Sunday, 3 November 2024

Kajian Ahad: Anak Adalah Nikmat Sekaligus Amanat // Ustadz Abu Salma Muhammad hafizhahullah

Kajian Ahad
Anak Adalah Nikmat Sekaligus Amanat
Kitab: 48 Kaidah Mendidik Anak
Oleh: Ustadz Abu Salma Muhammad hafizhahullah 
Masjid Baitussalam, Cilandak, Jakarta Selatan
Ahad, 3 November 2024

Faidah Mendidik Anak:
1. Anak adalah karunia yang besar
Anak adalah nikmat dan karunia yang besar. Ini adalah termasuk nikmat kepada siapa saja yang Allah kehendaki.

Nikmat Allah begitu banyaknya, namun sebagian ulama membagi 3 nikmat agar lebih mudah memahami dan tidak keluar dari dalil:
1) Nikmat keberadaan/kehidupan, yang tadinya tidak ada menjadi ada.
Allah Ta'ala berfirman:
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (QS. Al Insaan : 1)

Untuk bisa mengenal Allah, maka tidak jalan selain kita pelajari dari kitabNya, yaitu Alquran. Kita tidak boleh berbicara tentang Allah dengan akal, melainkan harus dengan dalil.

Misalnya Allah mengatakan bahwa Allah memiliki 2 tangan, sebagaimana Allah berfirman:
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, Kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". (QS. Shad : 71-75)

Penting bagi kita untuk mengambil Aqidah dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ﷺ. 

2) Nikmat untuk mendukung kehidupan.
Di antara nikmat Kehidupan, Allah hadirkan orang tua kepada anak, anak kepada orang tua. Allah juga hadirkan Sahabat untuk bisa menopang kehidupan kita.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al Insaan : 2)

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An Nahl : 78)

3) Nikmat Hidayah
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. Al Insaan : 3)

Allah memberikan petunjuk dengan menurunkan Alquran, mengutus para Nabi dan Rasul, dan mengirimkan ulama sebagai penerus para Nabi dan Rasul.
 
Anak adalah karunia dan nikmat yang harus disyukuri dan dijaga. Namun banyak orang yang kufur kepada Allah.

Di antara sifat kufur adalah menyekutukan Allah.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Beliau ﷺ menjawab, “Engkau menyekutukan Allâh padahal Dia yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling besar. Jika ada orang kafir, walaupun dia suka membantu, akhlaqnya baik, bahkan jika menjadi orang yang paling baik, tapi dia berbuat kesyirikan dan tidak menyembah Allah, maka semua kebaikannya tidak ada artinya di sisi Allah.

Allah hanya akan memberikan Hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Siapa yang Allah kehendaki hidayah, maka dia adalah orang yang paling bahagia.

Seluruh manusia pasti ingin bahagia dan kebahagiaan yang sebenarnya ada di surga. Kita diuji dengan kesedihan, ketakutan, dan gelisah. Allah menguji kita untuk bisa merasakan kebahagiaan. 

3 tanda kebahagiaan:
1. Apabila dia dikaruniakan sesuatu, maka dia bersyukur.
Jika kita ingin nikmat Allah bertambah dan tidak hilang, maka kita harus bersyukur.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

2. Apabila dia diuji, maka dia bersabar
Seorang mukmin ketika diuji memiliki 4 tingkatan, yaitu:
1. Manusia yang ketika diuji, dia murka
2. Manusia yang ketika diuji, dia bersabar
3. Manusia yang ketika diuji, dia ridho
4. Manusia yang ketika diuji, dia bersyukur

3. Apabila dia berbuat dosa, maka dia segera meminta ampun kepada Allah
Seberapapun kita berdosa, selama kita bertaubat dan kembali kepada Allah, maka Allah akan mengampuni.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, namun sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah dia yang bertaubat." (HR. At-Tirmidzi No. 2499, Ibnu Majah No. 4251, Ahmad III/198, al-Hakim IV/244)

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata bahwasanya syukur memiliki 3 rukun, yaitu:
1. Mengakui dengan hati bahwa nikmat ini dari Allah
2. Mengungkapkan dengan lisan
3. Menggunakan nikmat dengan anggota tubuh Di dalam ketaatan.

Dengan bersyukur, kita bisa mengajarkan kepada anak tentang bagaimana dia mengenal karakter pribadi. Anak harus diberikan pijakan atau landasan syariat. Kita ajarkan anak-anaknya dengan mengakui pemberian Allah pada dirinya, lalu ajarkan untuk mengucapkan syukur, dan ajarkan anak menggunakan nikmat dari Allah.

Anak yang nakal adalah akumulasi dari kekeliruan yang dilakukan orang tua. Maka orang tua harus bisa memperbaiki dirinya, kemudian ia bersabar dalam mendidik dan meminta pertolongan Allah.

Di antara mensyukuri nikmat Allah dengan anggota tubuh kita adalah dengan menjaga dan melindungi anak kita.

Allah memberikan kita nikmat Kehidupan, dan ini akan menentukan hidup kita setelah Kematian. Hidup di dunia adalah waktu di mana kita beramal, dan jika sudah meninggal dunia, tidak ada lagi amal melainkan hisab.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: 1) Sedekah Jariyah, 2) Ilmu yang bermanfaat, 3) Anak shalih yang mendoakan." (HR. Muslim No. 1631)

Harta yang kita miliki bisa menjadi musuh dan bisa menjadi penolong kita jika disedekahkan untuk yang membutuhkan.

Ilmu juga bisa menjadi musuh atau sahabat bagi kita.

Anak-anak pun begitu. Kalau kita didik dan ajarkan anak-anak kita dengan Tauhid, dengan Sunnah Nabi ﷺ, sehingga ketika kita meninggalkan dunia, ajaran dan didikan kita akan menjadi pahala jariyah bagi kita.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”. (HR. Ahmad)

Anak-anak kita adalah buah hati bagi orang tuanya, mereka adalah penopang punggung orang tua, dan mereka juga adalah perhiasan dunia ini.

Secara tabiat, manusia senang dengan anak-anak. Siapapun manusia yang masih memiliki fitrah yang lurus, maka dia akan senang dengan anak kecil. Di surga Allah jadikan anak-anak sebagai pelayan surga yang tidak pernah menua.

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al Kahfi : 46)

"Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Al Furqon : 74)

- Insyaa Allah BERSAMBUNG di pertemuan berikutnya -

No comments:

Post a Comment