Thursday 28 December 2023

Kajian Kamis: Kode Etik Pengusaha Muslim // Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah

Kajian Kamis
Kode Etik Pengusaha Muslim
Oleh: Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah
Masjid Nurul Hidayah, Brawijaya, Jakarta Selatan
Kamis, 28 Des 2023 / 15 Jumadil Akhir 1445

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.” 

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari)

Hadits di atas memiliki 2 tafsir, di antaranya:
1. Nabi ﷺ menyebutkan bahwa bagian dari tanda hari Kiamat adalah munculnya orang-orang yang tidak peduli dari mana dia mendapatkan harta, halal atau haram, karena tidak mau belajar sehingga dia tidak tahu hukumnya.

2. Orang tidak peduli terhadap harta halal haram, padahal dia sudah tahu hukumnya tapi masih tetap dilanggar.

Pemahaman kita tentang kode etik adalah ketika ada orang yang berada di posisi puncak, berarti dia dianggap berprestasi. Untuk bisa mencapai itu, manusia memiliki Kode Etik, bagaimana caranya kita bisa mencapai sebuah posisi tertentu.

Setelah kita mengenai definisi Kode Etik, kita akan sebutkan Kode Etik yang harus dilalui seorang Pengusaha agar menjadi Pengusaha yang ideal.

Pengusaha Muslim yang ideal, tentu saja dia sudah meninggalkan yang haram, dan juga mengiringinya dengan adab, sehingga usahanya terlihat semakin mulia.

Di antara beberapa Kode Etik untuk menjadi Pengusaha yang ideal:
1. Nabi ﷺ mengajarkan agar kita dalam bermuamalah selalu mendahulukan prinsip gampangan, dalam arti tidak kaku sehingga transaksi selesai dengan saling puas dan saling ridho

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah merahmati orang yang bermudahan ketika membeli, ketika menagih hak, dan menjual." (HR. Bukhari)

Seorang Muslim memang seharusnya bersikap mudah dalam bermuamalah, sehingga Allah memberikan kasih sayangnya kepada kita.

Orang yang penyayang kepada sesama, akan disayangi oleh Allah. Maka sayangilah penduduk bumi, maka kita akan disayangi oleh penghuni langit.

2. Seorang Pengusaha Muslim adalah orang yang sangat menghindari sengketa. Dia akan berusaha menghindari gesekan dengan orang lain.

Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu." (QS. Az Zumar : 30-31)

Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"Sejelek-jelek bekal menuju ke alam akhirat adalah permusuhan dengan sesama."

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa berbuat dzalim kepada saudaranya, yang berkaitan dengan kehormatan atau sesuatu apapun, hendaklah dia meminta halal darinya pada hari ini, sebelum (datang hari kiamat) yang tidak ada dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal shalih diambil darinya seukuran kedzalimannya. Jika dia tidak memiliki kebaikan-kebaikan, diambil kesalahan-kesalahan orang yang didzalimi lalu ditimpakan padanya.” (HR. Bukhari No. 2449)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
"Tahukah kamu siapakah orang bangkrut itu?”

Para Sahabat radhiyallahu anhum menjawab,
“Orang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dan barang.”

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya orang bangkrut di kalangan umatku, (yaitu) orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amalan) shalat, puasa dan zakat. Tetapi dia juga mencaci maki si ini, menuduh si itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya, dan orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum diselesaikan kewajibannya, kesalahan-kesalahan mereka diambil lalu ditimpakan padanya, kemudian dia dilemparkan di dalam neraka.” (HR. Muslim No. 2581)

Jadilah hamba yang 0 kedzaliman, sehingga ketika kita meninggal dunia, kita tidak menjadi orang yang bangkrut di hari Kiamat.

3. Pengusaha Muslim selalu memberikan yang terbaik bagi orang lain yang disebut dengan prinsip nasihat.

Nasihat adalah menghendaki kebaikan untuk orang lain.

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Agama adalah nasihat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa?”
Beliau menjawab,
“Bagi Allah, bagi kitabNya, bagi rasulNya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim No. 55)

4. Pengusaha Muslim ketika berinteraksi dengan orang lain, yang dilakukan adalah dia memposisikan diri sebagaimana lawan bisnisnya.

Ketika dia melakukan transaksi, maka dia seolah-olah menjadi seorang pembeli, sebagaimana seorang pembeli pasti ingin disikapi dengan baik.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah ﷺ, Beliau Rasulullah ﷺ bersabda,
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari No. 13 dan Muslim No. 45)

Allah Ta'ala berfirman:
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS. Muthafiffin : 1-3)

No comments:

Post a Comment