Kajian Senin
Kitab Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi rahimahullah
Oleh: Ustadz Syafiq Al Khatieb hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Senin, 4 Sya'ban 1446 / 3 Feb 2025
HIKMAH DIUTUSNYA PARA RASUL
Asal mula kerusakan di dalam Islam adalah ketika akal lebih didahulukan daripada dalil. Karena manusia memiliki akal yang berbeda-beda. Lalu akal siapa yang dijadikan rujukan? Tidak ada yang bisa menjadi tolok ukur kebenaran, kareana akal kita terbatas.
Jangan pernah takut dengan istilah-istilah yang diucapkan para ahlul bid'ah. Semua istilah yang mereka katakan tidak pernah disebutkan oleh para Salafush-shalih.
Syariat ini bagaikan matahari dan akal laksana mata. Ketika mata terbuka
Ketika Allah telah memberikan nikmat akal kepada manusia, lalu Allah memberikan nikmat kenabian kepada Bapak para manusia, yaitu Adam 'alayhissalam. Pada saat itulah Allah mengajarkan wahyu kepada manusia sehingga mereka berada di atas kebenaran, sampai Qabil menyimpang bahkan menuruti hawa nafsu dengan membunuh saudaranya, kemudian hawa nafsu pun menyebar di antara manusia dan menyeret mereka kepada kesesatan, hingga mereka menyembah berhala, berselisih di dalam keyakinan dan di dalam amal perbuatan, hingga berseberangan dengan bimbingan dari para rasul dan akal sehat.
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia berkata: "Aku pasti membunuhmu!". Berkata saudaranya: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa". (QS. Al Maidah : 27)
Karena mereka mengikuti hawa nafsunya, serta condong kepada kebiasaan hariannya, bahkan taklid buta terhadap para pembesarnya, maka Iblis pun membenarkan prasangka mereka ini. Maka mereka rela mengikuti Iblis, terkecuali segelintir orang dari kaum Mukminin.
"Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman." (QS. Saba : 20)
Terjadi perselisihan dan perpecahan antara manusia adalah sunatullah. Di antara penyebab lainnya adalah karena manusia lebih mengikuti hawa nafsu dan tidak mengikuti petunjuk para nabi dan rasul.
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (QS. Al Baqarah : 213)
"Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu." (QS. Yunus : 19)
Jika kita mau bersatu, maka kita harus kembali kepada tuntunan Nabi ﷺ, dan itu satu-satunya jalan. Itulah kenapa kita diperintahkan untuk mengikuti jalannya para Salafush-shalih, karena itulah jalan yang benar dan lurus.
Ketika Salafi dikatakan paling benar, maka ini harus dirinci lebih dulu pembahasannya. Namun ketika dikatakan Manhaj Salaf paling benar, maka jawabannya adalah IYA, karena ini adalah jalannya para Salafush-shalih.
Yang membuat manusia tersesat, menyimpang, tidak mendapatkan hidayah karena mereka lebih mengikuti nenek moyang. Ini adalah penyakit dan sangat berat.
Ketahuilah, bahwa para Nabi datang dengan membawa penjelasan yang memadai, mereka mengobati berbagai penyakit dengan 'obat' yang mujarab, serta mereka berjalan di atas satu Manhaj tanpa berselisih. Ini adalah penguat yang harus kita yakini bahwa agama para Nabi adalah satu, yaitu Islam. Hanya ketika diutusnya Nabi, memiliki syariatnya yang berbeda sesuai masanya.
"Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepadaNya)" (QS. Asy-Syura : 13)
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad ﷺ:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Rabb (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Anbiya : 25)
Allah berfirman tentang Nabi Musa 'alayhissalam:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepadaKu. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al Maidah : 44)
Allah berfirman tentang Nabi Nuh 'alayhissalam:
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepadaNya)". (QS. Yunus : 72)
Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim 'alayhissalam:
"Ketika Rabbnya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam". (QS. Al Baqarah: 131)
Allah berfirman tentang Nabi Ya'qub 'alayhissalam:
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al Baqarah : 132)
Allah berfirman tentang Nabi Isa 'alayhissalam
"Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman." (QS. Ali Imron : 152)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dan para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu.“ (HR. Bukhari No. 3443)
Lalu setan datang dan mencampurkan berbagai syubhat pada penjelasan ilahi itu, membubuhkan racun pada obat penawar, dan meletakkan rambu jebakan di jalan yang lurus itu untuk menyesatkan manusia.
