allah tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain. Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya, karena mereka telah menjadi sebab kenikmatan tersebut, bahkan diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan doa yang baik. Namun, pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah semata. Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment