Tema: Fifty Fifty
Oleh: Ustadz Maududi Abdullah, Lc حَفِظَهُ اللهُ
Sabtu, 19 Juni 2021
Masjid Nurul Iman, Blok M Square
Kalau kalian menghitung nikmat Allah, kalian tidak akan sanggup menghitungnya.
Sebanyak kekayaan apapun di dunia, walaupun sebanyak harta Qarun sekalipun, Allah tetap mengatakan sedikit.
Setiap Allah mengatakan tentang dunia, dunia selalu dikerdilkan oleh Allah. Sebaliknya, akhirat yang dipuji oleh Allah. Akhirat jauh lebih baik daripada dunia.
QS. Dhuha
Manusia, karena berbaur dengan dunia, terwarnai tipuan dunia. Salah satu tipu muslihat dunia adalah kita memandangnya besar. Allah menuntun kita untuk sedikit memandang dunia. Ketika kita memandang besar dunia, maka kita akan membuka pintu iblis untuk semakin menyesatkan.
Kesalahan kita adalah mengecilkan nikmat penglihatan, pendengaran, dan yang ada di tubuh kita, padahal jika sekali saja itu tidak berfungsi, maka kita akan bingung. Itulah yang harus lebih dibesarkan daripada dunia.
QS. An Nisa : 77 (akhir ayat)
Ketika kita memandang dunia besar, maka kita telah keluar dari tuntunan Alquran. Kekeliruan lainnya adalah kita mengatakan dunia dan akhirat harus 50:50.
Tidak ada satupun dalil yang mengatakan dunia dan akhirat Fifty Fifty, kecuali hanya ada 1 ayat, yang itupun dipaksakan untuk membuat dunia dan akhirat seimbang.
QS. Al Baqarah
Rabbanaa atiina
Ayat-ayat lain di dalam Alquran justru mengatakan bahwa akhirat lebih baik dan lebih kekal. Itu menguatkan bahwa dunia kecil.
Manusia terbagi 4
1. Kaya raya di dunia, tapi di neraka
2. Miskin di dunia, tapi di neraka
3. Kaya raya di dunia, masuk surga
4. Miskin di dunia, masuk surga
Mana yang terbaik antara kaya raya di dunia, di akhirat masuk surga dengan miskin di dunia, di akhirat masuk surga
Contoh 1
Nabi Sulaiman, Utsman bin Affan
Contoh 2
Rasulullah ﷺ
Jika menjawab contoh 1, maka kita telah terjebak oleh dunia. Benar, dunia memesona dan bisa menipu kita. Inilah buktinya.
Jika menjawab contoh 2, maka ini lebih tepat. Karena kita harus ambil contoh bahwa akhlaq lebih utama lebih harta.
Jika kita menganggap contoh 1 benar, maka apakah kita menganggap Rasulullah ﷺ tidak memahami makna dari Rabbana atiina fiddunya hasanah?
Tergelincir lagi kita dengan tipu muslihat dunia tentang mana yang lebih mulia.
Orang yang lebih mulia adalah dia mengumpulkan kekayaan akhirat di dunia seperti dengan akhlaq mulia, bersedekah, dan yang lainnya di mana bisa mengumpulkan pundi-pundi untuk akhirat.
Jadi tidak perlu kaya raya di dunia selama tidak mencontoh Rasulullah ﷺ.
Rasulullah jika ingin menumpuk harta, beliau bisa lebih kaya dari Utsman. Harta beliau dari hasil perang (ghanimah) banyak beliau dapatkan, tapi beliau bagikan kepada Mujahidin.
Kemampuan manusia untuk seperti itu sesuai dengan tingkat keimanannya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda
"Allah memiliki 100 rahmat, Allah hanya turunkan 1 di dunia. Dengan 1 rahmat itu, seluruh makhluk ciptaan Allah berbagi, dan 99 lainnya Allah letakkan di surga" (HR. Muslim, Abu Daud)
Jika kita masih menyimpulkan dunia dan akhirat, maka bagaimana kita menyimpulkan hadits di atas?
Inilah bukti bahwa akhirat jauh lebih baik daripada dunia.
Rasulullah ﷺ bersabda
"Sekiranya dunia di sisi Allah setara sayap nyamuk..."
(HR.
Rasulullah ﷺ bersabda
"Perbandingan dunia dan akhirat adalah seperti bagaimana kalian mencelupkan 1 jari ke laut. Lihatlah air yang terbawa dengan 1 jari tersebut. Itulah dunia."
(HR. Muslim)
Kapan seseorang terfitnah dengan dunia adalah ketika dia menggunakan dunianya untuk maksiat. Ketika dunia tidak dia gunakan untuk maksiat, maka dia tidak terfitnah.
No comments:
Post a Comment