Manusia digelincirkan pada perbuatan yang mereka anggap itu baik, padahal itu adalah jebakan setan. Setan menyimpangkan manusia dengan cara membuat manusia tersesat melalui ibadah sehingga mereka semakin jauh dari Allah.
Penjelasan yang dibawa oleh para nabi dan rasul dicampur dengan syubhat-syubhat oleh setan dan menjauhkan manusia dari petunjuk.
Dalam perkara Allah beristiwa di atas 'Arsy misalnya, banyak manusia yang terkena syubhat setan sehingga mereka memikirkan Allah begini dan begitu, Arsy begini dan begitu. Penyimpangan ini juga disebabkan karena setan memasukkan kepala mereka melalui ilmu kalam dan filsafat. Padahal dalil bahwasanya Allah beristiwa di atas 'Arsy itu sangat banyak, dan ini adalah Aqidah para Salaf.
Setan pun terus mempermainkan akal manusia hingga memecah belah kaum Jahiliyyah ke dalam berbagai aliran bodoh maupun bid'ah yang buruk dan sesat. Bahkan mereka berani menyembah berhala-berhala di Ka'bah, padahal Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim 'alayhissalam yang merupakan Bapaknya Tauhid. Kemudian Mereka mengharamkan Saibah, Bahirah, Washilah, dan Ham. Mereka juga melakukan berbagai kesesatan yang lain, yang dijadikan indah oleh iblis dalam pandangan mereka.
Bahirah adalah istilah untuk unta betina yang sudah beranak 5x.
Saibah adalah unta betina yang dilepaskan dan tidak boleh dimanfaatkan ketika seseorang bernadzar dan dipersembahkan untuk berhala.
Washilah adalah domba yang dipersembahkan untuk berhala.
Ham adalah unta jantan yang sudah membuahi untuk betina sebanyak 10x dan dipersembahkan untuk berhala.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu, ia berkata:
“Nabi ﷺ masuk ke kota Makkah. Ketika itu di sekitar Ka’bah ada 360 berhala. Maka beliau pun menghancurkan berhala-berhala tersebut dengan kayu yang ada di tangan beliau, sambil membaca ayat (yang artinya): “telah datang al Haq dan telah hancur kebatilan” (QS. Al Isra’: 81)” (HR. Bukhari No. 2478, Muslim No.1781).
Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ untuk menghapus segala keburukan dan mensyariatkan segala kemaslahatan. Lalu para Sahabat beliau berjalan bersama beliau dan sepeninggal beliau di jalan yang terang, di bawah pancaran cahaya petunjuk beliau. Maka mereka selamat dari musuh dan tipu dayanya.
Namun ketika cahaya mereka telah musnah, datanglah kegelapan dan mulailah hawa nafsu menciptakan berbagai bid'ah, mempersempit jalan ilahi yang awalnya luas, lantas kebanyakan mereka memecah belah agamanya dan mereka juga terafiliasi ke dalam golongan yang tidak terhitung banyaknya. Iblis kembali bangkit, melancarkan tipu daya, memperindah kesesatannya, dan memecah belah kesatuan mereka. Namun ketahuilah setan hanya leluasa mencuri di malam hari, saat ketika gelapnya kejahilan menyelimuti alam semesta. Tetapi jika cahaya ilmu telah terbit, niscaya tersingkaplah kejahatan yang ditimbulkannya.
Nabi ﷺ sudah memperingatkan tentang bid'ah, padahal saat itu belum ada bid'ah yang dilakukan.
Jangan sampai kita jauh dari ilmu agama. Ketika manusia telah jauh dari ilmu, maka tunggulah hingga terjadi penyimpangan.
Kenapa kita mempelajari kesyirikan yaitu agar kita tidak terjatuh kepada kesyirikan. Seperti kita mempelajari kitab Talbis Iblis agar kita tidak terkena tipuan Iblis.
Seorang penyair berkata,
"Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya. Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.
Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali keburukan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah ﷺ mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari No. 3411 dan Muslim No. 1847)
Maka itu kita perlu memperingatkan diri dari tipu daya Iblis, dengan menunjukkan kepada mereka berbagai jerat perangkapnya. Karena mengetahui keburukan merupakan Salah satu cara agar terhindar dari keburukan tersebut.
No comments:
Post a Comment