Monday, 11 January 2021

Kajian Ahad: Virus Kemunafikan

Kajian Ahad

Tema: Virus Kemunafikan 
Oleh: Ustadz Najmi Umar Bakkar
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan 
Ahad, 10 Januari 2021 - Ba'da Ashr
 
Virus adalah sebuah penyakit yang mampu menyebar kepada siapa saja. Begitu takutnya manusia kepada virus, sehingga mereka menghindar sekuat mungkin demi tidak terjangkit virus. Namun, satu persatu kaum muslimin mengalami futur dan lemah imannya akibat pandemi. Sungguh ini adalah kesalahan yang besar.

Menurut data, penduduk bumi ada sekitar 7miliar orang. Sekitar 1,5miliar adalah muslim dan 5,5miliar adalah kafir yang semuanya melakukan kesyirikan, apapun agama mereka. Bahkan mungkin ada juga muslim yang KTP-nya Islam tapi mereka justru ikut dalam kesyirikan.
 
Muslim yang aqidahnya kuat, ibadahnya, istiqomahnya, dan keyakinannya kepada Allah tetap kokoh. Apapun kondisinya, mereka tetap tegar memegang teguh Alquran dan Sunnah; dan tidak semua mendapatkan kenikmatan ini dari Allah. Mereka percaya bahwa Allah akan memberikan pertolongan dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya penolong.

Muslim munafik tidak sedikit adalah mereka yang lemah imannya. Mereka masih hidup di muka bumi tapi hatinya mati. Maka mereka mati sebelum mati. Muslim yang penuh dengan dosa, fasiq, penuh maksiat, hati yang berpenyakit, hati yang keras melebihi kerasnya batu, hingga hatinya mati.

Muslim sejati tidak pernah takut kepada apapun kecuali takut kepada Allah, seperti dalam firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman" (QS. At-Taubah : 51)

Virus kesyirikan telah ada sejak dahulu hinggga masa sekarang, dan mereka adalah orang-orang yang mati hatinya. Itulah musibah terbesar di antara musibah yang lain. Musibah yang menimpa agama seseorang adalah penyakit yang lebih berbahaya dari seluruh penyakit di dunia ini.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata." (QS. Al Hajj : 11)

Mereka yang menyembah Allah namun mereka berada di tepian, tidak yakin dengan agamanya. Jika mereka mendapatkan kebaikan dunia, mereka semangat beribadah. Ketika dunianya rusak, tertimpa musibah, kesempitan dan ujian, maka dia meninggalkan ibadahnya, yang wajib maupun sunnah.

Ketika kondisinya baik, seakan-akan kaum munafik memiliki iman yang sama dengan kaum mukmin. Tapi akan terbukti ketika mereka tertimpa kesusahan, maka terlihat siapa yang munafik dan meninggalkan segala perintah Allah. Orang-orang munafik hanya melakukan ibadah selama ada kebaikan untuk dunianya, bukan karena Allah.


Musibah dan ujian datang dari Allah yang disebabkan karena dosa-dosa kita sendiri.

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin berkata:
"Barangsiapa yang berat ketika mengamalkan sunnah, maka ketahuilah di dalam hatinya terdapat penyakit kemunafikan. Namun jika seseorang terasa ringan mengamalkan sunnah, meskipun membutuhkan waktu yang lalu, maka ketahuilah itu adalah nikmat yang Allah karuniakan kepadanya."

Segeralah bertobat jika kita merasa sebagai muslim yang munafik, dan tinggalkan perbuatan tersebut. Jadilah muslim yang mukmin, sehingga Allah ridho kepadamu.

Apabila engkau bertanya kepada dirimu, apakah engkau seorang munafik, maka tanyakan pada dirimu tentang shalat, khususnya shalat Subuh. Jika waktu shalat masih lalai, tidak tepat waktu, maka itulah tanda kemunafikan. Karena ciri orang shalih di antaranya adalah shalat wajib tepat waktu, sering shalat malam, puasa sunnah, dan membaca Alquran. Tidak ada musibah yang lebih dahsyat di dunia selain musibah yang menimpa agama. Jangan sampai kita menjadi muslim yang munafik dan berbangga menjadi munafik.

Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu (agama), maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim No. 2699)

Sifat orang bertakwa adalah ketika ada musibah, hatinya bertambah rasa takut kepada Allah, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan Allah memberikan musibah adalah agar manusia kembali pada Allah, seperti yang telah Allah firmankan dalam Alquran.
"Dan ingatlah ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia." Dan kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Alquran. Dan kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka." (QS. Al Isra' : 60)

Seharusnya kaum muslimin memperkecil dan mengurangi dosa dengan Allah memberikan musibah, termasuk pandemi Covid-19 ini. Tetapi kenyataannya, tidak bertambah rasa takut mereka kepada Allah, melainkan mereka bertambah durhaka. Semakin banyak maksiat, membuka aurat, meninggalkan shalat, dan maksiat lainnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum : 41)

"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. As Sajdah : 21)


Orang bertakwa ketika mengalami futur, imannya hanya turun sedikit, namun akan cepat naik ketika keimanannya pulih dan semakin lebih dekat dengan Allah. Allah menyebutkan sebanyak 90x di dalam Alquran sebutan "Wahai orang-orang beriman" sebagai bentuk Allah sangat memerhatikan kaum mukmin, mengajak mereka untuk menjalankan segala perintahNya.

Dua sifat Allah yakni Ar-rahman (pengasih) dan Ar-rahim (penyayang) meliputi seluruh manusia di dunia. Bahkan orang kafir pun masih diberi nikmat dunia oleh Allah sebagai bukti bahwa Allah memang Rahman (Pengasih), namun Allah hanya mencintai dan menyayangi (Rahim) orang-orang Mukmin.

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (QS. Al Baqarah : 165)

Seorang mukmin memiliki hati yang mudah untuk diajak taat kepada Allah. Seorang mukmin selalu menjalankan sesuatu yang wajib, berlomba-lomba menjalankan yang sunnah, meninggalkan semua dosa besar, dan perlahan meninggal dosa kecil.

Ciri-ciri tanda kemunafikan:
1. Tidak ikhlas
Islam adalah agama yang mudah, tapi kita yang menjadikannya berat, karena kita tidak ikhlas menjalani perintah Allah dan bahkan menolak aturan Allah dengan mengedepankan akal dan hawa nafsu.

2. Bodoh dan tidak berilmu
Orang beriman hanyalah mereka yang memiliki ilmu, dan ilmu yang benar adalah ilmu yang menumbuhkan rasa takut pada Allah, yakni ilmu agama.

3. Banyak dosa dan maksiat
Semakin banyak dosa dan maksiat, maka kemunafikan semakin banyak.

4. Tidak memiliki hati yang bersih
Semakin lalai, semakin kotor, dan semakin mati hati, maka semakin berat menjalankan Islam.

Cara untuk Istiqomah adalah dengan memiliki Ilmu, Iman, dan Amal.

Sabar adalah salah satu jalan menuju surga, dan di antara kesabaran tersebut adalah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah dan RasulNya;
2. Sabar dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya;
3. Sabar dalam menerima dan menjalani ujian dan musibah.
 
Subhanaakallahumma wa bihamdika, asy-hadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

No comments:

Post a Comment