Wednesday, 20 August 2025

Kajian Rabu: Saatnya Berperan, bukan Baperan // Ustadz Ali Hasan Bawazier hafizhahullah

Kajian Rabu // The Rabbaanians
Saatnya Berperan, bukan Baperan
Oleh: Ustadz Ali Hasan Bawazier hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Rabu, 27 Shafar 1447 / 20 Agustus 2025

Alhamdulillah.
Kita bersyukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat yang diberikan, yang memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu di rumah Allah ini. Kita dipertemukan di majelis ilmu untuk mengupgrade diri kita, membuat diri kita menjadi lebih baik.

Lebih baik itu, standarnya bukanlah baperan, bukan orang yang selalu membawa perasaan dirinya sendiri; tapi orang yang lebih baik itu harus menurut Allah, bagaimana dia menjadi lebih baik di mata Allah.

Seorang Muslim harus selalu berpikir bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan kepada kita untuk cukup memiliki identitas sebagai Muslim tapi tidak ada peran yang ditunjukkan sebagai seorang Muslim.

Sudah waktunya kita untuk bertanya, "Sebagai seorang Muslim, apa makna diriku sebagai Muslim? Apa yang Islam inginkan dari diriku?". Ini akan melahirkan jawaban bagaimana jati diri dan kepribadian seorang Muslim.

Seorang Muslim adalah seorang yang visioner, yang memiliki visi. Dia tahu bahwa hidup ini adalah batu pijakan menuju kehidupan yang berikutnya, kehidupan akhirat. Maka dia tidak akan terinterupsi karena hal-hal yang terjadi di kesehariannya, di satu fase kehidupannya, di mana yang membuat dia mungkin tersandung dari tujuan utamanya, dia menganggap itu hanya sandungan-sandungan kecil ketika dia melihat visi jauhnya, yaitu dia akan hidup mendapatkan ridho Allah di surgaNya.

Kita melihat murid-murid Nabi Muhammad ﷺ yang kita kenal dengan sebutan para Sahabat, mereka ini orang yang paling jauh dari baperan. Mereka tidak menempatkan baper di dalam diri mereka sama sekali. Mereka benar-benar mengetahui bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan misi, melakukan aktivitas, memberikan peran, itu yang mereka pikirkan, maka mereka terus berlomba untuk berbuat kebaikan.

Kita melihat sejumlah hadits, di mana Nabi Muhammad ﷺ malah membatasi kepada Sahabat karena antusias mereka di dalam beramal.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنْ قُرَيْشٍ فَكَانَ لاَ يَأْتِيهَا كَانَ يَشْغَلُهُ الصَّوْمُ وَالصَّلاَةُ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَمَا زَالَ بِهِ حَتَّى قَالَ لَهُ « صُمْ يَوْماً وَأَفْطِرْ يَوْماً ». وَقَالَ لَهُ « اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ خَمْسَ عَشْرَةَ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ سَبْعٍ ». حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ ثَلاَثٍ ». وَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ »

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa ia telah menikahi wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah mendatanginya karena sibuk puasa dan shalat (malam). Lalu ia menceritakan hal ini kepada Nabi ﷺ, kemudian beliau bersabda, “Berpuasalah setiap bulannya selama tiga hari”. “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi ﷺ katakan padanya, “Puasalah sehari dan tidak berpuasa sehari”. Lalu Nabi ﷺ juga berkata padanya, “Khatamkanlah Alquran dalam sebulan sekali”. “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi ﷺ, “Khatamkanlah Alquran setiap 15 hari”. “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi ﷺ, “Khatamkanlah Alquran setiap 7 hari”. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi ﷺ bersabda, “Khatamkanlah setiap 3 hari”. Nabi ﷺ pun bersabda, “Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa” (HR. Ahmad 2: 188)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ mengatakan padanya,

أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

"Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.” (HR. Bukhari No. 1131)

Hadits ini disampaikan oleh Nabi ﷺ untuk membatasi semangat Sahabatnya dalam beramal. Demikian pula khatam Alquran setiap hari, itu pun dibatasi.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »

“Wahai Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Alquran?" Beliau ﷺ menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi ﷺ menyatakan, “Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Nabi ﷺ lantas bersabda, “Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud No. 1390 dan Ahmad 2: 195)

Kalau mau khatam Alquran dengan maksimal, maka bisa dilakukan selama 3 hari sekali, yaitu sehari 10 juz misalnya. Jika tidak dibatasi, maka para Sahabat akan meminta lebih untuk itu. Sedangkan kita, jika Nabi ﷺ masih hidup sekarang, mungkin akan nego waktu shalat karena magernya kita. Para Sahabat tidak menempatkan baper di dalam hidup mereka. Mereka penuh dengan peran. Mereka menganggap biasa pengorbanan di jalan Allah.
Di zaman Nabi ﷺ, ada seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.
 
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekkah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
 
Setelah masuk Islam, dia berubah 180° karena dia mendapatkan intimidasi dari orang tuanya, dari keluarganya, sehingga beliau hijrah dan menjadi orang faqir, menjadi orang miskin. Dengan penuh kekurangan yang luar biasa, sampai ketika beliau mati syahid. Dengan tampannya wajah Mushab bin Umair, dia sering diserupakan dengan Rasulullah ﷺ.
 
Pada Perang Uhud, beliaulah orang yang membawa bendera kaum Muslimin di bawah komando Rasulullah ﷺ. Syahidnya di Perang Uhud karena terbunuh oleh Ibnu Qami'ah al-Laitsi yang menyangka Mush’ab radhiyallahu 'anhu sebagai Rasulullah ﷺ, dalam usia 40 tahun. Sehingga Ibnu Qami'ah lantas menemui orang-orang Quraisy sambil berseru: “Aku telah membunuh Muhammad”.
 
Mushab bin Umair ketika meninggal dunia, beliau hanya memiliki secarik kain yang jika ditutup wajahnya, kakinya kelihatan dan jika ditutup kakinya, justru wajahnya kelihatan. Padahal sebelum masuk Islam, dia sangat kaya dan tampan. Dia yang diutus oleh Nabi pertama kali ke kota Yatsrib, yang sekarang kita kenal sebagai Madinah untuk mendakwahi penduduknya, sehingga tokoh-tokoh Madinah seperti As'ad bin Zurarah, Usaid bin Hudhair, dan Sa'ad bin Muadz masuk Islam melalui Beliau. Itu menunjukkan berkahnya Mush'ab bin Umair menjadikan tokoh-tokoh Anshor masuk Islam melalui Beliau. Keislaman seluruh masyarakat Anshor, setelah rahmat dan hidayah dari Allah, itu adalah perannya Mush'ab bin Umair radhiyallahu 'anhu.
 
Beliau wafat dalam keadaan seperti itu, sehingga itu menjadi sangat berkesan di hati para Sahabat. Ketika di antara mereka, di masa kejayaan Islam, di masa Umar yang sudah menjadi Gubernur di sini dan di sana.
 
Sa'ad bin Abi Waqqash berkhutbah sambil menangis,
"Aku masih ingat bagaimana Mush'ab bin Umair mati syahid dalam keadaan faqir, dalam keadaan miskin, dan tidak sama sekali mengenyam kejayaan Islam. Sekarang kita menjadi pemimpin di setiap negara yang ada di jazirah Arab, Afrika, Syam, dan sebagainya."
 
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ketika menceritakan tentang dirinya, bagaimana ketika beliau menjadi Gubernur di masa Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Beliau adalah orang alim dan salah satu murid senior dan setia dari Nabi Muhammad ﷺ yang paling banyak menghapal hadits. Umar bin Khattab tidak akan mengangkat seorang pemimpin kecuali dari orang alim, dari kalangan Ahlul Badr, Sahabat yang senior. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu memakai pakaian yang berbeda. Sekali waktu beliau bersih dan membersihkan hidungnya dengan kain linen kemudian meremas kainnya sambil mengatakan,
"Betapa hebatnya engkau Abu Hurairah. Apakah engkau lupa, dahulu pernah kelaparan dan pingsan di depan rumah Nabi ﷺ? Sesungguhnya aku pernah pingsan karena kelaparan. Aku masih ingat bagaimana aku dahulu ketika jatuh pingsan di antara mimbar dan rumah Nabi ﷺ. Orang-orang menyangka aku telah gila, sehingga mereka menginjak leherku dengan kaki mereka. Sebenarnya aku tidak gila, tetapi sedang kelaparan.”
 
Bagi mereka, fase-fase itu adalah fase di mana mereka mengenang, namun tidak membuat mereka baper menjadi pengikut Nabi ﷺ. Mereka mau berkorban apapun karena mereka tahu visi terjauh mereka adalah ridhonya Allah, surgaNya Allah. Maka mereka tidak menempatkan baper di dalam keseharian mereka.
 
Nabi Yusuf 'alayhissalam ketika masih anak-anak dibuang ke sumur oleh saudaranya, kemudian dijual menjadi budak, dan terus mengalami cobaan bahkan hingga dipenjara belasan tahun. Bisa dibayangkan kalau Nabi Yusuf baperan, maka kita tidak akan pernah membaca cerita Nabi Yusuf. Namun inilah ujian.
 
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

"(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al Mulk : 2)
 
Memang kehidupan dan kematian ini untuk menguji kita, siapa yang terbaik amalnya di antara kita.
Ketika Allah menyebutkan siapa yang terbaik amalnya, itu yang menjadi misinya para Sahabat. Betapa banyak para Sahabat yang bertanya kepada Nabi ﷺ tentang apa amalan yang paling baik.
 
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟

“Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ‘Amal apakah yang paling utama?'" (HR. Bukhari No. 2782; Muslim No. 137/85; Tirmidzi No. 1898)

 عَن مُعَاذ بن جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلتُ يَا رَسُولَ الله أَخبِرنِي بِعَمَلٍ  يُدخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعدني منٍ النار قَالَ: (لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَتُشْرِكُ بِهِ شَيْئَا، وَتُقِيْمُ الصَّلاة، وَتُؤتِي الزَّكَاة، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ البَيْتَ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الخَيْرِ: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ تَلا : (تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ) حَتَّى بَلَغَ: (يَعْملَونْ) [السجدة:16-17] ثُمَّ قَالَ: أَلا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ: بَلَى يَارَسُولَ اللهِ، قَالَ: رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ وَذروَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ ثُمَّ قَالَ: أَلا أُخبِرُكَ بِملاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ قُلْتُ:بَلَى يَارَسُولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ يَانَبِيَّ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ فَقَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَامُعَاذُ. وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَو قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلسِنَتِهِمْ) رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح.

Dari Mu’adz bin Jabal radhyiallahu ‘anhu dia berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Beliau ﷺ bersabda: “Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah Ta’ala: Hendaknya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa pun,  menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji." Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu kebaikan? yaitu Puasa adalah benteng, sedekah akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamul-lail), kemudian beliau membacakan ayat : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….” Sampai .. “يَعْمَلُونَ (yang mereka lakukan).” (QS. As-Sajdah : 16-17). Kemudian beliau bersabda: “Maukah engkau aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiang-tiangnya dan puncaknya?", Aku menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Beliau ﷺ bersabda: “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.” Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Maukah  engkau aku beritahukan  bagaimana cara dapat memiliki semua itu?” Aku berkata, “Mau ya Rasulullah.” Maka Rasulullah ﷺ memegang lisannya lalu bersabda: “Jagalah ini.” Aku berkata: “Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan?” Beliau ﷺ bersabda: “Wah kamu ini Mu’adz, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkal wajahnya di neraka –atau beliau bersabda: di atas hidungnya- selain karena buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka". (HR. Tirmidzi)

Mereka menanyakan peran-peran untuk menjadi orang-orang yang terbaik.
 
Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah ﷺ. Lalu ia bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan apa amalan yang paling dicintai oleh Allah?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

أحبُّ الناسِ إلى اللهِ تعالى أنفعُهم للناسِ وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ يُدخلُه على مسلمٍ أو يكشفُ عنه كُربةً أو يقضي عنه دَينًا أو يطردُ عنه جوعًا ولأن أمشيَ مع أخٍ في حاجةٍ أحبُّ إليَّ من أن أعتكفَ في هذا المسجدِ ( يعني مسجدَ المدينةِ ) شهرًا ومن كفَّ غضبَه ستر اللهُ عورتَه ومن كظم غيظَه ولو شاء أن يمضيَه أمضاه ملأ اللهُ قلبَه رجاءَ يومِ القيامةِ ومن مشى مع أخيه في حاجةٍ حتى تتهيأَ له أثبت اللهُ قدمَه يومَ تزولُ الأقدامُ

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya, maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka” (HR. Ath-Thabrani 6/139, Ash-Shahihah No. 906)
 
Semua isi hadits ini konteksnya adalah tentang berperan. Apa peran kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain? Karena yang terbaik itu di sana.
 
Kita bisa lihat dalam konteks kemerdekaan. Apa jadinya jika para pahlawan nasional kita baperan dan tidak berperang? Apa mungkin kita masih bisa duduk di majelis ilmu? Kita melihat bagaimana perjuangan yang luar biasa dari seluruh pahlawan nasional yang mayoritasnya kita kenal mereka adalah kaum muslimin, yang mayoritasnya mereka adalah orang-orang yang visioner, dan berjuang bukan cuma sekadar untuk merdeka dari para penjajah, tapi yang lebih utama lagi adalah merdeka di dalam beribadah, merdeka di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, tidak diintimidasi, tidak didzalimi, tidak diinjak-injak. Syiar mereka adalah syiar Islam.
 
Bung Tomo adalah seorang pahlawan yang agamis, syiarnya adalah Allahu Akbar. Beliau luar biasa dalam membakar semangat juang arek-arek Suroboyo sehingga salah satu Jenderal asal Inggris, Aubertin Mallaby tewas dalam peperangan yang luar biasa. Korban tewas dari arek-arek Suroboyo sekitar 40.000 jiwa melawan penjajah Inggris.
 
