Sunday, 24 December 2023

Tabligh Akbar: Dahsyatnya Hisab Di Hari Kiamat // Ustadz Abdullah Taslim hafizhahullah

Tabligh Akbar
Dahsyatnya Hisab Di Hari Kiamat
Oleh: Ustadz Abdullah Taslim hafizhahullah
Masjid Al Fattah, Jatinegara, Jakarta Timur
Ahad, 24 Des 2023 // 11 Jumadil Awwal 1445

Kita tidak boleh terlena dengan dunia sehingga melupakan akhirat. Ini adalah kesia-siaan. Kita harus selalu mengutamakan akhirat dan zuhud terhadap dunia.

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya kalian kelihatan shalatnya lebih panjang, ibadahnya lebih sungguh-sungguh daripada para Sahabat, tapi kedudukan mereka justru lebih tinggi dari kalian.

Seorang Tabi'in bertanya, "Mengapa begitu?"

Karena mereka lebih zuhud dalam kehidupan di dunia, lebih tidak panjang angan-angan, serta lebih cinta kepada akhirat"

Semakin kita belajar agama, seharusnya kita lebih bisa mementingkan akhirat, zuhud terhadap dunia dan mempersiapkan diri menuju akhirat. Setiap apa yang kita lakukan akan ada hisabnya, dan jangan sampai kita menyesal.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab : 21)

Dengan mengikuti Sunnah, kita tidak mungkin mengejar dunia. Justru dengan mengikuti kajian sunnah, kita banyak sekali mendapatkan nasihat dari para Ulama salaf yang mengutip dalil-dalil dari Rasulullah ﷺ dan Para Sahabat radhiyallahu 'anhuma 'ajmain.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal." (Shahih Bukhari dalam kitab Ar-Riqaq, Fathul Bari XI/235)

Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata:
"Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal” (HR. Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah)

Hisab secara bahasa berarti menghitung atau perhitungan.

Hisab secara syar'i adalah Allah memperlihatkan kepada hambaNya amal-amal yang dilakukan baik amal shalih atau buruk dengan rinci sebelum hamba-hamba Allah meninggalkan Padang Mahsyar.

Ketika kita dihadapkan pada perhitungan amal, ini menjadikan seorang hamba merasa takut, karena dia akan dihadapkan kepada Allah sendirian dan tidak akan ada yang tersembunyi, semuanya terbuka.

Tidak ada seorangpun di antara kamu kecuali Allah akan berbicara langsung dengannya, dan tidak ada penerjemah di antara dia dengan Allah.

Bayangkan jika ternyata amalan kita di dunia banyak cacatnya, banyak kurangnya, kita tidak mempersiapkan diri, maka kita akan binasa.

"Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (QS. Al Muthafiffin : 4-7)

Tujuan kita belajar adalah untuk mengusahakan keselamatan kita pada hari Kiamat. Karena gambaran di hari Kiamat adalah seperti apa yang biasa kita lakukan di dunia. Ketika kita terbiasa maksiat di dunia, maka ketika menghadap Allah pun kita akan dalam keadaan bermaksiat. Sebaliknya, ketika kita banyak beramal shalih, maka insyaa Allah kita akan selamat ketika kita dipertemukan dengan Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Setiap hamba Allah itu akan dibangkitkan dari kuburnya sama seperti keadaan ketika ia meninggal.” (HR. Muslim)

Manusia akan mendapatkan Hisab yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan iman mereka di dunia.

"Kemudian Kitab (Alquran) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir : 32)

Ketika seseorang telah meninggal dunia, lalu ia dibangkitkan oleh Allah, lalu ia melihat keadaan yang berbeda ketika ia masih hidup di dunia, maka kita akan berada dalam kebingungan yang sangat. Hari Kiamat ketika itu bumi diganti dengan bumi yang lain, dan ketika itu semua manusia keluar untuk menghadap Allah Yang Maha Perkasa.

"Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Rasul) tentang keadaan gunung-gunung di hari Kiamat kelak, maka katakanlah pada mereka, "Gunung-gunung itu akan dicabut oleh Tuhanku dari akar-akarnya lalu menghancurkannya sehingga menjadi debu yang beterbangan. (QS. Thaha : 105)

"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (QS. ‘Abasa: 34-37)

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Manusia kelak pada hari kiamat akan dihimpun dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat dan tidak berkhitan". Maka aku penasaran, lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, laki dan perempuan semuanya akan dihimpun bersamaan, nanti mereka akan saling melihat satu sama lain?" Lalu Rasulullah ﷺ menjelaskan: “Wahai Aisyah! Perkaranya lebih besar dari hanya sekedar melihat pada aurat satu sama lainnya”. HR Bukhari No. 6527, Muslim No. 2859)

"Pada hari itu (Hari Kiamat) ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakan azab disebabkan kekafiranmu itu”. (QS. Ali Imron 106-107)

Abdullah Ibn Abbas radhiyallahu 'anhu berkata"
"Yang akan putih berseri adalah wajah ahlussunnah, dan yang akan berwajah hitam muram adalah para ahlul bid'ah yang memecah belah syariat"

Orang yang memiliki aqidah yang lurus akan membuat dia berhati bersih, memiliki cahaya di wajahnya.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya” (HR. Abu Daud No. 3660, Tirmidzi No. 2656)

Ketika ditegakkan Hisab kepada seseorang dengan sebenar-benarnya, maka kita pasti binasa, tidak akan selamat, karena amal kita pasti banyak kekurangannya. Namun Allah Yang Maha Bijaksana menyelamatkan kita dengan rahmatNya sehingga memasukkan kita ke dalam surgaNya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ (QS. Al-Insyiqaq: 8)” Maka Rasulullah ﷺ menjawab, “Itu baru al-‘aradh (penampakan amal). Namun barangsiapa yang diteliti hisabnya, maka ia akan binasa.” (HR. Bukhari No. 103 dan Muslim No. 2876)

Di antara amalan yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat:
1. Shalat
Shalat akan menentukan kebaikan atau keburukan dari amalan kita yang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hambaKu memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)

Maka yang pertama harus kita perbaiki adalah shalat.

2. Yang berhubungan dengan hak, dalam hal ini adalah darah manusia.

3. Orang yang menuntut ilmu, tujuannya agar dikatakan alim; orang yang berjihad di jalan Allah, tujuannya agar dikatakan seorang yang pemberani; Orang yang bersedekah, tujuannya agar dikatakan sebagai orang yang dermawan.

“Orang yang pertama kali diputuskan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid di jalan Allah. Lalu dia didatangkan, kemudian Allah memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya, maka dia pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang tersebut menjawab, “Aku telah berperang di jalanMu sampai aku mati syahid.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan itu supaya disebut sebagai seorang pemberani dan ucapan itu telah dilontarkan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), sampai dia pun dilemparkan di neraka.”

“Kemudian ada orang yang belajar agama dan mengajarkannya, serta membaca Al Qur’an. Lalu orang itu didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang itu menjawab, “Aku telah belajar agama, mengajarkannya dan aku telah membaca Al Qur’an.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau belajar agama supaya disebut orang alim dan engkau membaca Al Quran supaya disebut qari’ dan ucapan itu telah dilontarkan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah) sampai dia pun dilemparkan di neraka.”

Kemudian ada seorang laki-laki yang diberikan kelapangan oleh Allah dan menganugerahinya segala macam harta. Lalu dia pun didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya itu dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang itu menjawab, “Aku tidak meninggalkan satu jalan pun sebagai peluang untuk berinfak melainkan aku berinfak di situ semata-mata karena-Mu.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan seperti itu supaya disebut dermawan dan ucapan itu telah dilontarkan.” Maka orang itu diperintahkan untuk dibawa, lalu dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), kemudian dia dilemparkan di neraka.” (HR. Muslim no. 1905)

4. Umat Nabi Muhammad ﷺ 

Kita adalah umat terakhir yang dihisab namun yang pertama kali masuk ke dalam surga setelah Rasulullah ﷺ mengetuk surga.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, "Siapakah engkau?" Lalu aku jawab, "Aku Muhammad". Lantas malaikat tersebut berkata, "Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau.” (HR Muslim)

Memperbaiki niat, menuntut ilmu, selalu mengikuti pemahaman para Sahabat radhiyallahu 'anhuma, lurusnya aqidah akan menjadi sebab kita selamat di hari Kiamat. Kita harus selalu berusaha menjalankan Islam dengan benar.


No comments:

Post a Comment