Tema:
Kitab Syarhus Sunnah
Nikmat Terbesar Penghuni Surga
Oleh: Ustadz Mohamad Nursamsul Qomar, LC (Hafidzhahullah)
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Jumat, 1 Januari 2021
Barangsiapa mengaku bisa melihat Allah, maka dia telah kafir. Namun jika melihat Allah di dalam mimpi, maka ini menjadi khilaf para ulama.
Sesungguhnya kalian tidak akan bisa melihat Allah sampai kalian meninggal
Allah memberi kenikmatan pada penduduk surga. Mereka makan buah-buahan dari hati ikan paus dan segala nikmat lainnya. Setiap laki-laki ditemani oleh para istri dan mereka ditemani oleh para bidadari yang mereka inginkan. Di dalam surga, apa yang kalian inginkan dan cita-citakan akan disediakan.
Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni surga, "Wahai penduduk surga, pada hari ini kalian aku berikan keridhoan, dan aku tidak akan beri kalian kemurkaan." Mereka menjawab, "Kami penuhi seruan-Mu wahai Tuhan kami, dan segala kebaikan ada di sisi-Mu." Allah melanjutkan, "Apakah kalian sudah merasa puas?" Mereka menjawab "Kami telah merasa puas wahai Tuhan kami, karena Engkau telah memberikan kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Allah bertanya lagi "Maukah kalian Aku berikan yang lebih baik dari itu?" Mereka bertanya "Wahai Tuhan kami, apa sesuatu yang lebih baik dari itu?" Allah menjawab "Akan Aku limpahkan keridhoanKu atas kalian sehingga setelah itu Aku tidak akan murka kepada kalian selamanya."" (HR. Muslim)
Pada hari kiamat, wajah penghuni surga berseri-seri karena mereka memandang kepada wajah Allah. Tidak ada lagi kenikmatan selain mereka dapat melihat wajah Allah.
Syubhat yang banyak beredar dari orang-orang, kalau menyebut wajah Allah, maka mereka katakan bahwa sama dengan menyamakan Allah dengan makhluk. Padahal Allah sendiri yang mengatakan memiliki wajah, dan tugas kita hanya mengimaninya, bukan berpikir seperti apa bentuk wajahnya. Justru sejatinya merekalah yang menyamakan Allah dengan makhluk karena mencoba menafsirkan wajah Allah melalui akalnya.
Ilmu Allah disebut dengan Azali.
Sama dari sisi penamaan, tidak selalu sama dari sisi hakikatnya. Inilah kebanyakan orang-orang salah berpikir.
Apa yang diterapkan Rasulullah tidak selalu menyamakan Allah dengan makhluk. Adapun kaidah dari sifat Allah ada 4, di antaranya:
1. Tidak boleh memalingkan lafadz atau makannya seperti beristiwa Arsy. Tidak boleh memalingkan maknanya menjadi istawla (menguasai);
2. Harus menjauhi tartil (menolak/menghilangkan) maknanya seperti orang-orang yang menafikan Allah, maka hakikatnya mereka menyembah sesuatu yang tidak ada;
3. Ketika menetapkan sifat-sifat Allah, ahlussunnah tidak mempertanyakan seperti apa sifat Allah tersebut. Imani saja sesuai dengan apa yang Allah sampaikan;
4. Tidak menyerupakan Allah dengan makhluk.
Orang-orang yang menyamakan Allah dengan makhluk pada hakikatnya mereka menyembah berhala. Sedangkan orang-orang yang menafikan sifat Allah pada hakikatnya mereka menyembah sesuatu yang tidak ada.
Imam Malik berkata:
"Istiwa dalam bahasa Arab berarti di atas dan dimaklumi haknya. Allah tidak pernha menggambarkan seperti apa Allah beristiwa, sehingga akal manusia tidak bisa mencapainya, dan mempertanyakan atau berpikir tentang zat Allah adalah bid'ah"
Larangan memikirkan zat Allah berdasarkan sabda Rasulullah:
"Berpikirlah, cermatilah makhluk-makhluk dan lihatlah kebesaran Allah, namun jangan kalian berpikir seperti apa dzat Allah." (HR. Abu Nu'aim dari Ibnu Abbas).
Yang dimaksud dengan "gunakanlah akal" di dalam Alquran adalah untuk memahami, bukan mengubah maknanya.
Serangga dan hewan-hewan buas, semuanya berada di bawah pengaturan Allah, Semua tidak melakukan sesuatu melainkan dengan izin Allah.
Kesimpulan:
Nikmat terbesar para penghuni surga adalah bisa memandang wajah Allah. Sebagian kelompok menafikan bahwa mereka tidak melihat wajah Allah.
Salaf berkata,
"Dahulu di awal menuntut ilmu, ada arahan lain ke mana kami menuju. Tapi ketika kami telah memahami ilmu, maka ilmu tersebut yang menuntut kami ke jalan yang lurus dan sebenarnya.
Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang khusus bertugas mencari majelis ilmu. Apabila sebagian menemukan majelis, sebagian lagi memanggil malaikat lain untuk bergabung dalam majelis. Malaikat-malaikat tersebut menyampaikan firman Allah
"Kabarkan kepada mereka bahwasanya Aku telah mengampuni semua yang berada di majelis tersebut, dan akan Aku berikan apa yang mereka minta."
Sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberi kesesatan kepada siapa yang Dia kehendaki pula. Jadi jangan pernah membebani diri untuk memberi orang lain hidayah. Tugas kita hanya menyampaikan. Jika mereka tidak mau terima, maka tugas kita telah selesai.
Subhanaakallahumma wa bihamdika, asy-hadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.



No comments:
Post a Comment