Monday, 16 June 2025

Kajian Senin: Kitab Talbis Iblis - Tipu Daya Iblis atas Sekte Filsafat // Ustadz Syafiq Al Khatieb hafizhahullah

Kajian Senin
Kitab Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi rahimahullah
Tipu Daya Iblis atas Sekte Filsafat
Oleh: Ustadz Syafiq Al Khatieb hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Senin, 21 Dzulhijjah 1446 / 16 Juni 2025
 
Pada pertemuan sebelumnya kita sudah membahas bab tentang peringatan akan fitnah tipu daya iblis dan setan. Kita bagaimana iblis menjebak atau menjerumuskan manusia dalam kebinasaan dengan tipu dayanya yang sangat lihai dan halus.
 
Bab 4 - Makna Talbis dan Ghurur
 
Talbis adalah menampakkan kebathilan dalam bentuk kebenaran.
Itu mengapa kitab ini disebut sebagai Talbis Iblis, karena Imam Ibnul Jauzi menyebutkan talbis-talbis setan kepada manusia, kepada berbagai macam golongan manusia yang ditampakkan seolah-olah itu adalah kebaikan, seakan-akan itu adalah kebenaran.
 
Kitab ini akan dirincikan dengan pembahasan kepada talbis ilmu kepada ahli ilmu, kepada ahli kalam, ahli filsafat, kaum khawarij, kaum sufi, dan sebagainya. 

Sedangkan Ghurur adalah sejenis kebodohan yang mengakibatkan seseorang meyakini suatu kesalahan sebagai kebenaran dan suatu keburukan sebagai kebaikan. Semua itu terjadi dikarenakan ada syubhat yang mengakibatkan munculnya keyakinan seperti itu.
 
Iblis masuk kepada manusia sebatas kemampuannya.
Iblis tidak memiliki kekuasaan atas manusia. Yang bisa dia lakukan hanya menggoda, membisikkan, dan mengajak saja.
 
Tolok ukur keberhasilan iblis saat menggoda manusia bergantung pada peluang yang dimilikinya. Dan apakah peluang yang dimilikinya akan semakin besar atau justru semakin kecil, semakin banyak atau justru semakin sedikit. Hal ini bergantung pada tingkat kewaspadaan dan kelalaian manusia yang digodanya, serta tingkat kealiman dan tingkat kebodohannya.
 
Ketahuilah, hati ibarat benteng yang dikelilingi pagar, dan di pagar itu ada beberapa pintu gerbang dan sejumlah celah. Benteng ini dihuni oleh akal, serta sering dikunjungi para malaikat. Di samping benteng terdapat sebuah tempat persinggahan (rabadh) yang dihuni oleh hawa nafs, Para setan datang secara bergantian ke tempat persinggahan tersebut tanpa ada penghalang sedikit pun. Di antara penghuni benteng tersebut dan penduduk tempat persinggahan telah terjadi peperangan yang terus berkecamuk. Oleh karena itu, setan-setan pun terus mengelilingi benteng tersebut, sambil mencari kelalaian penjaganya atau menunggu kesempatan untuk bisa masuk melalui celah yang ada.
 
Kalau kita mau menjaga diri dari setan, kita harus tahu dari pintu mana setan masuk ke dalam diri kita.
Misalnya kita tahu bahwa kita lemah dalam suatu hal, maka setan akan masuk dari jalur tersebut.
Setan berpengalaman sejak lama. Mereka tidak membuang waktu untuk menjebak manusia dengan sesuatu yang sia-sia. Mereka tahu bagaimana harus menjebak manusia melalui jalur harta, wanita, dan seterusnya. Maka kita harus tahu pintu-pintunya dan waspada. 
 
Maka seharusnya si penjaga mengetahui semua pintu gerbang dan celah yang ada, karena dia memang ditugaskan untuk menjaganya. Jangan dia lengah dalam menjaganya, walau sekejap, Pasalnya, pihak musuh tidak pernah mengendurkan teror dan ancamannya.
 
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Hasan al-Bashri,
"Apakah iblis itu tidur?". Mendengar pertanyaan itu, Hasan al-Bashri menjawab,
"Seandainya ia tidur, niscaya kita bisa beristirahat." 
 
Setan itu berusaha menggoda kita tanpa ada istirahat dan jeda sedikitpun. Setan akan menggoda kita ketika kita tidur. Di antaranya adalah mimpi basah, itu berasal dari setan. Sedangkan para nabi tidak pernah mimpi basah, karena mereka terjaga dari setan.
 
Benteng itu diterangi dengan dzikir dan disinari dengan keimanan. Di benteng ini terdapat cermin mengkilap, yang memantulkan apa pun yang melintas di hadapannya. Yang pertama kali dilakukan setan di tempat persinggahan adalah menciptakan asap sebanyak mungkin supaya dinding benteng tersebut menghitam serta memburamkan cermin. Namun asap bisa diusir dengan kesempurnaan pikiran, dan cermin kotor bisa dikilapkan kembali dengan dzikir.
 
Pihak musuh tidak henti-hentinya mengintai benteng hati ini. Terkadang mereka melakukan serangan dan berhasil memasukinya, akan tetapi sang penjaga kemudian sukses menghalau mereka sehingga mereka pun keluar, terusir lagi. Namun terkadang mereka berhasil masuk dan merusak apa yang ada di dalam benteng. Bahkan terkadang mereka tinggal di dalamnya, semata-mata karena kelalaian sang penjaga. Ada kalanya angin yang seharusnya dapat menghalau asap itu tidak berhembus, sehingga asap itu pun begitu banyak hingga menjadikan benteng hitam dan cermin pun buram. Akibatnya, ketika setan lewat di hadapannya, tidak ada penjaga yang mengetahuinya.
 
Terkadang sang penjaga terluka karena kelalaiannya, hingga dia pun ditawan serta diperbudak pihak musuh. Bahkan kadang-kadang dia ditugaskan mencari-cari alasan pembenaran untuk mengikuti dan membantu hawa nafsu. Maka tidak heran jika kadang dia tampil seperti seorang pakar keburukan.
 
Seorang ulama Salaf berkata, "Aku pernah melihat setan, dan dia berkata padaku: 'Dulu aku menemui manusia untuk mengajari mereka, tetapi sekarang aku menemui mereka untuk belajar dari mereka.'"
 
Terkadang setan menyerang orang yang pandai dan cerdas dengan cara menggandeng si pengantin hawa nafsu yang telah didandaninya. Akibatnya orang cerdas itu pun sibuk melihat serta memerhatikannya, sehingga akhirnya setan berhasil menawannya.
 
Tali yang terkuat untuk mengikat tawanan adalah tali kebodohan, yang sedang adalah tali hawa nafsu, serta yang terlemah adalah tali kelalaian. Namun, selama baju besi keimanan masih membungkus diri orang mukmin, maka anak panah musuh niscaya tidak akan pernah dapat membunuhnya.
 
Al-Hasan bin Shalih rahimahullah berkata,
"Sesungguhnya setan membuka 99 pintu kebaikan untuk dapat membuka satu pintu keburukan."
 
Al-'Amasy mengutarakan,
"Seorang laki-laki menceritakan kepada kami bahwa ia pernah berbicara dengan bangsa jin. Jin-jin itu berkata, "Tidak ada yang paling sulit untuk kami sesatkan melebihi orang yang mengikuti sunnah. Sedangkan pada pengikuti hawa nafsu (ahli bid'ah), kami benar-benar mampu mempermainkan mereka."
 
Ketika manusia sudah terjerumus dalam keburukan, setan tidak akan pernah berhenti untuk semakin menjerumuskan manusia semakin dalam, bahkan ketika manusia sudah terjerumus dalam kekufuran. Firaun contohnya. Dia sudah kufur, namun setan membuatnya semakin dzalim sehingga dia mengaku tuhan. Padahal tanpa ia mengaku tuhan pun, itu sudah cukup memasukkannya ke dalam neraka, tapi setan masih menjemuruskannya semakin dalam.
 
Bab 5 - Talbis Iblis dalam Aspek Aqidah dan Agama
 
Imam Ibnul Jauzi mengambil beberapa pasal di bab ini.
Di awal bab ke-5 ini, beliau menyebutkan talbis iblis kepada golongan-golongan ahli filsafat dengan berbagai macam sektenya.
 
Imam Ibnul Jauzi membahas panjang tentang bagaimana iblis menjebak ahli filsafat sampai mereka berpendapat bahwasanya Allah tidak tahu ilmu yang detail, ilmu Allah hanya yang umum saja. Kemudian juga dibahas talbis iblis kepada orang yang berpendapat bahwasanya pencipta ada 2 yaitu cahaya dan kegelapan.
 
* Talbis Iblis terhadap Kaum Sufisthaiyah
 
Kaum Sufisthaiyah berawal dari filsafat Yunani.
Filsafat Yunani sangat terkenal, pemikiran mereka menyebar ke seluruh dunia.
 
Ajaran filsafat tidak terbatas pada Yunani. Bahkan beberapa negara punya filsafat mereka sendiri, tetapi yang tersebar di dunia Islam adalah filsafat Yunani. Bahkan sebagian tokoh filsafat Yunani mengambil ilmu filsafat dari negara lain seperti bersafar ke Mesir, India, dan sebagainya, sehingga mereka mengadopsi ilmu tersebut dan mengembangkan ilmu filsafat itu di Yunani.
 
Filsafat Yunani mulai dikenal pada abad ke-7 sebelum Masehi. Filsafat itu muncul karena para filsuf mulai jengah dengan mitos-mitos di Yunani yang selalu mengaitkan segala kejadian alam dengan dewa. Lalu mulailah mereka berpikir lebih rasional untuk memikirkan tentang fenomena alam. Hingga akhirnya muncul madzhab-madzhab filsafat Yunani yang tidak mendapatkan cahaya bimbingan wahyu, di mana mereka hanya menggunakan akal, di antaranya adalah:
1. Al-WAHIDI, mereka memandang bahwasanya alam semesta ini berasal dari satu unsur. Dari satu unsur inilah muncul benda-benda di alam semesta.
 
Di antara tokoh al-Wahidi adalah:
- Thales, dia juga disebutkan sebagai Bapak Filsafat. Ia lahir di Miletus pada abad ke-6 sebelum Masehi. Dia berpendapat bahwa air adalah prinsip dasar dari segala unsur alam semesta.
 
- Anaximander, dia adalah murid dari Thales. Akan tetapi dia tidak setuju bahwasanya air adalah prinsip dasar sesuatu yang ada di alam semesta. Dia berpendapat bahwa unsur alam semesta adalah berasal dari Apeiron, yaitu suatu unsur yang tidak diketahui kandungannya tapi di dalamnya ada air, api, tanah, udara dan jumlahnya tidak terhingga. Apeiron terus berkembang dan tidak memiliki akhir.
 
- Anaximenes, dia adalah murid dari Anaximander. Dia tidak setuju dengan pendapat gurunya tentang Apeiron. Dia berpendapat bahwasanya unsur alam semesta adalah angin.
 
- Herakleitos, dia berpendapat bahwasanya unsur alam semesta berasal dari api.

- Demokritos, dia berpendapat bahwasanya unsur alam semesta berasal dari atom. Dari pemikiran inilah yang kemudian diadopsi oleh para filsuf Islam mengenai unsur alam semesta.
 
2. NUMEROLOGI, mereka berusaha menjelaskan hubungan antara benda-benda yang ada di alam semesta. Mereka tidak menyebutkan unsurnya.
 
Di antara tokoh madzhab Numerologi adalah:
- Phytagoras, dia mempercayai bahwa segala sesuatu di dunia berhubungan dengan matematika. Segala sesuatu bisa diukur  dengan siklus dan memiliki ritme yang beraturan sehingga memunculkan simfoni musik tapi tidak terdengar.
 
- Empedokles, dia berpendapat bahwa hubungan antara segala sesuatu di alam semesta karena cinta dan benci.
 
3. RELATIVISME / SUFISTHAIYAH / SOFISME, madzhab ini muncul karena mereka tidak puas dengan hasil pemikiran madzhab-madzhab sebelumnya tentang alam semesta. Mereka juga memiliki banyak khilaf, bahkan saling bantah antara murid dengan guru. Ini adalah masa transisi dari zaman madzhab-madzhab sebelumnya.
 
Kemudian mereka tidak lagi membahas hakikat alam semesta, tetapi mereka berpindah objek membahas hakikat manusia. Mereka mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran manusia itu sendiri.
 
Madzhab Sofisme ini terbagi lagi menjadi 3 madzhab, yaitu:
1. Inadiyah, adalah membantah atau menolak hakikat.
2. Indiyah, adalah pendapat orang berbeda-beda, kebenaran itu relatif. Pemikiran inilah yang diadopsi oleh orang-orang Liberal.
3. Laa Adriyah
 
Hasil pemikiran akal seperti ini. Para filsuf Yunani yang dibanggakan akan kecerdasannya, bahkan mereka membahas tentang ketuhanan, ternyata pemikirannya seperti ini. Lalu kita mau beraqidah dengan pemikiran mereka? Waliyadzubillah. 
 
Di antara tokoh mereka adalah:
- Protagoras, dia menyerukan keyakinan relativisme atau nisbiyah, yaitu semua perkara adalah subyektif, tergantung siapa yang memandangnya. Tidak ada sesuatu yang absolut di dalam madzhab ini. Hakikat kebenaran adalah sesuatu yang tidak mungkin dicapai, karena dia bersifat relatif.

- Georgias, dia berpendapat bahwa sebuah kebenaran adalah relatif. Hakikat tidak mungkin diketahui sama sekali. Ini termasuk ke dalam madhzab Inadiyah, yaitu membantah hakikat kebenaran.
 
Kemudian muncul seorang tokoh bernama: 
- Socrates, dia kembali mengajak manusia untuk berpikir bahwasanya sesuatu itu ada hakikatnya. Dia dibenci karena pemikirannya yang mengajak manusia untuk mengenal kebenaran. Hingga akhirnya dia dihukum mati oleh Kerajaan Yunani. Dia tidak sempat menulis buku, tapi dia sempat mengajar sehingga ilmunya diambil oleh murid-muridnya seperti Plato dan Aristoteles.
 

No comments:

Post a Comment