Sunday, 2 February 2025

Kajian Ahad: Memurnikan Tauhid, Menjauhi Syirik // Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah & Ustadz Farhan Abu Furaihan hafizhahullah

Kajian Ahad
Memurnikan Tauhid, Menjauhi Syirik
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah & Ustadz Farhan Abu Furaihan hafizhahullah
Masjid At-Tiin, Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan
Ahad, 3 Sya'ban 1446 / 2 Feb 2025

Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah.

Keikhlasan adalah pondasi dari aktivitas kita dalam menuntut ilmu

Imam Ahmad pernah ditanya tentang amalan yang paling afdhol. Beliau berkata, "Menuntut ilmu agama jika niatnya benar."

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari No. 1 dan Muslim No. 1907)

“Barangsiapa menuntut ilmu untuk membodohi orang, atau menantang para ulama, atau mencari perhatian manusia, maka dia masuk neraka” (HR. Ibnu Majah)

Kita menuntut ilmu untuk mengangkat kebodohan dalam diri dan tentu saja untuk meraih ridho dari Allah.

MEMURNIKAN TAUHID
Oleh: Ustadz Farhan Abu Furaihan hafizhahullah.

Mentauhidkan Allah artinya mengesakan Allah.

Secara umum, kita wajib mentauhidkan Allah di dalam 3 hal, yaitu:
1. Rububiyyah
Meyakini Allah Maha Pencipta dan Maha Mengatur Alam Semesta

Tauhid ini dimiliki bahkan oleh musuh-musuh dakwah Nabi Muhammad ﷺ dari kalangan kaum kafir.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". KepadaNyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri." (QS. Az-Zumar : 38)

2. Uluhiyyah
Mentauhidkan Allah dalam hal ibadah. Kita tidak melakukan ibadah melainkan hanya untuk Allah.

"Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus" (QS. Bayyinah : 5)

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al An'am : 162)

3. Asma was-Shifat
Seseorang tidak dikatakan telah mentauhidkan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifatNya, kecuali ketika dia menetapkan apa Allah yang tetapkan untuk diriNya sesuai dengan keagungan Allah.

Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimana?”
Ini adalah pembuka penyimpangan seseorang dalam Tauhid ini.

Tamtsil adalah menyebutkan sesuatu dengan yang semisalnya. Takyif dan tamtsil mempunyai makna yang hampir sama, namun terdapat perbedaan. Takyif lebih umum daripada tamtsil. Yang dimaksud tamtsil dalam asma’ wa shifat adalah menyamakan nama dan sifat Allah dengan makhluk.

Ta’thil artinya mengosongkan dan meninggalkan. Maksudnya mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya, baik mengingkari keseluruhan maupun sebagian, baik dengan men-tahrif maknanya maupun menolaknya. Pelaku ta’thil disebut mu’atthil.

Tahrif/Takwil artinya mengubah, baik mengubah lafaz maupun makna. Namun yang banyak terjadi adalah tahrif makna. Pelaku tahrif disebut muharrif.

Kewajiban kita adalah meyakininya sesuai dengan keagungan Allah.

Sebagian orang ketika dikatakan Tauhid dibagi 3, mereka mengira ini adalah Tauhid Trinitas. Padahal ini hanya istilah, di mana kita diwajibkan untuk mentauhidkan Allah dalam 3 hal.

Penjelasan Tauhid terbagi 3 bahkan sudah dijelaskan dalam surah Al Fatihah.

Allah Ta'ala berfirman:
"Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepadaNya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" (QS. Maryam : 65)

Dalam surah di atas juga mencakup Tauhid dalam 3 hal, yaitu Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma was-Shifat.

Bahasa para Ulama tentang Tauhid dibagi 3 ini hanya sekadar metode untuk memudahkan kaum Muslimin memahami syariat. Seperti halnya Nabi ﷺ tidak pernah membahas rukun-rukun dalam ibadah, termasuk dalam perkara Fiqih.

Ketika filsafat mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, maka para Ulama butuh untuk memberikan metode atau kaidah di atas agar kaum Muslimin belakangan memahami agama ini dengan benar dan tidak terjebak dalam penyimpangan filsafat.

Mereka yang tidak mau menerima Tauhid dibagi 3, tetapi mereka mau menerima tarekat-tarekat Sufiyyah.

Istilah tidak perlu diperdebatkan selama tidak keluar dari aturan syariat.

Betapa pentingnya kita mempelajari Tauhid. Kenapa kita harus belajar Tauhid?
1. Allah menciptakan manusia untuk Tauhid
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyaat : 56)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa maksudnya untuk mentauhidkan Allah.

2. Hak Allah paling utama
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah ﷺ di atas keledai yang diberi nama ‘Ufair. Beliau bertanya, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba dan apa hak hamba yang akan Allah tunaikan?” Mu’adz berkata, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba, hendaklah ia menyembah Allah dan tidak berbuat syirik padaNya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba yang akan Allah tunaikan yaitu Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik kepadaNya dengan sesuatu apa pun.” Mu’adz berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku boleh memberitahukan kabar gembira tersebut pada yang lain?” Beliau menjawab, “Jangan kabari mereka. Nanti malah mereka malas beramal.” (HR. Bukhari No. 5968 dan Muslim No. 30).

3. Tujuan utama Allah mengutus para Nabi dan Rasul
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An Nahl : 36)

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al Anbiya : 25)

4. Tauhid pertama kali didakwahi oleh para Nabi dan Rasul.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ ketika mengutus Mu’adz radhiyallahu 'anhu ke Yaman. Beliau ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa Ilaaha Illallaah wa anna Muhammadar Rasulullh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allah.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari doaa orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara doanya dan Allah.” (HR. Al-Bukhari No. 1395, 1496, 4347, 7372; Muslim No. 19)

5. Tauhid adalah syarat diterima Amal Shalih.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik." (QS. Al Isra' : 19)

Iman bukan hanya sebatas menghapal Rukun Iman. Namun Iman adalah bagaimana pemahaman seseorang tentang Rukun Iman tersebut.

6. Alquran membahas tentang Tauhid
Isi Alquran, semuanya adalah tentang Tauhid.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Alquran semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Alquran menjelaskan hal-hal berikut:
1. Berita tentang Allah, nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatanNya, dan perkataanNya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa shifat).

2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid uluhiyah).

3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa mukammilatuhu (hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).

4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).

5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.

Dengan demikian, Alquran seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka. (Fathul Majid 19).

Keutamaan Tauhid
Dengan Tauhid, Allah akan menghapuskan dosa
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa di bawah syirik bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (QS. An Nisaa : 116)

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada mereka yang meninggal dunia dalam keadaan syirik.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Allah Ta'ala berfirman, ‘Hai anak Adam. Sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap hanya kepadaKu, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam. Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepadaKu, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam. Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu denganKu dalam keadaan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  (HR. at-Tirmidzi)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat dzalim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang dzalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasulullah’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah dzalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi." (HR. Ibnu Majah no. 4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213)
---------------------------------------
MENJAUHI KESYIRIKAN 
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah

Pembahasan tentang kesyirikan adalah bahasan yang sangat penting.

Seseorang yang mentauhidkan Allah, maka konsekuensinya adalah dia harus menjauhi kesyirikan.

Alquran dan Sunnah menyebutkan kebaikan dan keburukan sekaligus.

Sebagaimana kita mempelajari Tauhid, kita juga harus mempelajari syirik. Sebagaimana kita mempelajari keimanan, kita juga harus mempelajari tentang kekufuran.

Seorang penyair berkata,
"Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya. Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.

Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali keburukan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah ﷺ mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari No. 3411 dan Muslim No. 1847)

Kesyirikan adalah dosa yang sangat besar. Tidak ada dosa paling besar selain kesyirikan. Kesyirikan adalah saat orang memberikan ibadah kepada selain Allah. Kesyirikan adalah menyamakan Allah dengan selain Allah dalam perkara yang merupakan kekhususan Allah.

Allah memiliki 3 kekhususan, yaitu
1. Rububiyyah 
2. Uluhiyyah 
3. Asma was-Shifat

Betapa banyak dosa yang dilakukan oleh manusia. Dari sekian banyak dosa yang dilakukan, kesyirikan berada di posisi paling atas di antara dosa paling besar.

Mengapa kesyirikan menjadi dosa paling besar?
1. Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling besar
Sebagai manusia sangat berhati-hati untuk tidak mendzalimi orang lain. Tidak ada kedzaliman yang paling besar adalah melakukan kesyirikan. 

"... Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)

2. Kesyirikan merupakan pembangkangan kepada Allah 
Kita diciptakan untuk beribadah, mentauhidkan Allah. Kita diberikan kehidupan, tetapi kita malah beribadah kepada Allah.

Sangat jelas Allah menegaskan bahwasanya kita diciptakan oleh Allah untuk mengesakanNya. Ini adalah tujuan kehidupan manusia di muka bumi. Namun manusia justru tidak mengesakanNya, melainkan malah menyekutukanNya. Ini adalah pembangkangan kepada Allah.

3. Hakikat kesyirikan adalah menghina Allah
Dari Al-Harits Al Asy'ari sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria dengan 5 kalimat dan agar mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil untuk mengamalkan. Akan tetapi Nabi Yahya lambat di dalam menyampaikannya kepada Bani Israil. Maka Nabi Isa berkata kepada Nabi Yahya: ‘Sesungguhnya Allah memerintahkan engkau dengan 5 kalimat untuk kamu amalkan dan kamu perintahkan Bani Israil untuk mengamalkannya. Jika engkau tidak memerintahkan, aku akan memerintahkan mereka.’ Maka Nabi Yahya berkata: ‘Aku khawatir jika engkau mendahului aku, akau akan ditenggelamkan ke bumi atau aku akan diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.’ Maka Nabi Yahya pun mengumpulkan manusia di Baitul Maqdis. Maka masjid pun menjadi penuh. Dan mereka juga memenuhi tempat-tempat yang tinggi.

Maka Nabi Yahya berkata: ‘Sesungguhnya Allah memerintahkan aku dengan 5 kalimat supaya aku mengamalkan dan aku perintahkan kalian untuk mengamalkannya; (1) Kamu hendaklah beribadah kepada Allah dan kamu jangan mempersekutukan Allah sedikitpun juga. Karena perumpamaan orang yang mempersekutukan Allah seperti orang yang membeli hamba sahaya dari hartanya berupa emas atau perak. Lalu ia berkata kepada hamba sahayanya itu: ‘Ini rumahku dan ini pekerjaanku. Silahkan kamu bekerja dan laksanakan tugasmu kepadaku.’ Ternyata ia malah bekerja dan melaksanakan tugas orang lain yang bukan tuannya. Siapa diantara kalian yang merasa suka hamba sahayanya melakukan perbuatan itu? (2) Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk shalat, maka apabila kalian shalat maka janganlah kalian menengok. Karena Allah senantiasa menghadapkan wajahnya kepada si hamba yang shalat itu selama ia tidak menengok. (3) Dan aku perintahkan kalian puasa. Karena perumpamaan orang yang berpuasa seperti orang yang berada di sekerumunan orang. Ia memiliki sebuah kantong yang berisi minyak kasturi dan semuanya merasa kagum dengan wanginya minyak kasturi tersebut. Dan sesungguhnya bau mulutnya orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. (4) Dan aku perintahkan kalian untuk bersedekah. Karena perumpamaan orang yang bersedekah seperti orang yang ditawan oleh musuh. Dan musuh itu mengikat tangannya sampai ke lehernya dan mereka pun hendak memenggal kepalanya. Lalu orang ini berkata: ‘Aku akan menebus diriku dari kalian, baik dengan harta sedikit maupun banyak.’ Lalu dia pun mampu menebus dirinya dari mereka (artinya orang yang bersedekah ia sudah menebus dirinya dari api neraka). (5) Aku perintahkan kalian untuk berdzikir kepada Allah. Karena perumpamaan orang yang berdzikir seperti orang yang dikejar oleh musuh dengan cepat. Lalu iapun mendatangi sebuah benteng yang sangat kokoh dan dia pun melindungi dirinya dari musuh di dalam benteng tersebut. Demikian pula seorang hamba, ia tidak bisa melindungi dirinya dari setan kecuali dengan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Dan aku perintahkan kalian dengan 5 perkara. Allah yang memerintahkan aku; (1) mendengar kepada pemimpin dan taat (selama bukan maksiat), (2) dan berjihad bersama mereka, (3) dan hijrah, (4) dan berpegang kepada Al-Jama’ah, karena siapa yang berpisah dari Al-Jama’ah walaupun hanya sejengkal, maka ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya kecuali jika ia kembali. (5) Dan siapa yang menyerukan seruan-seruan jahiliyah, maka ia termasuk bahan bakar api neraka jahannam.’ Lalu ada orang berkata: ‘Wahai Rasulullah, orang yang menyeru seruan jahiliyah itu masuk neraka walaupun ia shalat dan ia berpuasa?’ Kata Rasulullah: ‘Iya, walaupun ia shalat dan ia berpuasa. Maka hendaklah kalian menyeru dengan seruan Allah di mana Allah telah menamai kalian kaum muslimin dan kaum mukminin wahai hamba-hamba Allah'. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Kesyirikan orang-orang zaman sekarang lebih parah daripada kesyirikan pada zaman Jahiliyyah, karena kesyirikan yang mereka lakukan bukan hanya dalam perkara Uluhiyyah, tetapi sudah masuk dalam perkara Rububiyyah.

Betapa nikmat belajar Tauhid dan Sunnah, itu menjadikan seseorang berani dan tidak pengecut. Seseorang yang mempelajari Tauhid dan Sunnah tidak akan bisa dibohongi oleh cerita yang sifatnya dongeng dan mistis.

Jangan pernah malu untuk mendakwahkan Tauhid. Jangan pernah ragu untuk menegur seseorang yang melakukan kesyirikan. Namun semua dilakukan dengan ilmu dan adab.

4. Kesyirikan adalah murni keburukan dan kesesatan
Tidak ada kebaikan sedikitpun dalam perbuatan syirik.

5. Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah jika dia wafat dan belum bertaubat
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An Nisaa : 48)

6. Dosa syirik menghapus seluruh amal shalih
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az Zumar : 65)

Betapa bahayanya kesyirikan sehingga pahala seseorang akan lenyap seluruhnya walau kesyirikan itu hanya dilakukan sekali.

"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih. Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al An'am : 83-88)

Nabi Ibrahim 'alayhissalam sering berdoa agar dijauhkan dari kesyirikan.

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrahim : 35)

7. Kesyirikan adalah sebab masuk neraka selama-lamanya 
Seseorang yang bertauhid, walaupun pendosa, dia masih ada kemungkinan masuk ke dalam surga. Orang yang mentauhidkan Allah pasti masuk surga, entah langsung masuk surga atau dibersihkan lebih dulu di neraka.

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun." (QS. Al Maidah : 72)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Kematian didatangkan dalam bentuk kambing berkulit hitam putih. Lalu, ada penyeru yang memanggil, ‘Wahai penduduk surga!’ Mereka menengok dan melihat. Penyeru itu berkata, ‘Apakah kalian mengenal ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian.’ Mereka semua telah melihatnya. Kemudian penyeru memanggil, ‘Wahai penduduk neraka!’ Mereka menengok dan melihat. Penyeru itu berkata, ‘Apakah kalian mengenal ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian.’ Mereka semua telah melihatnya. Kemudian kematian disembelih di antara surga dan neraka. Lalu penyeru berkata, ‘Wahai penduduk surga, kekekalan dan tiada lagi kematian setelahnya, dan wahai penduduk neraka, kekekalan dan tiada lagi kematian setelahnya.’“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang-orang yang mendakwahkan Tauhid adalah yang paling sayang dan paling peduli kepada umat. Sedangkan orang yang paling khianat adalah dia yang berbicara atas nama agama tapi tidak pernah membahas tentang pentingnya Tauhid dan bahayanya kesyirikan.

Kemurnian Tauhid dan bahaya kesyirikan yang sudah kita pelajari jangan sampai hanya sebatas siraman rohani, tetapi diamalkan dalam kehidupan. Dakwahi orang-orang terdekat kita tentang pentingnya Tauhid dan bahayanya syirik.

No comments:

Post a Comment