Tema: Sampai Mana Hijrahmu
Oleh: Ustadz Mufy Hanif Thalib, Lc & Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA
Sabtu, 15 Januari 2022
Masjid Nurul Iman, Blok M Square
Hijrah adalah fenomena yang dahsyat dan perlu kita dukung. Namun pertanyaannya adalah kenapa kita hijrah?
Banyak dari kita yang dahulu begitu sombong. Dijelaskan berbagai hujjah dengan dalil namun ditolak, hingga sekarang berbalik berada di shaf paling depan dalam majelis.
Ini perlu disebarkan agar bisa menjadi contoh bagi yang lain.
Namun sebagian lainnya, hijrah hanya dijadikan sebagai tren dan ikut-ikutan. Bahkan ada yang pura-pura hijrah demi mendapatkan akhwat, setelah dapat barulah ketahuan aslinya. Hijrah karena ada dituju sehingga mereka yang mengklaim dirinya hijrah hanya karena ikut-ikutan dan dijadikan show. Niat seperti ini nggak benar. Niatnya hanya dunia.
Ibnu Fariz berkata bahwasanya, hijrah secara bahasa adalah
1. Putus
Orang yang hijrah berarti memutus perbuatan-perbuatan buruknya.
2. Meninggalkan
Meninggalkan tempat sebelumnya ke tempatnya yang baru
3. Menjauhi
Hijrah bisa dilakukan oleh hati dan badan.
Secara istilah, hijrah adalah dari tempat/negeri kekufuran menuju ke negeri Islam, di mana kaum muslimin melaksanakan syariat
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata
Hijrah adalah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Mereka yang hijrah menjauhi apa yang Allah larang"
Kita sangat mudah berbuat dosa, tapi sangat sulit beramal. Dosa kita banyak tapi amalan kita sedikit.
Hijrah batin adalah menjauhi diri kita dari syahwat dan apa-apa yang dibawa oleh setan.
Jauhi segala maksiat demi menjaga agama kita dari fitnah.
Para ulama membagi hijrah menjadi 2:
1. Hijrah maknawiyah,
Hijrah kepada Allah adalah meninggalkan kesyirikan kepada tauhid, meninggalkan yang bid'ah kepada Sunnah, meninggalkan maksiat kepada ketaatan.
Hijrah kepada Rasulullah ﷺ adalah dengan menjalankan sunnah-sunnah. Kita harus mendahulukan sunnah-sunnah daripada pemikiran kita sendiri. Kita juga harus menghentikan setiap amalan yang nggak berasal dari Rasulullah ﷺ.
2. Hijrah Al Isiyyah (Terlihat secara dzahir)
Hijrah
Berpindah/meninggalkan negeri kafir ke negeri Islam.
Masih banyak orang alergi ketika mendengar kata tauhid, sunnah, dan hijrah. Padahal ini adalah amal-amal shalih.
QS. Ar-Ra'd : 17
Salah satu kriteria orang yang berilmu adalah mampu memahami permisalan dalam Alquran.
Kata 'Samaa' di dalam Alquran memiliki 3 makna:
1. Atas
2. Bangunan langit
3. Awan
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku sampaikan seperti hujan deras" (HR. Muslim)
Ketika kita hanya mau menerima ilmu yang mudah tapi enggan mempelajari dan menerima ilmu yang sulit, sudah seharusnya kita bersedih, karena kita memiliki hati yang sempit.
Semakin banyak ilmu yang didapat, maka segala kotoran dalam hati akan terangkat. Sebaliknya, ketika kita nggak serius dalam menuntut ilmu agama, maka kotoran akan tetap mengendap di dalam hati.
Seseorang yang hijrahnya murni akan terlihat ketika dia menghadapi ujian. Dia yang bertahan akan seperti emas yang dipanaskan, ketika ia mampu bertahan maka segala kotoran yang menempel di emas itu akan hilang dan akan menjadi emas yang murni.
Betapa mahalnya hidayah di masa sekarang, karena banyak orang menjadikan agama sebagai main-main.
Mereka yang hijrah dalam agama dengan benar, maka akhlak buruknya akan berubah menjadi akhlak yang baik.
2 hal yang menyebabkan seseorang salah hijrah:
1. Salah penerapan
Pilih guru yang benar. Jika materi yang disampaikan benar, tapi penerapan gurunya salah, maka salah
2.
Orang yang tawadhu dalam belajar, maka ia akan mendapat lebih banyak ilmu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Siapa yang menghapal 10 surat terakhir Al Kahfi, maka dia akan terhindar dari fitnah Dajjal"
Banyak sekali penghalang hijrah adalah karena alasan dunia. Manusia harus siap meninggalkan hartanya demi menjaga imannya.
Kita tidak akan pernah tahu cara bertaqwa ketika kita tidak tahu apa yang diwajibkan Allah dan apa yang dilarang oleh Allah.
Kiat sukses hijrah dan istiqamah
1. Niat ikhlas karena Allah
2. Menuntut ilmu
3. Mempelajari Alquran
Dalam belajar ada prioritas:
1. Ilmu wajib (tauhid, aqidah, fiqih)
No comments:
Post a Comment