Thursday 8 February 2024

Kajian Kamis: Meraih Nikmatnya Beribadah // Ustadz Yovin Abu Hammam hafizhahullah

Kajian Kamis
Meraih Nikmatnya Beribadah
Oleh: Ustadz Yovin Abu Hammam hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Kamis, 8 Feb 2024 / 27 Rajab 1445

Di antara kebahagiaan seorang Muslim adalah ketika Allah mudahkan langkah kakinya untuk belajar agama.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan untuk dirinya, maka Allah akan pahamkan dia dengan ilmu agama."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan tentang ibadah daei
1. Ibadah dari sisi bahasa adalah tunduk dan patuh.

Orang-orang yang rajin beribadah, maka dia akan merendah.

2. Ibadah dari sisi istilah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik sesuatu itu adalah ucapan atau perbuatan, baik zhahirnya maupun batinnya.

Ada sebagian orang menyangka di atas ibadah, namun perbuatan yang dilakukan bukanlah sesuatu yang dicintai Allah, melainkan membuat Allah murka.

Bagaimana kita tahu Allah ridho dengan ibadah yang dilakukan, maka tolok ukurnya ada 3, yaitu:
1. Alquran
2. Sunnah
3. Salafush-shalih 

Ibnu Qudamah mengatakan bahwa penting untuk seseorang mengetahui sesuatu tentang definisi, karena dengan mengetahui sebuah definisi, kita akan tahu makna sebuah sesuatu.

Beberapa tipe manusia dalam beribadah ada 3 golongan yaitu:

"Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah". (QS. Fathir : 32)

1. Mendzalimi diri sendiri
Ketika kita melakukan dosa, kita sedang mendzalimi diri sendiri.

2. Pertengahan dalam ibadah
Dia beriman kepada Allah dan akan mencukupkan dirinya dengan yang wajib.

Tidak ada yang menjamin ibadah wajib kita diterima oleh Allah, itu sebabnya kita membutuhkan ibadah-ibadah Sunnah. Hukumnya memang tidak berdosa jika kita meninggalkan ibadah sunnah, tapi kita rugi.

3. Berlomba-lomba dalam kebaikan
Di antara sifat orang-orang ini adalah yang menunaikan kewajibannya kepada Allah, dan dia menambahnya dengan ibadah-ibadah Sunnah.

"... dan untuk yang demikian itu (surga) hendaknya orang berlomba-lomba" (QS. Al Muthafiffin: 26)

Ada orang mungkin dia shalat, mungkin dia baca Alquran, tapi mengapa dia tidak nikmat dalam melakukannya? Bisa jadi dia bergelimang dengan dosa dan maksiat. Mustahil Allah memberikan nikmat beribadah kepada orang-orang yang suka bermaksiat.

Kita hidup di dunia ini, ada 2 kenikmatan yaitu:
1. Kenikmatan hakiki, yaitu kenikmatan orang-orang yang beribadah kepada Allah.

2. Kenikmatan semu, yaitu kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang bergelimang dengan dosa karena maksiat.

Allah Ta'ala berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd : 28)

Bagaimana kita menjadi orang yang senantiasa merasakan nikmat dalam ibadah?
1. Fokus kepada pahala yang Allah janjikan
Walaupun banyak rintangan yang kita terima, selama kita fokus dengan janji Allah, maka kita akan merasakan nikmat dalam beribadah.

Ketika Allah menjelaskan tentang nikmat surga, Allah memerintahkan untuk kita berlomba-lomba meraihnya.
"... dan untuk yang demikian itu (surga) hendaknya orang berlomba-lomba" (QS. Al Muthafiffin: 26)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya." (QS. Al Kahfi : 107-108)

Di antara orang yang mendapatkan nikmatnya ibadah adalah ketika dia mencintai Allah dan RasulNya lebih dari siapapun.

Ketika kita fokus mendapatkan pahala Allah, maka akan tumbuh rasa cinta kepada Allah, takut dengan adzab Allah, dan rasa harap.

