Wednesday, 26 June 2024

Kajian Rabu: Terima Kasih Semesta? // Ustadz Abdurrahman Zahier hafizhahullah

Kajian Rabu with The Rabbaanians
Terima Kasih Semesta?
Oleh: Ustadz Abdurrahman Zahier hafizhahullah 
Rabu, 26 Juni 2024
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Dalam mengarungi dinamika kehidupan, Islam adalah jalan hidup. Kita tidak akan bisa menemukan kebenaran melainkan hanya di dalam Islam.

Pemahaman di luar Islam sudah pasti tidak 100% benar. Kalau kita menginginkan kebenaran yang absolut, maka tidak ada jalan lain kecuali melalui Islam. Ketika kita berada di dalam kebingungan, maka ketahuilah bahwa jalan keluarnya adalah Islam.

Ucapan seperti Terima Kasih Semesta, Semesta Mendukung, atau Semesta Belum Mentakdirkan, atau yang semisal, itu seolah-olah kita telah meniadakan pencipta semesta yaitu Allah Azza Wa Jalla.

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imron: 85)

Korelasi dengan Stoicism adalah pemahaman yang inklusif, tidak memiliki batasan agama. Ternyata ketika kita gali lebih dalam, tidak sedikit di antara penganut paham ini, mereka meniadakan Allah. Mereka berpikir bahwa seluruh yang kita lakukan adalah diri kita sendiri, kita yang menciptakan bahagia, dan sebagainya. Padahal sejatinya yang berkehendak atas segala sesuatu adalah Allah.

Rabb memiliki 3 makna besar
1. Menciptakan makhluknya
2. Memiliki makhluknya
3. Menguasai makhluknya

Ketika kita ingin menciptakan diksi agar terdengar keren, maka perhatikan jangan sampai kita mencederai Tauhid. Karena kita diciptakan oleh Allah untuk bertauhid.

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyaat : 56)

Dari setiap penciptaan Allah, selalu ada hikmah. Ketika kita memahami agama dengan benar, kita tidak butuh ajaran lain, karena Islam sudah sempurna dan Islam sudah menjelaskan segala hal. Tidak pernah ada yang terlewat di dalam Islam.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian." (HR. Ath-Thabrani)

Kita harus terus belajar tentang Tauhid. Penjagaan Tauhid meliputi perkara lisan dan hati kita untuk memfilter pemahaman-pemahaman yang berada di luar ajaran Islam.

Di antara tools untuk mengarungi kehidupan adalah dengan duduk di Majelis Ilmu. Tidak ada jalan lain bagi kita untuk terlepas dari setiap masalah adalah dengan ilmu. Hasil pemahaman makhluk bisa saja salah, tetapi ketika sebuah pemahaman itu datang dari pencipta, maka pasti benar.

Kehidupan ini hanya permainan, dan pemenangnya adalah dia yang tahu cara bermainnya. Maka, tools untuk kita menang di dalam permainan kehidupan ini adalah dengan ilmu agama, dengan Alquran dan Sunnah.

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang  sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64)

Daripada kita menyibukkan diri dengan filosofi yang belum jelas kebenarannya, lebih baik kita mencukupkan diri dengan apa yang sudah menjadi ketetapan di dalam agama yang mulia ini.

Di masa datang akan banyak kita temukan isme-isme yang berkembang dan bisa saja memiliki pemahaman yang lebih buruk.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan datang kepadamu suatu masa, kecuali masa sesudahnya akan lebih buruk, sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu, (yakni datangnya kiamat)”. (HR. Bukhari)

Apa yang sering kita sebut, maka itulah yang menjadi prioritas di dalam diri kita. Karena lisan mencerminkan seseorang akan lebih condong ke mana. Kita memiliki hati, tapi hati adalah milik Allah, sehingga keadaannya tidak bisa kita kontrol. Rasa bahagia dan sedih sesungguhnya Allah yang mengaturnya, sedangkan kita adalah makhluk yang lemah.

Kalo ada yang mendahulukan mindsetnya atau akalnya, maka Tauhidnya bermasalah.

Islam mengajarkan 3 hal, yaitu:
1. Teologi (Aqidah)
2. Fiqih
3. Akhlaq

Kita sering terpukau bahkan tertipu dengan ajaran di luar Islam, padahal ajaran Islam sudah sangat sempurna. Itu tandanya kita belum memahami ajaran Islam dengan benar.

Allah akan memberikan pahala bagi seseorang yang mampu mengendalikan emosi.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata bahwasanya kita tidak akan merasakan bahagia kecuali melakukan 3 hal yaitu:
1. Billah, yaitu Segala hal minta kepada Allah
2. Lillah, yaitu Segala hal untuk Allah
3. Fillah, yaitu Segala hal ditanyakan lebih dulu

Ketika Allah menciptakan akal adalah untuk membenarkan dalil. Secara Fitrah, akal bisa membedakan yang baik dengan yang buruk, namun kita yang mengubahnya menjadi keliru.

Ketika perseteruan antara akal dengan dalil, maka kita harus mendahulukan dalil. Akal yang benar tidak akan menyalahkan dalil yang benar. Perbanyak doa kepada Allah untuk minta kebenaran.

Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqna jtinabah. Wa laa taj’alhu multabisan ‘alayna fanadlilla, waj’al a lilmuttaqiina imaama.

"Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kami yang bathil itu bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Apa yang kita miliki dari kehidupan, seringkali kita meninggalkan Islam karena kita merasa Islam nggak up-to-date. Itu disebabkan karena kita nggak belajar Islam dengan benar. Segala pemahaman yang kita terima, harus selalu kita filter dengan Islam.

No comments:

Post a Comment