Kajian Ahad
20 Juni 2021
Tema: Cabang Keimanan
Kitab Shahih Al Bukhari
Oleh: Ustadz Abulfida Sa'id Ruslan
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Kita harus memahami perkara iman, sehingga kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi hamba yang lebih baik dan dicintai oleh Allah.
Imam Al Bukhari rahimahullah berkata:
Telah menceritakan kepada kami, guru kami, Abdullah bin Muhammad (Abu Ja'far Al Jufri), beliau berkata, telah menceritakan kepada kami, guru kami, Abu Amir Al Aqdi (Abdul Malik bin Amr), beliau berkata, telah menceritakan kepada kami, guru kami, Sulaiman bin Bilal, dari Abdullah bin Dinar (ulama Tabi'in/murid Ibnu Umar), beliau berkata, dari guruku yang terkenal dengan sebutan Abu Shalih (Daqwan As-saman) (murid senior Abu Hurairah), beliau berkata, dari guruku, Abu Hurairah (Abdurrahman bin Sahr), dan dari Rasulullah, beliau pernah bersabda:
"Keimanan itu terdiri dari 63 sampai 70 cabang, dan sifat malu yang tumbuh dari hati seseorang termasuk dari cabang keimanan"
Abu Ja'far Al Jufri dulu dikenal sebagai Al Musnadi, karena sepanjang umurnya beliau disibukkan dengan mempelajari hadits-hadits (musnad) Rasulullah ﷺ, sampai dikatakan para ulama, imam Abu Ja'far walau tinggal di Bukhoro, tapi sejak kecil beliau ghaib, tidak terlihat masyarakat, sering bepergian untuk menuntut ilmu agama.
Di dalam riwayat lain:
"Keimanan memiliki sekitar 63 sampai 70 cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan "Laa ilaaha ilallah", dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan."
Seorang muslim harus mementingkan tauhid, karena kalimat tauhid adalah cabang keimanan tertinggi. Tanpa tauhid, maka keimanan seorang muslim akan hancur, walaupun dia banyak beramal atau berbuat baik.
Abu Thalib, Paman Rasulullah ﷺ sangat baik. Dia selalu menjaga Nabi dengan baik. Dia senang jika ada yang masuk Islam, namun dirinya sendiri tidak beriman. Bahkan ketika Abu Thalib sakaratul maut, Nabi mentalqin pamannya tersebut dengan kalimat tauhid, tapi sampai akhir hayatnya sang paman tidak bertauhid.
Jangan pernah bosan untuk belajar ilmu tauhid. Jangan pernah ada anggapan buruk tentang tauhid, karena tauhid bisa menyelamatkan kita. Keimanan harus bisa memotivasi untuk menyelamatkan mukmin yang lain.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. At Taubah : 71)
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas selainku. Barangsiapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka" (HR. Bukhari No. 1291 dan Muslim No. 4)
Sifat malu adalah bagian dari keimanan
1. Malu yang terpuji, ketika malu tersebut tidak digunakan untuk maksiat.
Imam Syafi'i diberikan redaksi hadits shahih, namun beliau malu. Di riwayat lain, Imam Syafi'i mengatakan bahwa "hadist shahih adalah madzhabku"
2. Malu yang tercela, seperti tidak ikut mensyiarkan agama Allah adalah malu yang tercela.
Malu seperti ini, menurut Syaikh Utsaimin adalah malu dari orang yang lemah.
Rasulullah ﷺ bersabda
"Aku tidaklah meninggalkan satu fitnah pun yang paling membahayakan para lelaki selain kaum wanita" (HR. Bukhari No. 5096 dan Muslim No. 2740)
Terlepas dari pemikiran laki-laki, Allah telah memerintahkan wanita untuk menutup aurat.
Jika kita ingin menemukan cabang keimanan secara lengkap, simak kitab karya Imam Al Baihaqi berjudul Kitab Syuabul Iman.
Kita harus bersemangat dalam memberikan dan menyampaikan kebenaran. Jika keimanan ingin terus bertambah, maka cintailah kebaikan. Berusaha jangan terus menerus melakukan kejelekan. Kita harus bisa memilih jalan hidup yang benar agar iman kita selalu terjaga.
No comments:
Post a Comment