2. Menjauhi perbuatan dosa dan maksiat
Hukuman bagi yang melakukan perbuatan ini adalah dicabutnya rasa nikmat

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha : 124)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwasanya berpaling di dalam ayat tersebut ada beberapa jenis
1. Murni tidak beriman kepada Allah

2. Datang ayat Allah, namun mereka lebih mengutamakan akal dan pendapatnya.

3. Mengedepankan hawa nafsu
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Jatsiyah : 23)

Berkaitan dengan dosa dan maksiat, maka di antara hukumannya adalah Allah haramkan dia dari yang halal.

Secara bahasa, Hidayah berarti petunjuk.
1. Hidayatul Ammah, yaitu petunjuk Allah kepada seluruh makhluk .
2. Hidayatul Irsyad Wal Bayyan, yaitu petunjuk Allah melalui penjelasan ilmu seperti dengan belajar agama di majelis ilmu. Inilah Hidayah yang paling banyak didapatkan oleh manusia.
3. Hidayatut-Taufiq, yaitu petunjuk yang Allah berikan tanpa penjelasan atau sebab apapun.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwasanya ada 3 pintu masuk Hidayah, yaitu:
1. Telinga, apa yang didengar
Sebagian kafir masuk Islam karena mendengar Alquran atau mendengar dakwah.

2. Mata, apa yang dilihat
Perbedaan orang beriman dengan pencinta dunia adalah orang beriman memandang bahwa Allah sedang menegur kita, sedangkan pencinta dunia biasa saja.

Orang-orang yang takut kepada Allah, yaitu orang-orang beriman, mereka akan semakin mendekat kepada Allah.

3. Hati yang memahami

Allah menjadikan ketiga pintu Hidayah ini beberapa kali disebutkan di dalam Alquran.

"Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS. Al Baqarah : 7)

Orang yang Allah kunci hatinya, dia tidak akan suka mendengarkan nasihat agama. Dia tidak mau mendengarkan kebenaran. Dia hanya mau mendengarkan yang sesuai hawa nafsunya.

Menjelaskan kebenaran kepada orang-orang yang menolak itu tidak ada gunanya. Tinggalkan mereka yang menentang dengan kesesatannya.

"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al Baqarah : 171)

Ketika kita menyeru orang-orang kafir atau Muslim yang memiliki sifat kekufuran, maka kita akan letih. Karena Allah menjadikan mereka tidak mendengar, yaitu mereka menolak kebenaran. Seorang Muslim ketika mendengar seruan adzan tapi dia tidak mendatangi shalat berjamaah. Maka, jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang kafir atau mereka yang memiliki sifat kekufuran.

3. Senantiasa menuntut ilmu agama
Orang yang belajar ilmu agama, maka pengetahuannya akan bertambah. Apalagi jika kita mau belajar Bahasa Arab.

Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata:
"Pelajarilah Bahasa Arab, karena itu bagian dari agamamu."

Sebagian kaum Muslimin tidak memiliki minat belajar bahasa Arab, karena itu tidak menguntungkan dunianya. Naudzubillah.

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS. Al Qamar : 17)

Dengan kita menuntut ilmu agama, kita akan dituntun kepada cara beribadah yang benar, tidak asal-asalan.

4. Berdoa
Doa di dalam Islam terbagi menjadi 2, yaitu
1. Doa yang sifatnya pujian kepada Allah
Seorang hamba jangan pernah luput dari memuji Allah sepanjang hidupnya. Dengan kita memuji Allah, maka hati kita akan terpaut dengan Pencipta kita.

Iman Nawawi rahimahullah berkata:
"Hampir semua kegiatan kita ada doanya."

Orang yang dekat dengan Allah, hatinya akan selalu terpaut dengan Allah dan akan senantiasa terlindungi dari penyimpangan-penyimpangan.

2. Doa yang dilandasi karena menginginkan sesuatu
Seorang hamba memang sudah ditakdirkan untuk senantiasa memiliki kebutuhan.

Dengan kita banyak berdoa kepada Allah, maka hati kita akan semakin tenang.

5. Menyesuaikan dengan kemampuannya dan jujur kepada Allah.

Ketika kita sadar kemampuan dan jujur kepada Allah, maka Allah akan mudahkan kita dalam menikmati ibadah yang kita lakukan.


1 comment: