Wednesday, 15 October 2025

Kajian Rabu: Sabarnya Orang Terdahulu // Ustadz Abu Fahd Ega hafizhahullah

Kajian Rabu The Rabbaanians
Sabarnya Orang Terdahulu
Oleh: Ustadz Abu Fahd Ega hafizhahullah
Rabu, 24 Rabiul Akhir 1447 / 15 Oktober 2025
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Kita bersyukur kepada Allah dengan berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Allah berikan kepada kita nikmat sehat, nikmat iman, nikmat aman, dan nikmat kecukupan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
Kalau kita ingin bahagia, maka lakukan 3 hal, yaitu:
1. Bersyukur jika diberikan sesuatu
2. Bersabar jika mendapatkan ujian
3. Beristighfar ketika berbuat dosa
Kehidupan kita selalu berkutat dengan ketiga hal ini.

Sabar adalah amal ibadah yang besar, bahkan jika berbicara tentang keutamaan shalat, terkadang ada pahala yang dihitung oleh Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim No. 666)

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi No. 2910)

Tapi amal ibadah yang bernama sabar, pahala yang disiapkan oleh Allah tidak bisa dihitung sama sekali.

Dengan kesabaran, seseorang bisa menemukan solusi dengan benar.

Sabar, kata para ulama adalah menahan diri untuk tidak melakukan apa yang Allah haramkan.

Di antara yang Allah haramkan adalah meninggalkan shalat, maka jangan sampai seseorang meninggalkan shalatnya.

Sabar bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan tetap mencari solusi tapi dari sumber yang halal, jangan dari sumber yang haram. Begitupula ketika seseorang ditimpa ujian atau masalah, maka tetap menempuh jalur yang halal, bukan menempuh sesuatu yang haram.

Kenapa kita harus mencontoh orang-orang terdahulu? Yang kita contoh adalah orang-orang terdahulu yang shalih. Maka carilah teladan dari para Nabi dan Rasul. Baca sejarah mereka dan ambil pelajaran dari situ, karena derajat Nabi yang paling rendah sekalipun tidak akan bisa diraih oleh orang yang paling shalih sekalipun.

Kemudian orang-orang shalih yang bisa kita ambil teladan adalah para Sahabat Nabi ﷺ. Semasa hidup mereka, Allah sudah mengatakan bahwa Allah ridho kepada mereka.

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At Taubah : 100)

Bahkan Nabi ﷺ menyebutkan secara khusus para Sahabat yang dijamin masuk surga dan itu disampaikan ketika mereka masih hidup.

Mereka mendapatkan mereka karena keimanan dan perjuangan mereka sudah teruji. Nabi ﷺ mengajarkan kepada mereka, dibimbing langsung oleh Nabi ﷺ, termasuk dalam shalat.

Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari)

Mereka adalah orang-orang yang paling pantas kita teladani.

Kemudian, kita bisa mencontoh orang-orang shalih yang mengikuti jalannya Nabi ﷺ dan para Sahabatnya.

Sabarlah kamu seperti sabarnya ulul Azmi. Mereka adalah Nabi Nuh 'alayhissalam, Nabi Ibrahim 'alayhissalam, Nabi Musa 'alayhissalam, Nabi Isa 'alayhissalam, Nabi Muhammad ﷺ.

Ketika kita berbicara tentang sabar, Allah memerintahkan kita untuk sabar seperti sabarnya para Ulul Azmi.

Tidak setiap Nabi adalah Rasul, tapi setiap Rasul adalah Nabi. Nabi Adam 'alayhissalam adalah Nabi pertama tapi dia bukan Rasul, melainkan Nuh yang menjadi Rasul pertama.

1. Nabi Nuh 'alayhissalam 
Nabi Nuh 'alayhissalam adalah Rasul yang pertama. Kesyirikan pertama kali terjadi di masa beliau, itu sebabnya Allah mengutus Nabi Nuh 'alayhissalam.

