Tuesday 12 March 2024

Dauroh Aqidah Ramadhan: Mengenal Lebih Dekat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah // Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah

Dauroh Aqidah Ramadhan
Syarat Kitab Aqidah Washitiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Pertemuan 1
Mengenal Lebih Dekat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah
Selasa, 12 Mar 2024 / 1 Ramadhan 1445

Salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah kita mempelajari tentang biografi penulis kitab yang kita kaji. Termasuk kita juga harus mengetahui latar belakang seorang guru, sehingga kita tidak sembarangan dalam mengambil ilmu.

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian" (Muqaddimah Shahih Muslim, hal. 10).

Aqidah Islam telah tersampaikan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad ﷺ. Namun ketika beliau wafat, muncul banyak penyimpangan aqidah seperti Khawarij, Syiah, hingga pemikiran lain yang jauh dari aqidah Islam yang benar.

Di setiap 100 tahun akan ada mujaddid, yaitu seorang pembaharu dalam agama. Maksudnya adalah dia memurnikan agama Islam di kala penyimpangan banyak terjadi di kalangan umat Islam setelah masa kenabian.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah termasuk di dalam kategori mujaddid yang dimaksud.

Beliau adalah Syaikhul Islam Al Imam Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas. Beliau adalah orang yang sangat terkenal dengan keilmuannya.

Ibnu Taimiyyah lahir dari keturunan seorang ulama dan beliau tumbuh dengan sangat baik, sehingga sejak kecil beliau sudah bersemangat dalam belajar agama. Penting bagi kita mengambil contoh dari beliau di mana setiap waktu dari keluarga beliau diisi dengan ilmu.

Sejak kecil, Ibnu Taimiyyah juga sudah sering datang menghadiri majelis ilmu. Kitab-kitab besar para ulama seperti Musnad Ahmad, Shahih Bukhari dan Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Daud, dan kitab Hadits lain sudah dipelajari oleh Ibnu Taimiyyah.

Ibnu Katsir mengatakan
"Ibnu Taimiyyah sangat banyak membaca buku. Beliau mencari Hadits dari para Ulama dan mengambil ilmu Hadits bertahun lamanya. Beliau sangat cerdas dan memiliki hapalan yang sangat banyak"

Al Bazzar rahimahullah berkata:
"Ketika Ibnu Taimiyyah pergi ke suatu tempat untuk menuntut ilmu agama, beliau sering bertemu orang Yahudi. Kemudian orang Yahudi itu bertanya dan Ibnu Taimiyyah menjawab setiap pertanyaan orang Yahudi tersebut dengan 'syubhat' kebathilan Yahudi hingga akhirnya orang Yahudi itu masuk Islam."

Ketika masih kecil juga Ibnu Taimiyyah pernah diperintahkan untuk menulis 13 Hadits dan diminta untuk menghapus apa yang ditulis tersebut dan beliau diminta untuk menyebutkan Hadits yang ditulis tersebut dan beliau dengan jelas bisa menyebutkannya.

Sesungguhnya Ibnu Taimiyyah memiliki sekitar lebih dari 200 guru. Maka ini adalah pelajaran bagi kita untuk memiliki banyak guru. Jangan cukupkan diri kita hanya dengan satu guru saja.

Ibnu Abdil Hadi, Ibnul Qayyim, Adz-Dzahabh, Ibnu Katsir, Imam Al Mizzi dan banyak lagi adalah di antara murid-murid Ibnu Taimiyyah.

Ibnu Az-Zamlakani juga menyatakan:
"Apabila dia ditanya tentang satu cabang ilmu, niscaya orang yang mendengar dan melihatnya pasti menyangka Ibnu Taimiyah tidak punya ilmu lain kecuali itu, dan memastikan bahwa tidak ada satupun yang memahami seperti dia. Ahli fikih dari berbagai mazhab, jika berdiskusi dengannya, niscaya mereka memetik faedah dari beliau hal-hal yang sebelumnya tidak pernah mereka ketahui. Tidak pula pernah terdengar bahwa beliau berdebat dengan seseorang lalu kalah. Jika dia membahas satu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau lainnya, niscaya beliau mengungguli orang-orang yang ahli di bidang tersebut. Beliau memiliki kelebihan dalam karya tulis, ungkapan yang berisi, runut, juga dalam pembagian dan pejelasan.”

Beliau berkulit putih, berperawakan tinggi sedang, berdada datar tegap, sedikit beruban, dengan rambut menjulur sampai diatas daun telinga, matanya besar bagaikan lisan ketika berbicara, suaranya emas, fasih, sangat cepat dalam membaca, padanya berhenti dalam hal keberanian serta memaafkan. Beliau hafal al-Qur’an pada usia sebelum baligh, terampil dalam ilmu syari’at dan bahasa arab serta mantiq dan lainnya.

Imam Al Mizzi rahimahullah berkata:
“Saya tidak pernah melihat tokoh seperti dia. Diapun tidak melihat ada yang seperti dirinya. Saya tidak pernah melihat tokoh yang paling tahu tentang Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah serta paling teguh mengikuti keduanya daripada beliau.”

Di antara sifat yang dimiliki oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah 
1. Seorang ulama yang sangat luas keilmuannya.
Ibnu Katsir berkata bahwasanya pada saat umur beliau 22 tahun, beliau sudah mengajar di tempat berkumpul para penuntut ilmu.

Ibnu Az-Zamlakani mengatakan: “Terkumpul pada dirinya (Ibnu Taimiyyah) syarat-syarat seorang mujtahid secara sempurna. Dia mempunyai andil besar dalam karya-karya bermutu, ungkapannya yang bernas dan sistematis.”

Buku karya tulis Ibnu Taimiyyah ada sekitar 500 jilid. Di antara kitab beliau adalah tentang bantahan terhadap penyimpangan yang terjadi di dalam tubuh kaum Muslimin. Beliau juga menulis kitab untuk membantah kaum yang mempelajari filsafat.

2. Seorang ahli ibadah.
Ketika seseorang terkumpul dalam dirinya ilmu yang sangat luas dan ibadah yang kuat, maka ini adalah hal yang luar biasa. Inilah yang dimiliki oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Suatu hari aku pernah shalat Subuh bersama Ibnu Taimiyyah. Setelah shalat Subuh, Beliau tidak beranjak dari masjid hingga hampir pertengahan siang, lalu beliau menoleh dan berkata kepadaku, "ini adalah gizi bagiku (berdzikir)."

3. Tawadhu
Al Bazzar rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya aku tidak pernah mendengar seseorang yang Tawadhu melebihi tawadhunya Ibnu Taimiyyah"

Beliau juga memuliakan orang-orang faqir, bahkan kedekatannya dengan orang-orang faqir melebih kedekatannya dengan orang kaya.

Yang paling terlihat dari beliau adalah sikap tawadhunya.

4. Zuhud terhadap dunia
Orang-orang yang hidup dengan beliau sepakat bahwasanya tidak ada orang zuhud terhadap dunia melebihi beliau.

Makna zuhud adalah menggunakan dunia untuk akhirat, yaitu hal dunia yang tidak bermanfaat ditinggalkan oleh beliau dan memanfaatkan hidupnya untuk mendapatkan akhirat.

5. Peduli kepada orang lain yang membutuhkan 
Beliau adalah orang yang zuhud, bukan orang yang kaya raya, namun beliau selalu mendahulukan orang lain, termasuk beliau bersedekah dalam keadaan ia pun membutuhkannya.

Terkadang beliau melepaskan pakaiannya dan diberikan kepada orang faqir yang tidak memiliki pakaian.

6. Pemberani
Ibnu Taimiyyah bukan hanya mujaddid, tetapi beliau juga merupakan mujahid. Bahkan beliau beberapa kali ikut di dalam peperangan.

7. Pemaaf
Beliau masuk penjara sampai 7x karena didzalimi oleh orang-orang yang berselisih pendapat.

Ketika ditanya tentang orang yang mendzaliminya, beliau berkata:
"Aku tidak suka mengalahkan seseorang lalu menang melawan orang yang mendzalimiku. Aku ingin kebaikan bagi setiap Muslimin sebagaimana aku ingin mendapatkan kebaikan."

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
"Sesungguhnya aku tidak pernah melihat Ibnu Taimiyyah mendoakan keburukan bagi musuh-musuhnya. Beliau justru mendoakan kebaikan untuk mereka."

8. Bersabar
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
"Tamanku ada di hatiku. Kalau mereka membunuhku, maka itu adalah syahidku. Kalau aku masuk penjara, maka sesungguhnya aku sedang dalam keadaan berkhalwat dengan Allah."

Hidup atau tidaknya hati kita, maka lihatlah ketika kita sendirian tanpa ada sesuatu pun dan seorang pun. Kalau kita nyaman, berarti hati kita hidup. Kalau tidak nyaman, maka kebahagiaan tidak ada di dalam hati kita.

Ibnu Taimiyyah wafat ketika beliau di dalam penjara. Selama di penjara, beliau menulis banyak karya. Sebelum wafat, beliau juga sempat menulis surat kepada orang-orang yang mencintainya.
"Aku bersyukur kepada Allah setiap hari. Nikmat Allah kepadaku selalu bertambah. Dan setiap hari ada nikmat baru yang Allah berikan kepadaku yang sebelumnya belum pernah aku rasakan. Ditariknya buku-bukuku adalah nikmat paling besar agar bisa dibaca ketika aku di penjara. Maka kondisiku sedang merasakan nikmat yang begitu besar. Setiap kejadian yang Allah takdirkan kepadaku adalah kebaikan dan pasti ada hikmahnya."

Sebagian orang ketika dikasih ujian justru dilepas istiqomahnya. Padahal seharusnya kita semakin kuat hingga terlepas kesulitan itu.

Pada saat Ibnu Taimiyyah dipenjara di fase terakhir sebelum wafat, beliau mengkhatamkan Alquran sebanyak 81 kali. Ini tidak mungkin dilakukan kecuali oleh orang yang jujur. Ayat terakhir yang beliau baca sebelum wafat Al Qomar ayat 54 dan 55.
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa."

Beliau wafat di usia 67 tahun. Jenazah beliau dishalatkan di Damascus. Seluruh kaum Muslimin hadir menshalatkan dan mengantarkan jenazah beliau kecuali 3 orang yang membencinya.

Air mata tumpah, langitpun menangis. Ratapan duka dan doa mengantar jenazah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Seluruh rakyat di sekitar penjara benteng tersebut tumpah ke jalanan mengantarkan jenazah beliau. Pintu-pintu masjid Jami’ tak cukup menampung desakan rakyat banyak yang ingin mendekati jenazah beliau.

Beliau dishalatkan di waktu Zhuhur dan dimakamkan setelah Ashar. 500.000 orang hadir di proses pemakaman Ibnu Taimiyyah.

Nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah harum hingga saat ini, dan mungkin hingga akhir zaman nanti.

1 comment: