Tuesday, 26 December 2023

Kajian Selasa: Semangat Mengamalkan Sunnah Harian // Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah

Kajian Selasa
Semangat Mengamalkan Sunnah Harian
Oleh: Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah
Masjid At Tiin, Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan
Selasa, 26 Des 2023 / 13 Jumadil Akhir 1445

Kita memang tidak bisa sepenuhnya menjalankan sunnah, namun kita bisa memaksimalkan semampunya.

Kalau bentuknya mengikuti setiap perkataan Nabi ﷺ, maka itu berat, namun kita berusaha melakukan sunnah-sunnah beliau.

Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah (Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imron : 31)

Mentaati seorang utusan sama dengan mentaati yang mengutus.

Abul 'Ali (Tabi'in) rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya Jibril 'alayhissalam turun dengan membawa Sunnah sebagaimana ia datang kepada Nabi Muhammad ﷺ membawa Alquran."

Manusia dalam kurun waktu tertentu sangat mungkin lupa dengan pernyataannya terdahulu dengan pernyataannya yang sekarang. Namun, konsistensi prinsip Alquran tidak pernah berubah, sekaligus membuktikan bahwa Alquran bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah.

Nabi Muhammad ﷺ dituduh oleh kaum Yahudi dan Nashrani, padahal sebenarnya mereka yang mengubah Taurat dan Injil.

Makna Semangat Menjalankan Sunnah dibagi menjadi 2 makna, yaitu:
1. Semangat ketika kita mendapatkan atau mendengar hadits

Imam Muslim membawakan riwayat shalat rawatib 12 rakaat.

Dari Nu'man bin Salim, dari Amr bin Aus, dari Ambasah bin Abu Sufyan, dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”

Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah ﷺ."

‘Ambasah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”

‘Amr bin Aws mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.

An Nu’man bin Salim mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin Aws.”
(HR. Muslim No. 728)

Semakin pendek sanad sebuah riwayat, maka kemungkinan shahihnya semakin besar, karena perawi dan periwayatnya sedikit.

Yang terbiasa melaksanakan shalat sunnah, shalat Rawatib itu mudah, yang berat adalah istiqomah.

Namun ketika Safar, seseorang justru dianjurkan untuk tidak melaksanakan shalat rawatib. Ketika seseorang melaksanakan

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, ketika beliau berada di negeri Mu'tazilah dan berada di bawah tekanan, maka Imam Ahmad bersembunyi di rumah murid-muridnya setiap 3 hari. Kemudian Imam Ahmad meminta tempat persembunyian lain, namun seorang muridnya mengatakan "engkau di sini saja, karena engkau sudah aman". Imam Ahmad meminta kepada muridnya untuk mengikuti permintaannya.

Kenapa harus 3 hari?
"Nabi ﷺ ketika Hijrah menghindari musuh, beliau hanya menetap di gua hanya 3 hari. Aku tidak mau meninggalkan Sunnah Nabi ﷺ dalam keadaan sulit, dan juga dalam keadaan mudah."

2. Semangat untuk mendasari perbuatan kita dengan dalil
Ketika kita ingin melakukan sesuatu, maka yang harus diperhatikan adalah "Ada dalilnya atau tidak." Jangan melakukan sesuatu tanpa dalil.

Ketika kita berhari raya, maka kaum Muslimin seringkali mengucapkan selamat. Satu-satunya kalimat salam bagi seorang Muslim adalah ucapan Assalamu'alaykum.

Bagaimana dengan ucapan yang redaksinya bukan Assalamu'alaykum, seperti Selamat Idul Fitri, Selamat Idul Adha, dan yang semisalnya? Allah memerintahkan untuk membalas yang lebih baik atau yang semisal.

Imam Ahmad mengenai ucapan selamat di atas, beliau berkata:
"Aku tidak mau memulainya, tapi jika kalian memberikan ucapan kepadaku, maka aku akan balas."

Ucapan selamat semacam itu bukanlah berasal dari syariat, sehingga tidak berpahala, namun membalas salam itu berpahala karena ada perintah Allah di dalam Alquran.

Ada keutamaan yang mengamalkan Sunnah Nabi ﷺ dan membiasakan diri

Nabi ﷺ bersabda:
"Apabila seorang hamba itu sakit, maka akan dicatatkan amal yang biasa dia lakukan ketika dia sakit."

Allah Ta'ala berfirman:
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tiin : 6)

Pahala yang tidak pernah putus adalah pahala yang terus mengalir walau kita sudah meninggal atau terhalang sesuatu karena fisik yang melemah.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, ia berkata
"Ketika seorang hamba berusia muda, ia rajin shalat, puasa, dan sedekah, hingga orang ini lemah, maka pahalanya akan tetap mengalir seperti ketika ia dulu melakukannya"

1 comment: