Sunday 31 December 2023

Kajian Ahad: Mendidik Anak Tanpa Amarah // Ustadz Abu Ihsan Al Atsary hafizhahullah

Kajian Ahad
Mendidik Anak Tanpa Amarah (bagian 2)
Oleh: Ustadz Abu Ihsan Al Atsary
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Ahad, 31 Des 2023 / 18 Jumadil Akhir 1445

Jangan menjadi orang yang suka marah. Ingatlah bahwa marah hanya akan mendatangkan kerugian demi kerugian, termasuk juga kerugian bagi akhirat.

Di antara kerugian besar di balik kemarahan adalah:

1. Marah adalah bentuk kedzaliman kepada diri sendiri.

Marah adalah salah satu faktor masalah Jantung sehingga menyebabkan kematian. Banyak sekali orang yang terkena serangan jantung atau gagal Jantung disebabkan karena dia melampiaskan marahnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain." (HR. Imam Ahmad 1/313)

Ketika kita marah, atau mencoba meluapkan emosi maka otot-otot akan tegang, sistem pencernaan terganggu, bahkan terjadi perubahan bahan kimia pada otak. Perubahan-perubahan tersebut hanya akan menjadi racun dalam tubuh yang akan membawa efek negatif seperti sakit kepala, sulit tidur, rasa cemas, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, turunnya kekebalan tubuh, depresi, bahkan serangan jantung.

Kita perlu melatih diri untuk bisa mengendalikan emosi demi kesehatan jantung dan tubuh kita.

Tidak ada ruginya ketika kita menjadi orang yang penyabar dan tidak pemarah. Justru orang yang tidak pemarah akan diberikan beberapa keutamaan di hari Kiamat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud No. 4777, Ibnu Majah No. 4186)

"Janganlah kamu marah, niscaya bagimu surga." (HR. Ath-Thabrani dalam Al Mu'jamul Ausath No. 2374)

Keliru jika ada orang yang mengatakan bahwa melampiaskan marah bisa membuat hati plong, karena Rasulullah ﷺ sudah bersabda di atas. Jangan marah.

Allah akan memberikan balasan lain bagi orang yang tidak suka marah dan penyabar, mampu menahan emosi.

Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)

Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar yang diberi pahala di akhirat tanpa batasan, hitungan, dan kadar. Ini adalah pengagungan terhadap balasan bagi orang-orang yang sabar dan pahala mereka.

2. Kemarahan akan membuat syaitan mendekat dan malaikat menjauh

Orang-orang beriman, bagi mereka wali-wali dari jenis malaikat. Pada hakikatnya, dialah makhluk yang paling bermanfaat dan peduli dengan memberikan nasihat kepada orang mukmin.

Ketika kita marah, maka malaikat akan menjauh dan syaitan pun akan mendekat. Padahal syaitan adalah musuh yang paling besar tipu dayanya serta berbahaya bagi manusia.

Ada seorang lelaki yang mencaci Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sementara Nabi ﷺ duduk di dekatnya. Nabi ﷺ takjub dan tersenyum. Tatkala lelaki itu melontarkan cacian yang lebih banyak lagi, Abu Bakar membalas sebagian dari caciannya itu. Maka Nabi ﷺ pun marah dan beranjak pergi. Abu Bakar pun menyusul Nabi ﷺ dan berkata,
"Wahai Rasulullah, ketika ia mencaciku, engkau tetap duduk di sampingku, dan tatkala aku membalas sebagian ucapannya, engkau terlihat marah dan beranjak pergi?"

Maka Nabi ﷺ menjawab,
"Tadinya ada malaikat yang bersamamu dan membelamu, akan tetapi tatkala kamu membalas sebagian caciannya, setan pun datang, sedangkan aku tidak ingin duduk bersama setan." (HR. Ahmad No. 9624)

3. Kemarahan akan mendatangkan malapetaka di akhirat

Kemarahan dapat mendatangkan malapetaka di akhirat, yaitu masuk neraka. Tidak ada kerugian yang lebih besar daripada neraka.

Ketika seseorang dikuasai amarah, maka ia akan terjerumus dalam perbuatan dosa, baik dosa lisan atau perbuatan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.

Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari berbuat dosa.’ Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’ Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, ‘Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni olehNya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’

Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’ Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmatKu.’ Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, ‘Masukkan orang ini ke neraka’.”

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu kemudian berkata, "Demi Allah, sungguh ia telah mengucapkan kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR. Ahmad 2/323 dan Abu Daud)

Demikianlah yang terjadi ketika amarah menguasai hati. Diperparah lagi dengan kejahilan dan jauhnya seseorang dari ilmu. Maka sudah seharusnya kita berhati-hati dan menahan diri. Tidak ada malapetaka yang lebih besar daripada dimasukkan ke dalam neraka.

Banyak manusia yang tergelincir dengan lisannya, juga dengan tulisan karena tulisan adalah perwakilan dari lisan, karena dengan itu bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka.

4. Kemarahan dapat mendatangkan malapetaka di dunia

Banyak orang yang tertimpa musibah akibat amarah yang tidak terkendali. Ketika marah, seseorang akan mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau doa keburukan bagi diri sendiri dan juga anaknya. Tidak mustahil bahwa marah juga bisa menyebabkan berbagai kedzaliman yang membawa keburukan. Namun, semua akan menimbulkan penyesalan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang kuat bukanlah orang yang kuat dalam bergulat. Sesungguhnya orang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya ketika marah." (Muttafaqun 'Alayh)

Demikian dalam mendidik anak, jika kita sebagai orang tua bisa mengendalikan amarah dan cerdas, niscaya segala bentuk keburukan bisa kita hindari.

Menasihati anak bukan dengan memarahi, karena anak akan bermuka madam, hubungan menjadi tidak baik, ada perasaan yang terluka, bahkan yang lebih buruk lagi bisa saling menjauhkan. Kita memohon pertolongan Allah agar terhindar dari keburukan-keburukan semacam ini.

Aktivitas otak anak yang dominan adalah meniru, bukan menalar. Anak-anak adalah peniru ulung. Maka jangan perlihatkan tontonan yang buruk kepada anak, apalagi dia anak yang suka dimarahi oleh kedua orang tuanya, maka bisa jadi anak akan tumbuh menjadi temperamental.

Hindarkan anak dari tontonan buruk yang bisa berasal dari:
1. Tontonan sekitar orang tua
2. Tontonan media seperti YouTube atau game
3. Tontonan dari lingkungannya, teman main, atau sekolah.

1 comment: