Thursday, 22 September 2011

Aku Anjing!

Aku anjing!
Menggonggong tanpa kupikirkan orang lain. Aku memang memiliki hati, tapi perasaan, tentu saja aku tak punya. Ya, karena aku anjing.

Aku anjing!
Menggigit dan menerkam siapa saja yang aku tak suka. Gigiku tajam, bahkan untuk makan sekalipun, aku tak butuh waktu lama untuk menghabiskannya. Ya, karena aku anjing.

Aku tak pernah menyadari apa yang kulakukan, tak kupedulikan juga yang lain berkata apa. Itu wajar saja, karena aku tak pernah diajarkan sopan santun dan bersikap baik. Bagaimana bisa sopan? Sebab orang tuaku pun anjing. Mereka hanya mengajarkanku untuk menerkam, menggigit, dan memakan apa atau siapa yang ku mau. Ya, karena kami keluarga anjing.

Aku hidup dari keluarga yang keras, sebutlah sifat kebinatanganku memang tak diragukan. Aku tahu banyak yang menilai seperti itu, dan aku tenang saja. Tak jarang kami saling bertengkar dalam satu rumah. Kami tak pernah menggunakan otak untuk menyelesaikan pertengkaran, yang kami gunakan hanya sifat kebinatangan semata. Siapa yang lemah, dia kalah. Sudah bisa ditebak, aku yang selalu kalah dari kedua orang tuaku. Ya, karena aku hanya anak anjing.

Ayahku seringkali menghantam aku dengan kakinya yang berkuku tajam, gonggongannya juga menakutkan. Ibuku juga begitu. Jika mereka sudah menggonggong, aku seperti mendengar suara yang berkata “hey Anjing, anak macam apa kamu? Dikasih tau susah! Dasar anjing!” Ya, karena aku memang termasuk anjing nakal. Nakal agar tidak dibilang terbelakang, nakal agar dibilang anjing gaul, dan nakal agar terlihat binal.

Aku pandai menjilat. Aku jilat semua teman agar mereka mau berteman denganku. Senang rasanya jika banyak yang suka dengan jilatanku, meski aku tahu mereka tak sadar. Mudah sekali membuat mereka jatuh hati, sejak dulu memang itu kepintaranku. Ya, karena aku anjing.

Sejak aku kecil sampai sekarang, sudah banyak yang kujilat. Lalu mereka jadi begitu dekat denganku, bahkan kami sering main bersama. Anjing sepertiku memang termasuk anjing yang beruntung. Tak ada yang menyadari bahwa jilatanku hanya tipuan, seketika mereka terperdaya dan aku bisa leluasa masuk ke dalam dunia mereka dan mengetahui segala rahasianya. Mereka bodoh, dan aku anjing yang pintar!

Sampai kapanpun, kamu dan mereka tidak akan bisa mengetahui apa maksud dari semua yang kulakukan. Kalian tidak lebih pintar dariku, karena kalian mudah tertipu dan terjebak dalam setiap gonggonganku. Aku pintar mengelabui teman-temanku sendiri, terlebih teman baruku yang belum mengerti bagaimana aku. Aku akan bertahan terus seperti ini dan akan tetap menjadi anjing yang ‘pintar’. Ya, karena selamanya, aku ANJING!

No comments:

Post a Comment