Kajian Senin
Memperbaiki Kualitas Ibadah
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah
Masjid Al Fattah, Jatinegara, Jakarta Timur
Senin, 25 Des 2023 / 12 Jumadil Akhir 1445
Menuntut ilmu adalah ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah, dia akan dijadikan memahami ilmu agama" (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Hajar berkata:
"Orang yang tidak dicintai oleh Allah, maka dia akan dijauhkan dari ilmu agama."
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang datang ke masjid untuk memberikan ilmu atau menuntut ilmu, maka dia akan mendapatkan pahala haji." (HR. Ath-Thabrani)
Tidak semua orang yang beramal diterima amal ibadahnya oleh Allah. Bisa jadi kita beramal tapi tidak ada yang diterima oleh Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqan : 23)
Kualitas Ibadah seseorang dilihat dari 2 perkara, yaitu:
1. Niat yang ikhlas karena Allah
2. Tata caranya harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ (Ittiba')
Sehingga para Ulama mengatakan bahwa inilah syarat diterima amalan seseorang.
Ketika orang ingin masuk Islam, maka dia harus mengucap dua kalimat syahadat. Konsekuensi dari ucapan ini adalah meliputi 2 hal di atas. Seseorang yang ingin
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi : 110)
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al Mulk : 2)
Fudhail bin Iyadh mengatakan bahwa siapa yang paling baik amalnya adalah amal yang ikhlas hanya untuk Allah dan yang benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad ﷺ.
Ikhlas karena Allah
adalah memurnikan ibadah hanya untuk Allah.
Kita beribadah bukan untuk dilihat orang lain atau ingin dipuji orang lain, tapi semua karena kita mengikhlaskan diri karena Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya." (QS. An Nahl : 66)
Para ulama menjelaskan ayat ini tentang keikhlasan yang bisa Kita ambil dari hewan ternak. Dalam hewan ternak ketika diperah, tidak ada kotoran dan tidak ada darah, yang keluar hanyalah murni susu. Itulah kemurnian yang seumpama harus kita lakukan karena Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al Bayyinah : 5)
"Barangsiapa yang melakukan amal shalih, kemudian dia berbuat kesyirikan dengan menyekutukan Allah, Aku tinggalkan dia dengan seluruhnya."
Ini adalah dalil bahwa ketika seseorang tidak beribadah ikhlas karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah. Jika hanya tidak diterima, ini lebih ringan, tapi ada yang lebih berbahaya jika itu adalah sebuah kesyirikan yang berarti dosa besar.
Sesungguhnya ada 3 orang yang pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam yaitu:
1. Orang yang berjihad, namun supaya dia dianggap pemberani
2. Orang yang mempelajari Alquran, namun supaya dia dianggap orang yang berilmu
3. Orang yang bersedekah, namun supaya dia dianggap orang yang dermawan
Semua yang kita miliki akan ditanya dan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Orang yang niatnya salah di dunia, maka akan dibongkar oleh Allah di hari Kiamat, akan didustakan oleh Allah. Seharusnya mereka memerhatikan kualitas ibadahnya selama di dunia.
Kadar keikhlasan seseorang akan menentukan besaran pahala yang dia raih.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing berputar di sekitar sumur, kemudian wanita itu memberikan air di dalam sumur dan memberikan minum kepada anjing itu, lalu dia dimasukkan ke dalam surga." (HR. Bukhari No. 3321)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Rahasia kenapa wanita ini diampuni dosanya oleh Allah sehingga akhirnya dia dimasukkan ke dalam surga karena dia memiliki keikhlasan kepada Allah."
Para ulama mengatakan bahwasanya setelah wanita ini beramal shalih dengan memberikan minum kepada anjing tersebut, Allah memberikan hidayah kepada wanita ini dan ia melakukan amal shalih hingga akhir hayatnya yang menjadikan dia dimasukkan ke dalam surga.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Beberapa faktor seseorang mendapatkan keikhlasan
1. Kondisinya mendukung untuk melakukan keikhlasan
2. Secara zhahir, melakukan sesuatu tanpa diketahui seseorang, sehingga ia melakukannya sendirian dan memudahkannya untuk ikhlas
3. Memberikan sesuatu untuk beramal shalih harus melakukan suatu usaha yang sulit.
Zubair bin Awwam radhiyallahu 'anhu berkata:
"Barangsiapa yang bisa memiliki amalan rahasia, maka hendaknya ia memilikinya sebanyak-banyaknya."