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selainNya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat)." (QS. Al A'raaf : 59)

اِنَّآ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖٓ اَنْ اَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۝١ قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌۙ ۝٢ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاتَّقُوْهُ وَاَطِيْعُوْنِۙ ۝٣ يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ اِذَا جَاۤءَ لَا يُؤَخَّرُۘ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ۝٤ قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ ۝٥ فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا ۝٦ وَاِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْٓا اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَاَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًاۚ ۝٧ ثُمَّ اِنِّيْ دَعَوْتُهُمْ جِهَارًاۙ ۝٨ ثُمَّ اِنِّيْٓ اَعْلَنْتُ لَهُمْ وَاَسْرَرْتُ لَهُمْ اِسْرَارًاۙ ۝٩ فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ ۝١٠

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), “Berilah peringatan kepada kaummu sebelum datang azab yang pedih kepadanya!” Dia (Nuh) berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku ini adalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertaqwalah kepadaNya, dan taatlah kepadaku, niscaya Dia akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkanmu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah itu, apabila telah datang, tidak dapat ditunda. Seandainya kamu mengetahui(nya).” Dia (Nuh) berkata, “Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, melainkan mereka (makin) lari (dari kebenaran). Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya). Mereka pun tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Kemudian, sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan. Lalu, aku menyeru mereka secara terbuka dan diam-diam. Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Rabbmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun". (QS. Nuh : 1-10)

فَقَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِىَ ٱلرَّأْىِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍۭ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَٰذِبِينَ

"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (QS. Hud : 27)

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمْ ظَٰلِمُونَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Ankabut : 14)

Kesabaran Nuh yang begitu besar. Kalau Nuh mengajak orang pada kebaikan selama 950 tahun, kemudian kita yang berdakwah sehari atau dua hari mundur ketika mengajak orang pada kebaikan, maka kita belum bersabar.

Ulul Azmi adalah orang-orang yang tegar.

Nabi ﷺ berkata kepada Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu:

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari No. 2942 dan Muslim No. 2406)

Hadits ini menjadi motivasi untuk mengajak seseorang pada kebaikan walau hanya satu orang.

2. Nabi Ibrahim 'alayhissalam 
Nabi Ibrahim adalah kekasih Allah. Seluruh Nabi Yang datang setelah Nabi Ibrahim adalah keturunan beliau.

Banyak pelajaran yang bisa kita petik, di antaranya adalah ketika beliau meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di tengah-tengah kota Mekkah yang masih tandus.

Kesabaran bukan hanya ketika orang ditimpa musibah, tetapi juga dalam melaksanakan kepatuhan kepada Allah.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata,
"Nabi Ibrahim 'alayhissalam membawa Hajar dan putranya Ismail dalam keadaan Hajar menyusuinya, hingga Nabi Ibrahim 'alayhissalam meletakkannya di tempat yang nantinya akan dibangun Baitullah; yaitu di dekat pohon besar di atas Zamzam, di atas bagian (yang nantinya berdiri di sana) masjid. Kala itu, di Mekkah tidak ada siapapun, dan tidak ada air. Nabi Ibrahim 'alayhissalam menempatkan keduanya di sana. Nabi Ibrahim 'alayhissalam pun meletakkan di dekat mereka sebuah wadah berisi kurma, dan wadah berisi air. Lalu Nabi Ibrahim 'alayhissalam membalikkan punggungnya untuk meninggalkan tempat tersebut. Hajar mengikuti Nabi Ibrahim 'alayhissalam dan berkata, “Wahai Ibrahim! Ke mana engkau hendak pergi meninggalkan kami di lembah yang tak berpenghuni dan tak ada apapun di sini?” Hajar mengucapkan kata-katanya berulang kali, namun Nabi Ibrahim tidak juga menolehnya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Nabi Ibrahim 'alayhissalam menjawab, “Benar.” Hajar menimpali, “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” kemudian Hajar kembali ke tempat semula.

