Kajian Sabtu
Agar Pahala Terus Mengalir
Oleh: Abu Haidar As-Sundawy hafizhahullah
Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Sabtu, 2 November 2024
Membantu kebutuhan kaum Muslimin lebih penting daripada itikaf di masjid Nabawi. Namun ketika harus memenuhi hak Allah seperti shalat 5 waktu, maka dahulukan hak Allah tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah seseorang menanam satu pohon lalu pohon itu dimakan oleh manusia dan hewan kecuali itu menjadi sedekah bagi yang menanamnya sampai hari Kiamat selama pohon itu dimanfaatkan oleh makhluk lain." (HR. Muslim)
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim No.1552)
Abu Darda suatu saat didatangi oleh seseorang di Damaskus ketika dia sedang menanam pohon, kemudian dia ditanya"
"Wahai Abu Darda, engkau adalah Sahabat Nabi ﷺ, lalu mengapa engkau menanam pohon?" Abu Darda berkata, "Jangan terburu-buru menilaiku, karena aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah seseorang menanam suatu pohon kemudian pohon tersebut dimakan oleh makhluk lain kecuali itu adalah sedekah." (HR. Ahmad)
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
"Hadits-hadits tadi menjelaskan keutamaan menanam pohon dan keutamaan pertanian dan menjadi pahala bagi orang yang melakukannya secara terus menerus."
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Semua perbuatan ma'ruf adalah sedekah, dan yang namanya perbuatan ma'ruf pasti membawa manfaat." (HR. Bukhari No. 6021)
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu ia berkata bahwa beberapa orang dari Sahabat berkata kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rasulullah. Orang-orang kaya telah pergi dengan membawa banyak pahala. Mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa seperti kami puasa, dan mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah dari yang mungkar adalah sedekah, dan salah seorang dari kalian bercampur (berjima’) dengan istrinya adalah sedekah.” Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah! Apakah jika salah seorang dari kami mendatangi syahwatnya (bersetubuh dengan istrinya) maka ia mendapat pahala di dalamnya?” Beliau menjawab : “Apa pendapat kalian seandainya ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, bukankah ia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang halal, maka ia memperoleh pahala.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu , ia bertanya: “Wahai Rasulullah! Amalan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Iman dan jihad di jalan Allah.” Aku bertanya: “Memerdekakan budak apakah yang paling baik?” Beliau menjawab: “Memerdekakan budak yang paling bernilai menurut pemiliknya dan paling mahal harganya.” Aku bertanya: “Jika aku tidak dapat melakukannya?” Beliau menjawab: “Engkau membantu orang yang terampil dan berbuat untuk orang yang tidak terampil.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika aku tidak dapat mengerjakan sebagian pekerjaan?” Beliau menjawab: “Engkau menahan keburukanmu dari manusia, karena itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari No. 2518, Muslim No. 84, Ahmad V/150, dan Ibnu Hibban No. 4577-at-Ta’liqatul Hisan)
"Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di tempat ia tersesat adalah sedekah, engkau menuntun /menunjuki orang yang lemah penglihatannya adalah sedekah, engkau menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah.” (HR. At-Tirmidzi No. 1956, Bukhari dalam al-Adabul Mufrad No. 891, dan Ibnu Hibban No. 530-at-Ta’liqatul Hisan)
Dalil-dalil di atas menjelaskan bahwa amalan tersebut sangat utama dan menghasilkan pahala yang terus mengalir.
Bentuk-bentuk amalan yang pahalanya terus mengalir:
1. Dakwah, mengajak manusia kepada Allah.
Zaman sekarang, dakwah tidak hanya dengan ilmu. Orang bodoh pun bisa berdakwah dengan ikut partisipasi di dalam dakwah. Besarnya pahala tergantung bagaimana keterlibatan seseorang di dalam dakwah tersebut. Tidak ada amalan yang paling besar daripada dakwah, mengajak manusia kepada Tauhid, menyembah Allah saja, mengikuti Sunnah Nabi ﷺ, menjalankan perintah Allah dan RasulNya serta menjauhkan larangan-larangan Allah dan RasulNya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fussilat : 33)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas
"Maksud dakwah kepada Allah artinya mengajak seorang hamba untuk beribadah kepada Allah. Adapun perkataan bahwa "sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" yaitu dirinya sendiri mengerjakan apa yang dikatakannya dengan penuh konsekuen sehingga bermanfaat bagi dirinya, juga bagi orang lain yang mengikuti jejaknya.
Dan dia bukan termasuk orang-orang yang memerintahkan kepada kebajikan, sedangkan mereka sendiri tidak mengerjakannya; bukan pula termasuk orang-orang yang mencegah perkara yang mungkar, sedangkan mereka sendiri mengerjakannya. Bahkan dia menganjurkan kepada kebaikan dan meninggalkan keburukan, dan menyeru manusia untuk kembali ke jalan Khaliq."
Tidak ada yang melebihi keutamaan ilmu selama niatnya benar. Untuk menghindari diri dari kebodohan adalah dengan mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari. Seseorang dikatakan alim adalah ketika dia mengamalkan ilmunya.
- Insyaa Allah BERSAMBUNG di kajian berikutnya -
No comments:
Post a Comment