Kajian Kitab Rutin: Adabul Mufrad karya Imam Bukhari
In a World Full of Fitnah Choose Kindness
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah
BataSpace, Ampera Raya, Jakarta Selatan
Ahad, 20 Rabiul Akhir 1447 / 12 Oktober 2025
Ketika seorang Muslim mengkhususkan waktunya untuk belajar, dan di antara amal shalih yang sangat besar, sebagaimana kita berharap ketika kita shalat, bersedekah, membantu orang lain, maka kita juga berharap mendapatkan pahala yang sangat besar, bukan hanya menghabiskan waktu.
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Mujadilah : 11)
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Zumar : 9)
Dahulu kita tidak punya ilmu tentang shalat, tapi kondisinya berbeda ketika kita sudah mengerti tentang shalat. Bagaimana kita menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai sumber dalam beragama. Coba bandingkan dengan diri kita beberapa tahun lalu dengan diri kita sekarang yang sudah belajar.
Ilmu adalah cahaya dan kebaikan.
Begitu pentingnya belajar, Nabi ﷺ menjadikan tolok ukur kecintaan Allah kepada seorang hamba melalui ilmu yang dia dapatkan.
Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari berkata:
"Seseorang yang tidak diinginkan kebaikan oleh Allah, maka dia akan dijauhkan dari ilmu agama."
Ilmu agama adalah segalanya. Jangan pernah mau mengganti aktivitas menuntut ilmu agama dengan yang lain
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
Para ulama sepakat, amal shalih yang paling baik adalah menuntut ilmu agama. Ilmu agama adalah sebaik-baik amal shalih.
Ketika kita mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi, maka bukan hanya kita yang mendapatkan kebaikan, tetapi orang lain juga akan mendapatkannya.
Jangan sampai kita belajar ilmu agama tapi niatnya salah. Kita belajar untuk mendapatkan pahala, supaya menghilangkan kebodohan, supaya masuk ke dalam surga. Ini adalah hal yang penting untuk kita perhatikan, yaitu niat yang benar.
Hijrah adalah masa untuk kita belajar dan memperbaiki diri kita. Tujuan kita adalah untuk ilmu dan amal. Ini adalah langkah yang wajib ditempuh oleh penuntut ilmu.
Prioritaskan ilmu. Prioritaskan amal. Luruskan niat kita ketika kita sudah berhijrah. Kita jangan sombong dengan predikat yang kita kenakan sekarang. Justru kita harus terus menuntut ilmu agama dan terus memperbaiki niat.
Niat ini gampang sekali berubah.
Sulaiman bin Daud Al Hasyimiy berkata,
ربَّما أُحدِّثُ بحديثٍ ولي نيةٌ ، فإذا أتيتُ على بعضِه ، تغيَّرت نيَّتي ، فإذا الحديثُ الواحدُ يحتاجُ إلى نيَّاتٍ
“Terkadang ketika aku menyampaikan satu hadits, aku butuh pada niat. Lalu jika beralih pada hadits yang lain, maka berubah pula niatku. Sehingga satu hadits itu butuh pada beberapa niat.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Bab 113 - Membantu Orang Lain
Hadits 220
عَنْ أَبِي ذَرٍّ – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِهِ,” قَالَ, قُلْتُ: أَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: “أَنْفَسُهَا عِنْدَ أَهْلِهَا وَأَكْثَرُهَا ثَمَنًا”, قَالَ, قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟ قَالَ: “تُعِينُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ ,” قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ الْعَمَلِ؟ قَالَ: “تَكُفُّ شَرَّكَ عَنْ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Iman kepada Allah dan berjihad di jalanNya.’ Aku bertanya bertanya: ‘Hamba sahaya seperti apa yang paling utama untuk dimerdekakan?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Yang paling mahal di sisi majikannya dan yang paling mahal harganya.’ Aku bertanya lagi: ‘Jika aku tidak mampu melakukan itu bagaimana?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Kamu bantu orang yang bekerja atau kamu berbuat untuk orang yang tidak bisa bekerja.’ Aku berkata lagi: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku lemah dari melakukan sebagian amal?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Kamu menahan keburukanmu dari manusia, karena sesungguhnya itu sedekah dari kamu untuk dirimu.'” (HR. Bukhari)
Ini mengajarkan kita tentang pelajaran adab yang luar biasa, yaitu:
1. Dia bertanya dengan tujuan untuk diamalkan.
2. Para Sahabat Nabi ﷺ ketika bertanya, mereka selalu bertanya tentang kebaikan yang paling utama.
Kebaikan ini sifatnya adalah keimanan, ketaqwaan, dan amal shalih.
Di antara ilmu yang paling penting untuk kita pelajari adalah Fiqih Asmaul Husna, karena tidak mungkin seseorang bisa mengenal dan mencintai Allah kalau kita tidak tahu nama-nama dan sifat-sifatNya.
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba tentang Allah, maka semakin bertambah pula rasa takut dan pengagungan hamba tersebut kepadaNya, yang kemudian pengetahuannya ini akan mewariskan perasaan malu, pengagungan, pemuliaaan, merasa selalu diawasi, kecintaan, bertawakal, selalu kembali, serta ridha dan tunduk kepada perintahNya.” (Kitab Raudhatul Muhibbin)
Orang yang beriman hatinya akan tenang, kehidupannya pasti baik.
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl : 97)
Kebahagiaan hidup bukan tanpa masalah, bukan tanpa musibah. Setiap orang punya masalah. Diuji sama Allah.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah : 155)
Puncak dari kekecewaan seseorang di dunia adalah ketika dia mati dalam keadaan bunuh diri.
Banyak kita temukan orang yang kaya, popular, disukai banyak orang, tetapi matinya bunuh diri. Ini harus jadi pelajaran untuk kita. Jangan sampai harta dijadikan acuan. Kita melakukan sesuatu harus sesuai dengan tuntunan Allah.
Jihad adalah puncak dari keislaman seseorang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
… رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْـجِهَادُ فِـي سَبِيْلِ اللهِ
"… Pokoknya perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fii sabiilillaah". (HR. Ahmad)
Orang yang berjihad, dia harus punya modal.
Memerdekakan budak adalah amalan yang sangat agung.
Membebaskan budak akan dibebaskan dari api neraka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
أَيُّمَا رَجُلٍ أَعْتَقَ امْرَأً مُسْلِمًا اسْتَنْقَذَ اللهُ بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهُ عُضْوًا مِنْهُ مِنَ النَّارِ.
“Setiap orang yang membebaskan seorang (budak) muslim, niscaya Allah akan membebaskan anggota tubuhnya dengan setiap anggota tubuh budak itu dari api Neraka.” (Muttafaqun 'Alayh)
Sedekah yang paling bagus adalah ketika kita membayarkan dengan harga yang terbaik, yaitu yang menunjukkan kualitas yang bagus, bukan hanya sekadar mahal.
Bab 114 Orang Baik di Dunia adalah Orang Baik di Akhirat
Hadits 221
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang melakukan kebaikan di dunia, maka dia akan mendapatkan kebaikan di akhirat." (HR. Bukhari)
Jangan pernah kita meremehkan kebaikan sekecil apapun.
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya" (QS. Az-Zalzalah : 7)
Tafsir yang paling shahih dari kata dzarrah adalah semut yang paling kecil atau butiran debu.
Seseorang tidak akan rugi sedikit pun ketika kita berbuat kebaikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah bersabda berkenaan dengan kuda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ لِرَجُلٍ أَجْرٌ وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ مِنْ الْمَرْجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَتْ لَهُ حَسَنَاتٍ وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ أَرْوَاثُهَا وَآثَارُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَهَا كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِئَاءً وَنِوَاءً لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَهِيَ وِزْرٌ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Kuda itu ada tiga macam. Kuda bagi seseorang menjadi pahala, kuda bagi seseorang menjadi pelindung dan kuda bagi seseorang menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan pahala adalah kuda seseorang yang dipangkal untuk fisabilillah, ia banyak berdiam di padang rumput atau di taman. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama dipangkal di padang rumput atau di taman itu, maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan sekiranya ia meninggalkannya lalu mendaki satu atau dua tempat tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka dari itu kuda seperti itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala pada leher ataupun punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan kuda yang diikat (dipangkal) oleh seseorang karena kebanggaan, riya dan memusuhi orang-orang Islam, maka kuda itu mendatangkan dosa baginya” (HR. Bukhari)
Aku tidak mendapatkan wahyu tentang kuda kecuali satu ayat yang mencakup secara umum terhadap keledai.
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Tiada seorang (pun) dari kalian, melainkan (kelak) Allah akan berbicara kepadanya tanpa seorang penerjemah. Maka ia melihat ke kanan, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke kiri, tidaklah dilihatnya melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke depan, tidaklah dilihatnya melainkan neraka di hadapan wajahnya. Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan)." (Ash-Shahihain)
Sedekah adalah amalan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Bab 115
Hadits 222
Harmalah bin Abdullah mendatangi Nabi ﷺ dan bertanya, ’’Apa yang Anda perintahkan kepadaku untuk aku kerjakan?’’
Nabi menjawab dengan sebuah nasihat yang sangat mendalam:
’’Wahai Harmalah, lakukanlah yang baik dan jauhilah yang mungkar!’’
Nasihat ini merupakan pedoman hidup yang sangat penting. Nabi menekankan agar umatnya selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan.
Tindakan yang baik, sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan kemungkaran, segala sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah dan sunah Nabi.
Ketiga, berucap dengan perkataan yang baik dan menjauhi ucapan yang buruk.
Harmalah kembali mendekat dan bertanya kepada Nabi; ’’Apa lagi yang Anda perintahkan kepadaku untuk aku kerjakan?’’
Nabi menjawab: Wahai Harmalah, renungilah! Apa pun yang engkau benci untuk mendengarkannya ketika itu disampaikan kepadamu, maka jauhilah ucapan itu.
Nabi kemudian menambahkan: Apa pun yang engkau senangi untuk didengar orang, maka ucapkanlah itu kepada mereka. (Adabul Mufrad, Imam Bukhari)
Ini adalah inti dari akhlaq mulia yaitu ketika seseorang melakukan sesuatu yang
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
"Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits 223
"Barangsiapa yang melakukan kebaikan di dunia, maka dia akan mendapatkan kebaikan di akhirat" (Adabul Mufrad)
Tanggung jawab laki-laki begitu banyak, di antaranya adalah dalam memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, juga kepada orang tuanya yang tidak mampu.
Para ulama berpendapat bahwa sebaiknya seorang suami tidak memberitahukan seluruh pendapatannya kepada istrinya.
No comments:
Post a Comment