Nabi Ibrahim Alaihissalam terus pergi, hingga ketika sudah berada di jalan pegunungan dan tidak terlihat lagi oleh Hajar dan putranya, Nabi Ibrahim menghadapkan wajahnya ke (tempat yang nanti akan didirikan) Baitullah, lalu beliau memanjatkan doa berikut dengan mengangkat kedua tangannya:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Wahai Rabb kami! sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim : 37]

Setelah itu, Hajar mulai menyusui Ismail. Ia meminum dari air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Hingga ketika air telah habis, ia mulai merasa kehausan, begitu pula putranya, Ismail. Hajar menatap putranya yang meronta-ronta. Karena tak sanggup melihat keadaan putranya, Hajar berlarian meninggalkan putranya menuju bukit Shafa, bukit terdekat darinya. Ia naik lalu berdiri di sana dan memandangi lembah yang baru saja ia tinggalkan,  berharap ada orang lain di sana. Ternyata tidak ada seorangpun selain mereka berdua. Ia turun dari bukit Shafa dan terus berlari kecil melewati lembah sehingga sampai ke bukit Marwah. Ia berdiri di sana untuk memeriksa, apakah ada seseorang yang terlihat? Namun tidak ada seorang pun. Ia melakukan itu sampai 7 kali.

Begitupun ketika Nabi Ibrahim bermimpi untuk menyembelih Nabi Ismail.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ash-Shaffat : 102)

Kesabaran orang tua adalah akhlaq baik yang dicontoh oleh anak. Kalau mau punya anak shalih, maka jadilah orang tua yang shalih.

Kita juga bisa mengambil banyak pelajaran dari Nabi Musa 'alayhissalam dan Nabi Isa 'alayhissalam, namun kita persingkat dengan langsung mengambil contoh dari Rasulullah ﷺ.

3. Nabi Muhammad ﷺ 
Kita bisa mengambil contoh kesabaran dari beliau ﷺ dalam banyak hal. Sisi kesabaran beliau ﷺ adalah ketika hidup berumah tangga.

Nabi ﷺ pernah mengalami kesusahan di dalam rumah tangganga.

Istri harus mensupport suami, minimal dia bisa menjaga mental suami. Istri menuntut ini dan itu, sehingga suami sudah susah di luar, susah pula di rumah. Tirulah Khadijah radhiyallahu 'anha ketika Nabi ﷺ merasakan ketakutan saat wahyu pertama turun. Khadijah menenangkan hati suaminya.

Di antara yang bisa menghilangkan kesedihan adalah dengan mengajak pasangan kita ke ahli ilmu untuk belajar.

Rasulullah ﷺ ditinggal wafat oleh orang-orang tercintanya.
Khadijah wafat, Abu Thalib wafat bahkan dalam kondisi kafir, Hamzah juga wafat, bahkan seluruh anaknya wafat kecuali Fatimah. Begitu banyak ujian yang dilalui oleh Nabi ﷺ namun beliau ﷺ tidak pernah jatuh mentalnya karena beliau ﷺ percaya dengan takdir.

Aisyah radhiyallahu 'anha memiliki saudari bernama Asma'. Di dalam masa Malik bin Marwan yang menjadi khalifah, ia mengirim pasukan yang dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf yaitu orang yang kejam dan tidak pernah ragu untuk menumpahkan darah kaum Muslim. Semua kota berhasil dia kuasai kecuali Mekkah.

Setelah Husain terbunuh dan Yazid bin Mu`awiyah meninggal, Abdullah bin Zubair dapat mendirikan khilafah di Hijaz sampai Abdul Malik bin Marwan berkuasa sebagai khalifah. Lalu, Abdul Malik mengirim pasukan yang dipimpin oleh seorang yang kejam Hajjaj bin Yusuf ats-Tsagafi untuk menumpas Abdullah bin Zubair. Hajjaj menghujani Ka’bah dengan manjanik, yaitu seperti panah api dan melukai para penduduk Mekah sehingga mereka pergi meninggalkan Abdullah bin Zubair. Kemudian Abdullah bin Zubair mendatangi ibunya Asma binti Abu Bakar yang kedua matanya telah buta, untuk meminta nasihat darinya. Asma, ibunya, menasihatinya agar tetap bertahan sampai kematian datang menjemput. Asma berkata, “Demi Allah, tebasan sebilah pedang demi kemuliaan adalah jauh lebih balk daripada cambukan sepotong cemeti dalam kehinaan.” Abdullah bin Zubair menjawab perkataan ibunya, “Wahai ibuku, aku takut bila mereka telah membunuhku, mereka akan menjadikan jasadku sebagai contoh di tengah-tengah penduduk.” Lalu Asma berkata dengan perkataannya yang sangat masyhur, “Adakah kambing yang telah disembelih akan merasakan sakitnya dikuliti?” Maka, Abdullah bin Zubair pun lalu pergi menghadapi Hajaj sampai menemui ajalnya sebagai syahid.

