Friday, 14 March 2025

Dauroh Keluarga Ramadhan Series: Aku Mencintaimu karena Allah (part 1) // Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah

Dauroh Keluarga Ramadhan Series
Aku Mencintaimu karena Allah part 1
Oleh: Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah
Masjid Darsyafii, Pejaten, Jakarta Selatan
Jumat, 7 Ramadhan 1446 / 7 Maret 2025

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka, yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, ‘Aku telah melakukan begini dan begitu.’ Iblis berkata, ‘Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatu pun.’ Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya.’ Maka, Iblis pun mendekatinya dan berkata, ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau.’ (HR. Muslim No. 2813)

Di antara tipu daya Iblis di dalam rumah tangga adalah hanya baik kepada orang lain saja, tetapi ketika dia di dalam rumah, ilmu yang dipelajari seolah tidak berlaku.

Dalam pembahasan rumah tangga, tidak cukup untuk menjawab sebagaimana ilmu Fiqih, yaitu ini halal, ini haram, dalilnya begini, lalu selesai.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku“ (HR. Tirmidzi)

Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam Kitab Riyadhush-Shalihin mengatakan,
"Kalau kita ingin melihat seseorang itu baik, jangan lihat dia di luar sana, tapi lihatlah ketika dia sedang bersama istrinya, maka kita akan melihat seseorang itu baik atau tidak."

Suami-istri adalah sosok yang 2 in 1. Membangun kebersamaan dan keserasian antar keduanya.

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ

"Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka" (QS. Al Baqarah : 187)

Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan,
Ada 2 makna pada ayat tersebut yaitu:
1. Masing-masing dari keduanya dijadikan untuk pasangannya sebagai pakaian, karena keduanya di saat tidur berada dalam satu baju dan tubuh keduanya menyatu dengan tubuh pasangannya.
2. Masing-masing dijadikan untuk pasangannya sebagai pakaian, karena itu ketenangan, kenyamanan baginya.

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Al Furqan : 47)

Yaitu ketenteraman, kenyamanan di mana kalian beristirahat di dalamnya. Begitu pula istri akan menjadi ketenteramannya, kenyamanannya, dia beristirahat di sampingnya.

"Dialah (Allah) Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya" (QS. Al A'raaf : 189)

Sehingga masing-masing dari keduanya sebagai pakaian bagi pasangannya. Maknanya adalah dia merasa tenteram dan nyaman bersamanya.

Masing-masing dari keduanya menutupi pasangannya atas apa yang terjadi di antara keduanya di saat berhubungan intim dari pandangan-pandangan manusia. (Jami Al Bayan 3/231-232)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
"Tidak ada satu ketenteraman yang didapat dua orang melebihi ketenteraman antara suami-istri."

Ini adalah tujuan hakiki dari pernikahan.

Kalau kita merasa nyaman di luar sana, harusnya kita merasa lebih nyaman ketika bersama pasangan.

1. Pasangan ibarat pakaian, yaitu menjaga kehormatan di dalam pernikahan.

Rabi' bin Anas rahimahullah mengatakan 
"Dia adalah selimut bagi kalian dan kalian adalah selimut baginya."

Abdurrahman bin Zayd rahimahullah berkata,
"Maksudnya adalah hubungan intim, namun tergantung bagaimana ulama membahasnya"

Allah Ta'ala berfirman:
"Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah (ladang) tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." (Al Baqarah : 223)

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari No. 5193 dan Muslim No. 1436).

Ini tidak masuk jika perempuan sedang dalam kondisi sakit atau udzur syar'i. Suami harus memahami kondisi tersebut.

Jika dalam kondisi normal, atau beralasan capek, maka istri wajib melayani suami.

Imam Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata:
"Di dalam Hadits itu terdapat pelajaran bahwa godaan yang paling mengganggu lelaki adalah dorongan jima', keinginan berhubungan intim tapi tidak dituruti oleh istrinya. Oleh sebab itu, syariat menganjurkan istri untuk membantu suami dalam hal ini." (Fathul Bari, 9/206)

Ini adalah yang menjadi penyebab perselingkuhan. Karena tujuan dari pernikahan itu adalah mendapatkan 'selimut' dan menjaga kehormatan.

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata 
"Demikianlah kewajiban istri, begitu pula suami, jika istri berhasrat berhubungan intim, maka suami juga harus melayani istrinya sebagaimana istrinya melayani dia." (Syarh Riyadhush-Shalihin)

2. Pasangan ibarat pakaian, yaitu kedekatan suami dan istri satu sama lain.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Aku minum ketika aku sedang haid, kemudian aku memberikannya kepada Nabi Muhammad ﷺ, lalu ia meletakkan mulutnya pada tempat mulutku. Aku juga pernah menggigit daging ketika aku sedang haid, kemudian (sisa dagingnya) aku berikan kepada Nabi ﷺ, maka ia meletakkan mulutnya di tempat mulutku.” (HR. Muslim No. 300)

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Aku mandi bersama Rasulullah ﷺ, dalam satu bejana besar bersama Faraq" (HR. Bukhari No. 250 dan Muslim No. 319)

Dalam riwayat lain disebutkan,
"Kedua lengan kami bergantian"

2 hal yang menjadi masalah di dalam rumah tangga yaitu:
1. Kebutuhan kurang dipenuhi
2. Komunikasi dan kedekatan antara suami istri sangat kurang

3. Pasangan ibarat pakaian, menutupi kekurangan dan aib

Ibnu Hajar menjelaskan makna dari menutupi aib, "yaitu dia melihat keburukan pada dirinya dan dia tidak menampakkannya. Hal ini bukan berarti tidak mengingkari dengan dirinya"
(Fathul Bari 5/117)

Sadarilah bahwa suami dan istri saling memiliki kelemahan.

Di antara kasus perceraian terbanyak adalah ketika menceritakan masalah rumah tangga kepada mertua perempuan atau Ibunya. Solusinya adalah tutupi aib pasangan kita.

"Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)

4. Pasangan ibarat pakaian, menjaga dalam melindungi dari keburukan

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim : 6)

Abu Ja'far Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah 
"Mereka yang beriman, lindungilah dirimu dan ajarkanlah sebagian dari kalian, yang kalian kenal."

“Tiga golongan yang Allah mengharamkan surga atas mereka: pecandu bir, anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya).” (Shahih At-Targhib wat Tarhib No. 2512)

5. Pasangan ibarat pakaian, menumbuhkan ketenangan dan ketenteraman hati.

Inilah sakinah yang sebenarnya.

"Istri adalah ketenteraman dan ketenangan bagimu, dan kamu adalah ketenteraman dan ketenangan bagi istri" (Jami' Al Bayan 3/492)

"Dialah (Allah) yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya." (QS. Al A'raaf : 189)

Ibnul Qoyyim berkata:
"Adapun kecintaan terhadap istri maka itu tidak ada celaan bagi yang mencintai, bahkan itu termasuk kesempurnaannya." (Ad-Daa' Wa Ad-Dawwaa 236-237)

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah membagi sakinah menjadi 2, yaitu:
1. Sakinah faktor dunia, dan
2. Sakinah faktor iman

Carilah pasangan yang shalih bagi perempuan, atau cari pasangan yang shalihah bagi laki-laki.

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari No. 5090, Muslim No.1466)

No comments:

Post a Comment