Dewi Sartika adalah seorang pahlawan wanita yang berkontribusi dalam membangun Sekolah Istri, yaitu sekolah khusus perempuan yang dipersiapkan untuk menjadi istri. Diajarkan untuk bagaimana mendidik anak, bagaimana cara menjahit, cara memasak, dan sebagainya.
 
Negeri ini banyak orang hebat yang kita tidak kenal. Kita hanya tahu nama mereka melalui nama jalan. Seharusnya kita memikirkan apa peran mereka sehingga namanya dijadikan nama jalan.
 
Kemerdekaan tidak mungkin diraih kecuali adanya peran dari semua yang berjuang. Ada seorang pejuang nasional yang menginspirasi para pemimpin negara yang akhirnya salah satu muridnya menjadi Bapak Proklamator kita yaitu Ir. Soekarno. Beliau selalu menanamkan kepada murid-muridnya dengan mengajarkan Sirah Nabi ﷺ. Beliau memiliki slogan yaitu semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepintar-pintar siasat. Beliau adalah H.O.S. (Haji Oemar Said) Tjokroaminoto.
 
Banyak orang yang berperan besar bukan hanya sekadar nama negara, tetapi juga atas nama agama karena Allah, sehingga Allah memberikan berkah kepada negeri ini. Bukan hanya sekadar keringat, bukan hanya sekadar jerih payah, bukan hanya sekadar darah, tetapi juga iman.
 
Allah tidak sedikit menyampaikan kepada kita agar kita memiliki peran besar di lingkungan kita.

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (QS. An Nisaa : 114)
 
Allah menuntut kita untuk berperan. Allah menuntut kita, jika misalnya kita belum bisa bersedekah, kita mengajak orang untuk bersedekah. Inilah orang-orang yang akan diberikan pahala yang besar selama kita mencari ridho Allah. Orang-orang yang berperan besar terhadap orang lain, maka hidupnya akan berkecukupan.
 
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bahwasanya beliau bersabda:

الْمُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لا يَظْلِمُهُ ولا يُسْلِمُهُ، مَن كانَ في حاجَةِ أخِيهِ كانَ اللَّهُ في حاجَتِهِ، ومَن فَرَّجَ عن مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عنْه بها كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَومِ القِيامَةِ، ومَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيامَةِ

“Seorang muslim itu saudara untuk muslim yang lain, jangan dia mendzaliminya, jangan juga menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa yang memenuhi hajat seorang saudaranya, Allah akan penuhi hajatnya. Barangsiapa yang ia melepaskan kesulitan seorang muslim, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Nabi ﷺ selalu memberikan motivasi untuk berbuat, walaupun peran itu hanya sekadar ucapan.
 
Di dalam syariat, ada istilah syafa'at. Secara bahasa, syafa'at sama dengan rekomendasi. Untuk menolong orang yang jobless, kita bisa membantu orang tersebut dengan memberikan rekomendasi pekerjaan untuknya.
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia melakukannya." (HR. Muslim)
 
Di dalam Islam, pahala tersebut sama seperti sedekah.
 
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ إِذْ جَاءَ رَجُلٌ عَلَى نَاقَةٍ لَهُ فَجَعَلَ يُصَرِّفُهَا يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ عِنْدَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لَا ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لَا زَادَ لَهُ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ لَا حَقَّ لِأَحَدٍ مِنَّا فِي الْفَضْلِ
 
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
"Ketika Kami bersama Rasulullah ﷺ dalam sebuah safar tiba-tiba terdapat seorang laki-laki yang datang menunggang untanya. Ia memalingkan unta tersebut ke kanan dan ke kiri, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang memiliki kelebihan tunggangan maka hendaknya ia memberikan tunggangan kepada orang yang tidak memiliki tunggangan, dan barang siapa yang memiliki kelebihan perbekalan maka hendaknya ia memberikan perbekalan kepada orang yang tidak memiliki perbekalan." Hingga Kami menyangka bahwa tidak ada seorangpun di antara Kami terhadap sesuatu yang lebih." (Sunan Abu Daud)
 
Dengan berbagi, dengan berperan, bukan menunggu, tapi apa yang bisa dilakukan, dan semuanya berperan. Nabi ﷺ memberikan motivasi kepada kita semua.
 
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلَامَـى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ : تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِـيْ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. (رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
 لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ، فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ، كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
 
“Sungguh aku melihat ada seseorang sedang bersenang-senang dan berlezat-lezat di dalam surga disebabkan ada sebatang pohon yang ia potong (ia singkirkan) dari jalan, yang mana pohon tersebut mengganggu orang-orang (yang lewat jalan tersebut).” (HR. Muslim No. 1914)
 
Hanya dengan itu seseorang bisa masuk surga. Maka berperanlah. 

No comments:

Post a Comment