Kita juga bisa belajar dari para Nabi dan Rasul yang lain. Kita bisa belajar dari teladan yang paling sabar dan bisa contoh, yaitu Nabi Ayyub 'alayhissalam.

Dahulu Nabi Ayyub 'alayhissalam adalah seorang yang kaya, kemudian dia mendapatkan musibah sehingga ia hanya hidup bersama istrinya dan diberikan penyakit yang parah. Tidak ada saudara yang mengurusnya kecuali hanya 2 orang.

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

"Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiya : 83)

Lihatlah bagaimana Nabi Ayyub 'alayhissalam meminta langsung kepada Allah dengan kesulitan yang luar biasa, dengan penyakitnya yang parah. Nabi Ayyub 'alayhissalam tetap berbaik sangka kepada Allah, beriman kepada takdir.

Semua takdir Allah memiliki tujuan yang baik. Kadang orang dengan kesehatan tidak mau istighfar, tidak mau ibadah. Kemudian Allah berikan sakit supaya dia mau kembali dan ingat kepada Allah. Tanpa penyakit bisa membuat orang menjadi sombong.

Ketika Nabi ﷺ memerintahkan kita untuk beriman kepada takdir, para ulama di bahwa takdir buruk itu hanya dilihat dari pandangan manusia, adapun di pandangan Allah, semuanya adalah baik. Bisa jadi ketika seseorang bersabar, Allah akan memasukkannya ke dalam surga.

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ فَكَشَفْنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرٍّ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ أَهْلَهُۥ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَٰبِدِينَ

"Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al Anbiya : 84)

Kita juga bisa belajar kesabaran dari ulama yang hidup di masa kita sekarang, yaitu Syaikh Nashiruddin Al Albany rahimahullah.

Beliau wafat pada tahun 1999.
Seorang muridnya pernah menceritakan bahwa Syaikh pernah duduk dengan murid-muridnya menunggu waktu Subuh. Setelah shalat Subuh, Syaikh mengajak mereka untuk umroh. Muridnya berkata bahwa Syaikh belum tidur.

Kemudian Syaikh mengatakan bahwa "Aku mendapati aku kuat dan aku bersemangat"

Muridnya bercerita bahwa Syaikh beristirahat dan muridnya enggan membangunkannya karena kasihan Syaikh terasa capek. Namun Syaikh terbangun dan melanjutkan perjalanan.

Setelah umroh, Syaikh mampir ke rumah iparnya. Banyak orang yang menunggu untuk bertanya kepada Syaikh hingga pukul 1 dinihari.

Kalau kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain, maka berikanlah. Bantu mereka dengan uang, atau bahkan dengan tenaga. Itu bisa menyenangkan hati orang lain.

Kisah lain adalah ketika Syaikh Albany belajar di Yordania, di sana ada perpustakaan. Syaikh mengambil buku-buku paling atas, kadang beliau mengambil buku manuskrip yang belum rapi dengan tangga karena posisi bukunya berada di atas, kemudian buku tersebut dibuka dan dibaca oleh beliau di tangga selama 6 jam tanpa turun.

Ini pelajaran bagi kita yang sudah merasa capek baru belajar beberapa jam saja.

Ujian, cobaan, musibah, apapun bentuknya itu pasti dan berbeda-beda. Ada yang diuji dengan hartanya, ada yang diuji dengan keluarganya, ada yang diuji dari temannya, ada yang diuji dari orang tuanya. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah : 155)

Jadikan ujian untuk mendapatkan ridho Allah.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (QS. Al Baqarah : 156)

Ini menjadi dalil bahwasanya tidak hanya dikatakan untuk orang yang meninggal dunia. Namun perkataan istirja ini dikatakan ketika kita mendapatkan musibah.

أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ

"Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah : 157)

Semoga Allah memberikan kita kesabaran dari semua masalah kita dan Allah berikan kita jalan keluar dari semua masalah kita.

No comments:

Post a Comment