Saturday, 31 July 2021

Kajian Sabtu: Bertemu Nabi Dalam Keadaan Terjaga

Kajian Sabtu
Bertemu Nabi ﷺ Dalam Keadaan Terjaga?
Oleh: Ustadz Syafiq Muhammad Al Khatieb, Lc hafizhahullah
31 Juli 2021 via Clubhouse

Fenomena ini semakin mencederai akal sehat kita. Semakin hari kita semakin mendapatkan khurafat, khususnya di Indonesia. Semakin berkembang, semakin berinovasi, dan semakin memprihatinkan.

Suatu keyakinan ini sudah banyak tersebar, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu dari para ulama atau tokoh mereka.

1. Seorang yang beriman tentu akan mencintai Allah dan RasulNya lebih dari kecintaannya terhadap apapun.
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq" (QS. At-Taubah: 24)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia" (HR. Bukhari dalam Kitab Al Iman, Bab Hubbur Rasul Minal Imaan No. 14)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ada 3 perkara yang apabila perkara tersebut ada di dalam diri seseorang, dia akan merasakan manisnya iman, yaitu (1) cintanya kepada Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya; (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah; (3) ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Bukhari No. 16, Muslim No. 43, At-Tirmidzi No. 2624, An-Nasa'i VIII/95-96, Ibnu Majah No. 4033)
 
Mencintai Allah dan RasulNya hukumnya wajib

2. Mungkinnya kita bertemu Nabi ﷺ di dalam mimpi.
Kita ingin sekali bertemu beliau walau hanya dalam mimpi. Ketika Allah memberi karunia kepada seseorang untuk melihat Rasulullah ﷺ maka itu adalah kemuliaan. Ini adalah benar.

Semua orang bisa mengaku bertemu Nabi ﷺ bahkan orang awam sekalipun. Mimpi bisa saja diakui oleh setan, karena setan tidak bisa menjelma menjadi Rasulullah ﷺ tapi setan bisa mengaku sebagai beliau.
 
Ketika kita bermimpi bertemu Nabi ﷺ dengan ciri fisik yang sesuai dengan riwayat shahih.
Seorang mukmin yang memiliki rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ, Allah akan berikan karunia bertemu dengannya di dalam mimpi. Namun banyak disalahgunakan. Banyak yang mengaku bertemu Nabi ﷺ hingga mengaku mendapatkan amalan baru, wirid tertentu, lalu mengaku sebagai wali. Semakin berkembang, setan semakin bermain, hingga muncul orang yang mengaku Nabi ﷺ mendiktekan sebuah kitab yang diberikan kepada orang itu.

Mereka yang seperti ini biasanya adalah orang yang terkena paham Sufiyah.

Jika ada orang bermimpi kemudian Nabi ﷺ mengajarkan sesuatu yang baru dalam syariat, maka tidak boleh diamalkan. Namun jika ia diperintahkan yang ada syariatnya maka boleh dilakukan, misalnya Nabi ﷺ memerintahkan untuk menjaga shalat.

Lalu semakin banyak yang berinovasi dengan bid'ahnya. Inilah bahayanya bid'ah. Semakin kita melakukan bid'ah, semakin kita tenggelam dalam kesesatan. Sebagian ada yang meyakini dia bertemu Nabi ﷺ dalam keadaan terjaga.

Kita tidak bisa pungkiri bahwasanya ada tokoh agama atau ulama yang cukup besar namanya yang membenarkan fenomena ini. Mereka terpengaruh dengan paham Sufiyyah. Mereka tokoh besar, banyak tulisannya, namun pahamnya keliru.

Bukan hal yang mengherankan ketika ada ulama yang terpengaruh dengan paham Sufi atau Asy'ari. Jika ada ahlussunnah yang tergelincir dalam suatu masalah, maka jangan langsung menghujatnya.

Ada kaidah atau prinsip Asy'ari yang jauh dari prinsip Imam Nawawi atau Ibnu Hajar Al Asqolani. Berikut ini adalah beberapa ulama yang tergelincir dalam suatu masalah:
1. Ibnu Hajar Al Haitami
Beliau adalah ulama besar madzhab Syafi'i yang beraqidah Asy'ari dan terpengaruh oleh Sufiyyah. Dia membolehkan meminta dengan kuburan.

2. Jalaluddin Al Imam Suyuti
Beliau memiliki tulisan yang banyak ketergelinciran, meski banyak juga kitabnya yang sangat bagus. Beliau juga terpengaruh dengan Sufiyyah.

3. Abdul Wahab Asy-Sya'roni
4. Ahmad at-Tidjani
5. Muhammad Alwi Al Maliki
6. Habib Umar Al Hafidz

Kisah khurafat yang mengaku bertemu dengan Nabi ﷺ dalam keadaan terjaga
Kisah ini turun temurun sejak zaman dahulu dan tertulis dalam kitab-kitab mereka. Seiring waktu semakin berkembang menjadi aqidah, bahkan ada yang berani mengatakan Rasulullah ﷺ keluar dari kuburnya menemui wali tertentu.

Awal mula kisah khurafat berkembang dari keyakinan mereka bahwa Rasulullah ﷺ menghadiri acara seperti Maulid. Ini tertulis dalam barzanji. Bahkan disunnahkan berdiri ketika sedang dibacakan maulid karena mereka meyakini Rasulullah ﷺ sedang hadir.

Tujuan seseorang berdiri ketika maulid dibacakan:
1. Menyambut Nabi ﷺ yang dengan jasadnya hadir di maulid
Orang seperti ini terjerumus dalam kebidahan. Bahkan ada yang menaruh air minum supaya Nabi ﷺ minum.
2. Ruh Nabi ﷺ hadir
3. Membayangkan Nabi ﷺ dalam benak mereka
4. Sekadar memuliakan penyambutan Nabi ﷺ

Bahkan dalam sufi ekstrem, mereka mengkafirkan orang yang tidak mau berdiri ketika dibacakan Maulid. Inilah aqidah mereka yang tidak berlandaskan dalil.

Kaidah penting dalam beraqidah seorang ahlussunnah
1. Segala yang diyakini dalam perkara ghaib apalagi urusan agama harus disertakan dengan dalil, kecuali dalam perkara duniawi. Tidak ada dalil, maka tidak kita yakini.

Kisah-kisah khurafat:
1. Rasulullah ﷺ langsung menunjukkan arah kiblat sebuah masjid ketika selesai dibangun;
2. Ketika masuk Madinah, seorang habib mengatakan bertemu dengan Fatimah dan Fatimah berkata bahwa Nabi tidak ada di dalam kuburan karena sedang mengunjungi habib lainnya;

Disebutkan dalam Kitab Tabaqqot Qubro karya Sya'roni:
3. Bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan bertanya tentang hadits;
4. Mengatakan Syaikh mereka bertemu Nabi 24x dalam sehari;
5. 40 tahun tidak pernah terhalangi dari bertemu Nabi ﷺ
dan masih banyak lagi.
Mereka adalah orang-orang yang beribadah tidak mengikuti para Salafusshalih, sehingga mereka tertipu oleh setan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas selainku. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka" (HR. Bukhari No. 1291 dan Muslim No. 4)

Ibnu Hajar Al Haitami bercerita bahwa dia mengoreksi hadits.
Lalu ada kisah bahwa Nabi ﷺ dan para sahabat turun dari langit dan mengunjungi Imam Suyuti dan menjulukinya dengan sebutan Syaikhussunnah.

Tokoh mereka ada yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang hadits dan Rasulullah ﷺ mengoreksi hadits.

Dalil yang menunjukkan bahwasanya bertemu Nabi ﷺ dalam keadaan sadar setelah beliau wafat adalah tidak mungkin:
"Sesungguhnya kamu (Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula" (QS. Az Zumar: 30)

"Dan Muhammad hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh lalu kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali 'Imran: 144)

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?" (QS. Anbiya: 34)

"Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kalian akan dibangkitkan (dari kubur) pada hari kiamat" (QS. Al Mu'minuun: 15-16)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Nanti aku yang pertama kali dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan aku tidak menyombongkan diri"

Ada seorang tokoh di Indonesia mengatakan bahwa ketika dia ziarah ke kubur Nabi ﷺ dan kuburan Nabi ﷺ bergoyang lalu mencium lututnya. Naudzubillah.

Ketika Nabi ﷺ meninggal, seluruh kerabat beliau sangat sedih; karena mereka tahu bahwa tidak akan bertemu lagi dengan Nabi ﷺ.

Ketika proses pengurusan jenazah Nabi ﷺ sempat tertunda karena sahabat bingung sampai datang ilham dari Allah bahwa Nabi dimandikan dengan pakaiannya, tidak boleh ditelanjangi.

Pun ketika sahabat bingung di mana Nabi ﷺ dimakamkan, hingga datang ilham bahwa Nabi dimakamkan di tempat beliau meninggal.

Bahkan ketika masa Ali bin Abi Thalib mengalami masa fitnah dengan Muawiyah sehingga banyak kaum muslimin yang wafat.

Lalu orang di zaman sekarang mengatakan bahwa Nabi datang ke kakeknya dan menunjukkan arah kiblat. Bahkan ada tokoh yang mengatakan bahwa Nabi sedang berada di sebelahnya di dalam mobil.

Perkataan ulama ahlussunnah
Abu Bakar Ibn 'Arabi (madzhab Maliki) dalam Fathul Bari
"Sebagian orang shalih menyimpang mengenai masalah ini"

Ibnu Abbas bin Ahmad bin Al Qurthubi (ulama Spanyol bermadzhab Maliki)
"Dalam makna hadits terdapat perbedaan dalam zahirnya. Pendapat ini dapat diketahui kekeliruannya. Tidak mungkin ada dua orang yang melihatnya dalam waktu bersamaan di dua tempat. Pendapat ini adalah kebodohan"

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
"Setan terkadang bermain. Dia mengaku sebagai Nabi ﷺ sehingga banyak yang tertipu"

Ibnu Hajar Al Asqolani
Mula Ali Al Qori (ulama Afghanistan madzhab Hanafi)
Imam Shahqawi
Syaikh bin Baz
"Ini kebathilan besar dan kebodohan yang sangat buruk"

Membantah syubhat
Semua firqoh memiliki dalil. Masalahnya dalilnya sesuai dengan pemahaman siapa?
1. "Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku secara sadar dan setan tidak bisa menyerupai aku" (HR. Bukhari)
Bantahan
1. Jalur hadits ini memiliki beberapa jalur dari Abu Hurairah melalui 6 orang berbeda, tapi semuanya berbeda lafadz dan tidak ada lafadz "dia akan melihatku secara sadar".
2. Diriwayatkan dari banyak sahabat selain Abu Hurairah, semuanya tidak ada lafadz "melihatku secara sadar"
3. Ulama mengatakan maknanya menyelisihi dalil yang lain sehingga mereka memaknai di antaranya adalah "seakan ia melihatku", dan "khusus untuk kaum muslimin di zaman beliau, yang masuk Islam tapi belum pernah bertemu Nabi ﷺ", juga "melihat Nabi ﷺ di hari kiamat dengan kekhususan".
4. Mereka sendiri yang meyakini itu pun berselisih, seperti apa dan bagaimana melihat Nabi ﷺ. Ada yang berpendapat bertemu dengan ruh dan jasad, bertemu dengan hati, antara tidur dan sadar, dan yang lainnya. Padahal aqidah itu seharusnya satu kesamaan. Inilah akibat mereka beraqidah tanpa dalil.

Tidak ada di dalam kitab Imam Bukhari dengan makna "melihatku secara sadar", kecuali orang-orang Sufi yang memahami hadits itu dengan hawa nafsu mereka.

2. Peristiwa Isra Mi'raj (berdasarkan nukilan Imam Suyuthi)
Bantahan:
1. Perkara Nabi berkumpul dengan ruh para Nabi adalah perkara haq karena datang dengan dalil.
2. Kehidupan Nabi dalam kubur adalah perkara ghaib, cukup kita meyakini.
3. Yang mengabarkan adalah Nabi ﷺ sendiri dan wajib setiap mukmin meyakininya.
4. Hal ini termasuk mukjizat Nabi ﷺ. Tidak semua ini bisa diqiyaskan dengan manusia yang lain, seperti Nabi ﷺ bertemu dengan habib.

Kenyataan pahit dari para Sufiyah adalah mereka rata-rata beraqidah Asy'ari dan salah satunya mereka menolak hadits Ahad, tapi ketika ada walinya bilang mereka bertemu Nabi yang tidak jelas asal usulnya, mereka sami'na wa atho'na.

Kaidah penting:
Kalau kita berpegang dengan kaidah ini, insyaa Allah kita akan selamat yaitu ikuti langkah para Salafusshalih dalam beragam, cara beragama, dan cara mereka memahami dalil.

Sumber kerusakan dan perpecahan Islam di antaranya:
1. Mendahulukan akal daripada dalil.
2. Memahami dalil sesuai hawa nafsu, tidak memahami sesuai pemahaman Salafusshalih.
Contoh:
Sebagian orang berdalil dengan surat Yunus ayat 58 ketika mereka mengadakan maulid.
"Bergembira dengan diutusnya Nabi ﷺ"
Tidak ada satupun para Salafusshalih memahami ayat ini sebagai maulid.

Ijma' para sahabat adalah hujjah dan tidak mungkin mereka berada dalam kesesatan.

Berdzikir sambil menari-nari
Dalil mereka: kaum Habasyah yang sedang main perang-perangan

Tahlilan
Dalil mereka: riwayat dari sahabat Atho'
Tidak ada pada sahabat memahami dalil ini untuk tahlilan. Para sahabat tidak ada yang melakukannya

"Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi ﷺ"

Imam Malik berkata
"Apa yang tidak menjadi agama pada zaman Nabi ﷺ maka tidak akan pernah jadi agama"

No comments:

Post a Comment