Amal shalih, semakin rahasia, maka semakin dekat dengan keikhlasan.
Orang kalau sudah ikhlas, seluruh urusannya akan dimudahkan oleh Allah. Mustahil Allah akan menyulitkan seseorang yang ikhlas dan jujur dalam beramal shalih.
Mengikuti tuntunan Nabi Muhammad ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ adalah perantara antara Allah dengan kita. Beliau adalah utusan Allah yang ditugaskan menyampaikan risalah dan pesan kepada kita. Semuanya telah beliau ajarkan, kebaikan dan keburukan.
Rasulullah ﷺ melakukan Haji Wada', lalu beliau khutbah di Arafah. Di antara isi khutbahnya, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya aku akan meninggalkan kalian dalam kondisi terang benderang. Malamnya bagaikan siang. Tidak akan ada yang tersesat kecuali dia akan tenggelam."
Ajaran Islam lebih terang daripada matahari.
Ajaran Islam tidak ada yang abu-abu (syubhat). Jika ada yang syubhat, itu pasti karena kita belum belajar atau belum tahu tentang suatu perkara.
Kita tidak perlu menambah, mengurangi, atau memodifikasi ajaran Islam, karena ajaran Islam sudah sempurna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak ada satu perkara pun yang bisa memasukkan orang ke dalam surga dan bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka melainkan semuanya telah aku jelaskan." (HR. Ath-Thabrani)
Allah Ta'ala berfirman:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah : 3)
Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata:
"Demi Allah, sesungguhnya aku tahu kapan dan di mana ayat turun, dan aku tahu kondisi Rasulullah ﷺ ketika ayat ini turun, yaitu pada 9 Dzulhijjah ketika Rasulullah ﷺ sedang Wukuf di Arafah."
Ketika seseorang melakukan sebuah amalan yang bukan berasal dari ajaran Nabi ﷺ, maka ajaran itu tertolak atau tidak akan diterima.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa melakukan suatu yang tidak pernah kami ajarkan, maka amalan tersebut tertolak". (HR. Muslim)
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim No. 867)
Imam Malik rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya barangsiapa melakukan sebuah amalan yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad, lalu dia menganggap itu adalah bagian dari syariat, maka dia seolah-olah mengatakan bahwa Nabi ﷺ telah berkhianat kepada risalah."
Bahaya bid'ah adalah ketika seseorang mengira itu dapat mendekatkan dirinya kepada Allah. Dia merasa apa yang dilakukannya adalah kebaikan. Maka penting bagi kita untuk belajar, menuntut ilmu agama, datang ke majelis agar kita mengetahui tentang kebenaran agama ini, bukan hanya sekadar baik.
Apa yang datang dan diajarkan oleh Rasulullah ﷺ itu adalah kebaikan yang sebenarnya, dan seluruh kebaikan harus bersumber dari apa yang telah beliau ajarkan, bukan dari akal kita atau ikut-ikutan kebanyakan manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa membenci sunnahku, maka dia bukan bagian dari golonganku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
1. Sunnah Fi'liyyah
adalah Sunnah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ seperti Shalat malam, shalat Dhuha, melakukan amalan sunnah yang lain
2. Sunnah Tarqiyyah
adalah Sunnah yang tidak dikerjakan oleh Rasulullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Nafi’, ada seseorang yang bersin di samping Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, kemudian orang tersebut mengatakan,
“Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasulillah.” (Segala puji bagi Allah dan semoga keselamatan tercurahkan kepada Rasulullah.”
“Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasulillah.” (Segala puji bagi Allah dan semoga keselamatan tercurahkan kepada Rasulullah.”
Mendengar hal itu, sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
"bukan seperti itu yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Beliau mengajarkan kami untuk mengucapkan “alhamdulillah ‘ala kulli haal” (segala puji bagi Allah pada setiap keadaan) atau cukup membaca "Alhamdulillah” (HR. Tirmidzi no. 2738, hadits hasan)
Lihatlah bagaimana sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu menegur seseorang yang mengucapkan “alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasulillah” ketika bersin. Tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut, sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Akan tetapi, beliau menegur karena bukan ucapan seperti itu yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ ketika bersin, bukan sesuai dengan Sunnah.
No comments:
Post a Comment