Kajian Kamis
Kajian Terus, Gagal Terus
Kamis, 5 Agustus 2021
Oleh: Ustadz Ega Abu Fahd
via Clubhouse
Belajar agama adalah masalah yang sangat penting, bukan sesuatu yang remeh. Agama Islam harus dipelajari oleh setiap muslim. Islam mengajarkan di mana ulama belajar, ustadz pun belajar, apalagi yang awam.
Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama yang sangat besar. Beliau adalah ulama yang terbukti keilmuannya, lautan ilmu, dan terkenal sebagai ulama yang teguh dengan ilmunya juga mengamalkan ilmunya.
Imam Ahmad memiliki kitab musnad Imam Ahmad, yaitu buku hadits yang dikumpulkan oleh Imam Ahmad, kurang lebih ada 50 jilid buku. 1 jilidnya sekitar 300 halaman. Imam Ahmad juga hapal 1juta hadits dan 100ribu dihapalkan beserta sanadnya.
Beliau juga ulama dalam fiqih, makanya beliau memiliki madzhab sendiri yang diakui oleh para ulama, yaitu madzhab Hanbali.
Inti dari kita mengenal sedikit dari Imam Ahmad adalah beliau ketika di akhir hayat, dilihat oleh muridnya sedang berlari
"Wahai Imam, sampai kapan Anda belajar terus?", "Sampai saya masuk kubur"
Belajar benar-benar dihargai dalam Islam. Siapapun harus belajar agama. Keutamaan dalam belajar agama sangat banyak, dan tidak akan bisa ditemukan di agama lain.
Keutamaan ilmu:
QS. Mujadillah : 11
Derajat orang beriman dan berilmu diangkat oleh Allah
"Apakah sama antara orang yang buta dengan yang bisa melihat?"
Ini adalah majas. Buta berarti belum berilmu, dan melihat berarti orang yang berilmu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat dan juga penduduk langit serta bumi, bahkan semut dan ikan paus, mereka akan mendoakan dan bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan"
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah, mereka mengajarkan satu sama lain, kecuali akan diberikan ketenangan dan dikelilingi oleh Rahmat Allah, dinaungi malaikat, dan Allah akan menyebut nama mereka di hadapan malaikat yang ada di sisinya."
Inilah bedanya kita dengan Yahudi dan Nashrani. Itu sebabnya kaum Yahudi dan Nashrani disebutkan oleh Allah dalam surat Al Fatihah sebagai orang-orang yang dimurkai (Yahudi) dan tersesat (Nashrani). Islam tidaklah mengamalkan sesuatu melainkan dengan ilmu.
Kenapa ada orang yang ngaji terus tapi seakan-akan gagal terus?
Dia belajar agama tapi tidak ada hasilnya. Tidak terlihat dari akhlaknya, ibadahnya
1. Tidak ikhlas dalam belajar, atau tidak ikhlas dengan benar
Belajar agama itu butuh keikhlasan. Kita tidak bisa mengharapkan pujian manusia atau kedudukan. Ikhlas adalah salah satu ibadah yang penting dan harus diniatkan karena Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang belajar ilmu agama dengan tujuan agar bisa duduk dengan para ulama, atau untuk mendebat atau mencela orang bodoh, atau agar semua orang memandangnya, maka Allah akan memasukkan dia ke neraka"
Ini adalah riya', ingin dipuji. Niatnya sudah rusak. Belajar agama adalah ibadah. Maka ketika sesuatu sudah dinilai ibadah, maka tidak boleh diberikan kepada yang lain melainkan hanya untuk Allah.
"Orang munafik berusaha menipu Allah, tapi justru Allah yang menipu mereka
Allah berbicara tentang orang munafik yang shalat, tapi dia berusaha menipu Allah dengan niatnya. Ibadah mereka sia-sia.
QS. Al Ma'uun
Orang-orang yang melakukan ibadah pun bisa terkena hukuman
"Allah tidak melihat rupa kalian. Allah melihat kepada hati kalian"
Wajar seseorang gagal dalam belajar karena tidak ikhlas
Segala sesuatu yang ditujukan untuk Allah, maka dia akan kekal.
Tidak ikhlas dengan benar adalah seseorang ketika sudah berniat ikhlas maka keikhlasannya harus dijaga sampai dia selesai beribadah. Ketika niatnya melenceng, maka harus diluruskan lagi. Bahkan ia menceritakan ibadahnya di akhir ibadah atau disebut dengan sum'ah
"Wahai orang beriman, jangan kalian membatalkan pahala kalian dengan disebutkan, dan orang yang menginfakkan hartanya dengan riya'" QS. Al Baqarah
Imam Hasan Al Bashri
"Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit selain mengobati niatku"
Setan memiliki trik untuk menyesatkan manusia.
Ketika seseorang memiliki iman yang kuat, maka setan akan tetap berusaha menyesatkannya dengan berbagai cara.
Buku rekomendasi:
Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi, sebuah buku agar selamat dari jerat iblis dan bala tentaranya.
Hisyam Adusthua'i berkata:
"Demi Allah, saya tidak bisa bilang kalau saya belajar dengan tujuan untuk Allah.
Imam Adz-Dzahaby ketika membaca pernyataan Imam Hisyam
"Demi Allah saya pun tidak bisa mengatakannya"
Betapa tawadhunya para ulama, sehingga mereka terus berusaha memperbaiki dirinya sendiri.
Imam Malik mengatakan:
"Para ulama berkata bahwasanya aku tidak pernah belajar ilmu kecuali untuk diriku sendiri."
Niat awal harus untuk mengangkat kejahilan diri sendiri. Setelah itu barulah mereka menyampaikannya untuk orang lain.
2. Mempelajari yang bukan ilmu
Kita mau belajar agama, tapi yang dipelajari bukan ilmu agama.
Ilmu agama adalah apa yang difirmankan oleh Allah, disabdakan Rasulullah ﷺ dan dikatakan oleh para sahabat.
Ahlussunnah mengambil faedah dari Alquran, Hadits, dan Atsar. Ahlul bidah berbeda, mereka beramal dulu barulah mereka mencari dalil yang bisa mendukung perkataan atau amalannya.
JIL lebih parah. Mereka berkata bahwa semua agama sama. Ini hasil dari belajar ke barat yang mengaku belajar Islam. Karena yang dia pelajari bukan Islam.
Ada orang yang datang ke kajian, tapi isinya hanya tertawa dan karomah Fulan. Keluar dengan musik, dengan merokok.
Ini adalah di antara sebab belajar Islam tapi bukan agama Islam yang benar.
3. Ketika belajar tidak dibimbing oleh ahlinya
Allah Ta'ala berfirman:
"Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kalian tidak mengetahui"
Ketika mereka masuk ke dalam masalah agama, mereka tidak mendatangi ahlinya. Mereka bertanya kepada kerabat atau temannya yang awam, mereka belajar dari sembarang orang.
Syaikh bin Baz memiliki banyak sekali kesibukan, mengajar di majelis sekaligus seorang mufti, tapi beliau sempatkan untuk terus belajar agama.
Rasulullah ﷺ bersabda
"Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar, tapi para nabi mewariskan ilmu. Para ulama adalah ahli warisnya pada nabi."
Di antara kerugian belajar agama tidak dari ahlinya adalah menganggap kesyirikan adalah tauhid. Salah pilih guru.
Tips menilai tingkat keilmuan seseorang, atau untuk memilih guru yang benar:
- Belajar di mana
- Bagaimana cara berdakwah
- Perhatikan manhajnya
- Apakah dia menyampaikan Sunnah dan memerangi bidah
- Lihat dengan siapa dia duduk
Seorang gagal dalam beragama adalah karena dia tidak dibimbing. Jangan belajar hanya dari buku, tapi harus memiliki bimbingan guru.
Manfaat memiliki guru:
1. Diarahkan oleh guri
2. Kalau kita salah, dikoreksi oleh guru
5. Pelajarannya tidak diulang-ulang
Banyak yang belajar agama hanya pada saat di majelis, tapi dia mengulangnya lagi. Kehidupan ilmu itu adalah ketika sering diulang-ulang.
6. Tidak diamalkan
Mengamalkan sebuah ilmu menjadikan seseorang lebih hebat dengan keilmuannya. Ketika kita mendapatkan sebuah ilmu, maka segeralah dikerjakan
7. Tidak sabar
Belajar itu butuh perjuangan dan kesabaran.
Ibnul Qayyim berkata:
"Ilmu tidak diraih dengan badan yang bersantai"
Jangan malas. Dahulu para ulama butuh waktu berbulan-bulan hanya untuk mendapatkan sebuah ilmu, dan kita sekarang lebih mudah, maka seharusnya kita lebih bersemangat dan tetap bersabar.
Yang membedakan ahlussunnah dengan ahlul bid'ah adalah dari ilmunya. Ahlul bid'ah hanya mengandalkan retorika, kalau pun ada ilmu pun seringnya menyesatkan.
Mempelajari ilmu agama itu memang pahit, tapi hasilnya manis.
Ibn Fariz berkata:
"Kalau engkau merasa terganggu dengan panasnya musim panas, dan keringnya musim gugur, kemudian engkau malas dengan datangnya musim semi, maka kapankah engkau akan mengambil ilmu?"
Hendaknya kita berusaha agar belajar kita berhasil. Berusaha supaya ilmu tertanam di dalam hati dan bermanfaat
1. Ikhlas dalam belajar karena Allah
2. Hati-hati dalam mencari guru. Jangan mengambil ilmu dari semua orang
3. Berada di bawah bimbingan seorang guru
4. Membuat strategi dalam belajar. Apa yang mau dipelajari? Berikan target dan buat catatan
5. Sabar
No comments:
Post a Comment