Kajian Rabu
The Rabbaanians
Dunia Segalanya?
Oleh: Ustadz Ahmad Rasyid Bazher hafizhahullah
Rabu, 12 Juni 2024 / 6 Dzulhijjah 1445
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Apakah kita cinta dunia?
Fitrah manusia itu cinta kepada dunianya. Hatinya cenderung kepada syahwat duniawi.
Allah Ta'ala berfirman:
"Telah diijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. 'Ali Imron: 14)
Ketika disebutkan dunia, pasti Allah selalu menyebutkan akhirat setelahnya untuk mengingatkan manusia bahwasanya akhirat lebih baik daripada dunia.
Ketika cinta dunia secara berlebihan, jauh melebihi cinta kepada akhiratnya, jauh melebihi cintanya kepada Allah dan RasulNya, maka ini bahaya.
Dunia secara bahasa artinya dekat. Makna lainnya adalah rendah atau hina.
Dikatakan dekat karena sebentar waktunya, dekat dengan kematian.
Imam Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
"Aku sangat heran kepada seseorang yang menyangka bahwa cinta kepada dunia bukanlah dosa besar. Bukankah dosa besar yang lain berawal karena cinta dunia secara berlebihan?"
1. Mengetahui Hakikat Dunia
Ketika kita mengetahui hakikat dunia, maka sikap kita akan benar. Namun ketika kita tidak mengetahui hakikat dunia, maka sikap kita terhadap dunia akan salah.
Setidaknya ada 5 hakikat dunia, yaitu:
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah 1) permainan dan 2) suatu yang melalaikan, 3) perhiasan dan 4) bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang 5) banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al Hadid : 20)
Dari ayat ini, Allah menyebutkan sekitar 5 hakikat dunia
1a. Permainan
Ketika seseorang sedang asik dengan permainan, biasanya manusia akan lalai. Padahal ada amanah besar, yaitu tujuan utamanya diciptakan ke dunia.
1b. Sesuatu yang melalaikan
Seperti halnya di atas, dunia biasanya sering membuat manusia lalai.
1c. Perhiasan
Dunia pasti ada titik jenuhnya. Ketika pertama kali terlihat, maka akan sangat indah terlihat. Tapi semakin lama, kita akan merasa bosan terhadap sesuatu yang sama tersebut
1d. Saling bermegah-megahan dan berbangga
Dunia tidak akan pernah habisnya dalam syahwat.
1e. Saling memperbanyak harta dan anak
Bukan berarti kita tidak boleh memperbanyak harta dan anak, namun Allah menjelaskan bahwa hakikat dunia hanya sekedar 2 hal tersebut, dan banyak yang membuat manusia terlupa.
2. Hanya Sebentar
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (QS. An-Nazi'at : 46)
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". (QS. Al Mu'minuun : 112-113)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah No. 4236)
Sebagian umur kita di dunia tidak kita gunakan untuk melakukan ibadah murni seperti shalat, puasa, zakat, atau haji. Padahal hidup kita hanya sebentar. Ketika kita mengetahui bahwa dunia sebentar, orang yang berakal tidak akan mau menukar sesuatu yang kekal (akhirat) dengan sesuatu yang sebentar.
3. Dunia pasti berakhir dan berputar
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al Anbiya : 35)
Dunia pasti berakhir dan berputar.
Ada kalanya seseorang di atas, dan ada kalanya seseorang di bawah. Ada kalanya seseorang senang, dan ada kalanya seseorang bersedih. Semuanya pasti akan berakhir. Tidak ada kebahagiaan yang hakiki melainkan di surga.
Muadz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah ﷺ.
"Wahai Rasulullah! Jelaskan kepadaku amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?”
Nabi ﷺ bersabda,
"Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, namun itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla di dalamnya, yaitu: engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.”
Kemudian Beliau ﷺ bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.” Kemudian Beliau ﷺ membaca firman Allah Azza wa Jalla , “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka, tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (as-Sajdah/32:16-17). Kemudian beliau ﷺ bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiang, dan puncaknya?” Aku berkata, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan mengenai hal yang menjaga itu semua?” Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang lidahnya kemudian bersabda, “Jagalah ini (lidah).” Aku berkata, “Wahai Nabiyullâh, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita katakan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menyayangi ibumu, wahai Mu’adz! bukanlah manusia terjungkir di neraka di atas wajah mereka -atau beliau bersabda: di atas hidung mereka- melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. Tirmidzi)
4. Penjara bagi orang mukmin, dan surga bagi orang mukmin
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim No. 2392)
Maknanya adalah:
1. Seorang mukmin hidup di atas muka bumi seolah-olah seperti seorang narapidana yang tidak bebas melakukan apapun. Ada batasan Allah yang tidak boleh dilanggar.
Manusia ketika sudah terkena syubhat, maka akan lebih mengikuti setan.
2. Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dibandingkan dengan surga yang akan didapatkan.
Berbeda dengan orang kafir yang diberikan surga dunia. Mereka akan mendapatkan neraka di akhirat.
5. Dunia tidak ada nilainya dalam pandangan Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir." (HR. Tirmidzi No. 2320)
Allah memberikan dunia kepada semua makhluknya karena dunia memang tidak ada harganya di hadapan Allah. Banyak orang kafir yang diberikan kenikmatan hidup, namun Allah tidak mencintainya.
Sesungguhnya Nabi ﷺ berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau. Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya, Nabi ﷺ bersabda, “Siapa di antara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?”
Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?”
Nabi ﷺ bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau ﷺ bersabda:
Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian." (HR. Muslim No. 2957)
6. Dunia ini manis dan hijau
Segala sesuatu yang manis dan hijau biasanya disukai oleh manusia. Ketika seseorang tidak tahu cara bermuamalah terhadap dunianya, maka dia akan selalu merasakan haus hingga kematian menjemputnya. Ini adalah sikap orang yang cinta dunia secara berlebihan.
Sikap seorang Muslim kepada dunianya.
1. Jadilah seperti orang asing atau musafir.
Nabi ﷺ selalu berbicara secara Jawami'ul Kalim, yaitu memiliki kalimat yang ringkas, lafadz yang pendek, namun memiliki makna yang luas.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu ia berkata,
"Rasulullah ﷺ memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ (dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati).” (HR. Bukhari)
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi No. 2551)
2. Jangan memperebutkan dunia
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu banyak orang yang diberikan kelapangan dunia, namun menjadikan dia semakin jauh dari Allah, sebagaimana yang terjadi kepada Qorun dan Firaun. Ini musibah. Jangan sampai kita menjadi seperti mereka lalu kita diceburkan kita ke dalam neraka.
3. Jangan jadikan dunia sebagai tujuan utama atau ambisi terbesar
Rasulullah ﷺ berdoa kepada Allah:
"Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al Qashash : 77)
4. Zuhudlah kepada dunia
Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhirat. Bisa juga bermakna meletakkan dunia di tangan dan tidak meletakkannya di hati.
5. Jangan pernah membuang waktu.
Manfaatkan setiap waktu kita dengan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Apalagi ketika kita beramal shalih di beberapa waktu mustajab.
Kita harus memiliki mindset bahwasanya kita tidak mau berletih-letih jika tidak ada surga di dalamnya. Ketika ada surga dari sesuatu yang akan kita kerjakan, maka kita akan dengan senang hati melakukan walaupun harus letih.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memisahkanmu dari dunia dan penduduknya.” (Kitab Al Fawaid hal 44).
Setiap nikmat yang kita dapatkan tapi tidak menjadikan kita dekat kepada Allah, maka itu adalah musibah.
No comments:
Post a Comment