Wednesday, 6 January 2021

Kajian Selasa: Kitab Fikih Asmaul Husna - Al Lathiif, Al Khabiir (Yang Maha Lembut, Yang Maha Teliti)

Kajian Selasa
Tema:
Al Lathiif, Al Khabiir (Yang Maha Maha Lembut, Yang Maha Teliti) 
Kitab Fikih Asmaul Husna karya Asy Syaikh Al 'Allamah Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al 'Abbad Al-Badr (Hafizhahullah) 
Oleh: Ustadz Abu Utsman Abdulbarr Kaisinda 
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan 
Selasa, 5 Januari 2021

Ketika Allah mudahkan segala perkara kebaikan, maka Allah telah berlaku lembut kepada hamba-hambaNya.

Ciri-ciri jalan kebaikan adalah:
1. Dimudahkan untuk bertakwa
2. Dimudahkan untuk beramal shalih
3. Dimudahkan untuk mendatangi majelis ilmu

Jika Allah persulit, maka akan terasa berat untuk bertakwa, menuntut ilmu, dan melakukan perkara kebaikan lainnya. Jika kita dipermudah oleh Allah dalam perkara maksiat, maka berhati-hatilah. Kelak di akhirat kita menjadi orang-orang yang celaka, meski di dunia kita merasa aman.
Contoh dari kemudahan bermaksiat antara lain:
1. Dimudahkan melakukan riba
2. Dimudahkan berzina
3. Dimudahkan melakukan bid'ah
4. Dimudahkan melakukan maksiat lainnya

Salah satu bentuk anugerah Allah kepada kaum mukminin adalah Allah jaga mereka dari perbuatan maksiat. Jangan pernah merasa bahwa "ini karena saya bertakwa, ini karena iman saya kuat, atau ini karena saya yang bisa menghindar", dan sebagainya. Itu adalah pemahaman yang keliru, karena hakikatnya itu karena Allah yang menjaga, sehingga kita terhindar dari perkara bathil.

Salah satu bentuk Allah mencintai hambaNya adalah diberikan musibah yang bertubi-tubi, khususnya mereka yang beriman. Semakin beriman, maka semakin berat ujiannya. Semua itu untuk mengampuni dosa dan meninggikan derajat, sehingga hamba semakin dekat dengan Allah sampai hamba merasa nikmat ketika diberikan musibah.
 
Jenis derajat musibah seorang hamba, antara lain:
1. Ketika mendapat musibah, maka ia marah dan tidak sabar;
2. Ketika mendapat musibah, ia sabar;
3. Ketika mendapat musibah, ia ridho. Merasa lapang ketika mendapat musibah karena keridhoannya kepada Allah;
4. Ketika mendapat musibah, ia bersyukur -- Inilah derajat yang paling tinggi. Karena syukur adalah tingkat tertinggi bagi seorang hamba.

Sabar yang paling tinggi adalah sabar ketika diberi nikmat, kelapangan, jabatan, dan harta. Mereka yang tidak sabar ketika diberi nikmat adalah mereka yang memiliki harta, namun menghamburkannya untuk hal yang sia-sia, tidak bermanfaat sekali untuknya.

Bentuk kelembutan yang sering kita tidak sadar adalah ketika mentakdirkan seorang hamba memiliki ilmu, senang berkumpul dengan orang shalih sehingga bisa saling mengingatkan menghindari perkara maksiat.

Orang tua kafir, namun anaknya beriman juga termasuk kelembutan Allah. Ketika sang anak mampu bergaul dengan baik dengan orang tuanya tanpa menggadaikan aqidah, maka ini adalah nikmat. Lebih nikmat lagi ketika si anak mampu membawa orang tuanya kepada agama Allah.


Penyesalan penghuni neraka adalah "kenapa aku jadikan fulan sebagai teman dekatku?". Karena hakikatnya, adalah agama seseorang tergantung bagaimana agama temannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh Albani dalam Silsilah ash-Shahihah No. 927).

Memilih teman yang jelek akan berpengaruh kepada agama seseorang dan bisa menyebabkan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena teman yang jelek, sehingga kita tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus kepada jalan kemaksiatan.

Subhanaakallahumma wa bihamdika, asy-hadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

No comments:

Post a Comment