Sunday, 21 July 2024

Kajian Ahad: Dunia Ini Lebih Buruk Daripada Bangkai Kambing // Ustadz Sulam Mustareja hafizhahullah

Kajian Ahad
Dunia Ini Lebih Buruk Daripada Bangkai Kambing
Kitab karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullahu ta'ala
Oleh: Ustadz Sulam Mustareja hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Ahad, 21 Juli 2024 / 15 Muharram 1446

Muqoddimah.

Allah Ta'ala berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Sesungguhnya kehidupan dunia adalah kehidupan yang sementara, fana, menipu manusia, dan akan hancur.

Dunia ini dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali 4 hal. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketahuilah sesungguhnya dunia ini dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepadaNya, orang yang berilmu, dan orang yang menuntut ilmu." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan bolehnya melaknat sesuatu yang menjauhkan kita dari Allah dan membuat lalai untuk berdzikir kepadaNya.

Semua yang ada di dunia ini adalah permainan dan senda gurau kecuali dzikir kepada Allah dan segala sesuatu yang mengantarkan kepada hal tersebut. Dunia menjadi terlaknat karena dunia itu sendiri.

Pada hakikatnya, dunia tidak dicela, tetapi celaan ditujukan pada perbuatan hamba di dalamnya, karena dunia merupakan jembatan menuju surga atau neraka. Ketika dunia dikuasai oleh syahwat, kelalaian, dan berpaling dari Allah dan negeri akhirat, maka itulah yang menguasai penduduknya dan apa yang ada di dalamnya, mengalahkan namanya, dan nama tersebut menjadi dicela secara mutlak.

Di antara kebahagiaan yang dirasakan oleh Salafush-shalih adalah:
1. Bisa bangun di malam hari, menangis kepada Allah
2. Teman lama yang bertemu
3. Mendapat pertanyaan, kemudian mendapatkan jawaban ketika membaca Alquran

Ibnu 'Aqil dan selainnya mengutamakan keutamaan ibadah di dunia ini dari kenikmatan surga. Mereka berkata, "Yang mereka lakukan di dunia adalah hak Allah atas mereka dan kenikmatan di surga adalah keberuntungan dan nikmat mereka, dan hak Allah lebih utama dari keberuntungan mereka." (Uddatush-Shaabiriin hal. 331-332)

Ini menunjukkan kuatnya keimanan mereka kepada Allah, sehingga mereka lebih mengutamakan ibadah demi melaksanakan hak Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muadz bin Jabal:
"Wahai Mu’adz! Tahukah engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allh?’ Aku menjawab, ‘Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak Allh yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Tidakperlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Janganlah kau sampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak beramal shalih)’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saat ini kita sedang merantau ke sebuah tempat bernama dunia, dan kelak kita akan pulang kampung ke akhirat.

Dunia Ini juga Indah dan manis, yakni membuat mata takjub dengan keindahannya dan hati takjub dengan manisnya. Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menjaga dan berhati-hati terhadapnya, sebagaimana laki-laki menjaga dan berhati-hati terhadap fitnah wanita.

Tamak terhadap dunia dan kepemimpinan serta kemuliaan akan merusak agama, sebagaimana dua serigala yang dilepas di tengah kumpulan kambing bahkan lebih merusak daripada itu.

Seorang hamba di dunia ini seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat sesaat kemudian meninggalkannya.

Inilah hakikat keadaan penduduk dunia semuanya yang Rasulullah ﷺ menyaksikannya tetapi anak-anak dunia tidak melihatnya.

Dunia Ini adalah tempat kita beramal dan tidak ada hisab, tetapi kita di akhirat maka kita akan dihisab dan tidak bisa beramal lagi.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Kehidupan dunia pergi menjauh, sedangkan akhirat kian mendekat, dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Karena sejatinya sekarang ini adalah waktu untuk beramal tanpa ada hisab, sementara besok (di akhirat) adalah waktu hisab dan bukan untuk beramal." (HR. Bukhari)

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa mayit akan diikuti oleh 3 golongan yaitu:
1. Keluarganya
2. Hartanya
3. Anaknya
Keluarga dan hartanya akan kembali dan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalnya.

Rasulullah ﷺ bersumpah bahwa beliau tidak mengkhawatirkan kefakiran atas sahabat-sahabatnya, tetapi yang beliau takutkan adalah dunia, mereka berlomba-lomba untuk meraihnya, dan akhirnya dunia itu melalaikan mereka dari mengingat Allah dan dunia membinasakan mereka.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa yang dimiliki anak Adam dari hartanya hanya tiga yaitu
1. Apa yang telah ia makan lalu habis
2. Apa yang ia kenakan lalu usang
3. Apa yang ia sedekahkan maka itu yang akan terus mengalir pahalanya

Rasulullah ﷺ mendoakan keberuntungan bagi orang yang rezekinya cukup setelah ia diberi petunjuk untuk masuk Islam.

Harta kita yang sebenarnya adalah yang sudah kita keluarkan, bukan yang kita pegang sekarang.

Jiwa seorang Mukmin akan berada di naungan sedekahnya nanti di hari Kiamat. Semakin banyak sedekahnya di dunia, maka akan semakin lebar naungannya di hari Kiamat.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa cukup untuk anak Adam makanan yang dapat menegakkan punggungnya, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napas.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi suatu kantung yang lebih buruk dibanding perutnya. Bila tidak ada pilihan, maka cukuplah baginya sepertiga dari perutnya untuk makanan, sepertiga lainnya untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi)

Dalam Hadits ini terdapat petunjuk untuk kesehatan hati, badan, agama, dan dunia.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa kekayaan hamba di dunia yaitu kaya hati, bukan dengan banyaknya harta.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan jadikan kefakiran di depan katanya, mencerai-beraikan urusannya, dan tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberiKu makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. Adz-Dzariyaat : 56-58)

Rasulullah ﷺ menolak ketika Allah akan menjadikan untuknya emas seluas Makkah, lalu berkata:
"Tidak yaa Rabb, tetapi aku kenyang sehari dan lapar sehari. Jika aku lapar, aku merendahkan diri kepadaMu dan mengingatMu, dan jika aku kenyang, aku memujiMu dan bersyukur kepadaMu." (HR. Tirmidzi No. 2347)

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa tidak tersisa di dunia kecuali cobain dan fitnah. Rasulullah ﷺ mengumpamakan dunia dengan apa yang keluar dari anak Adam ketika buang air, walaupun awalnya enak dan lezat, maka seperti itulah akhirnya.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa hamba-hamba Allah tidak terlena dengan kenikmatan dunia. Jika di depan mereka ada surga, maka mereka tidak ridho dengan kenikmatan dunia sebagai ganti dari kenikmatan akhirat.

Andai orang yang ikut judi online ingat surga, kalau mereka cerdas, mereka akan meninggalkan itu. Apa yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan nikmat surga, apalagi kalau mereka kalah. Orang yang terlilit hutang biasanya karena mereka sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa keselamatan generasi pertama umat ini adalah dengan zuhud dan yakin dan binasanya akhir umat ini dengan sifat bakhil, dan panjang angan-angan (wahn). (Uddatush-Shaabiriin hal. 412-416)

Cinta dunia dan kepemimpinan merupakan sebab yang memasukkan manusia ke neraka. Sedangkan zuhud di dunia merupakan sebab yang memasukkan manusia ke surga. Mabuk terhadap cinta dunia lebih dahsyat daripada mabuk karena minum khamr, karena yang orang mabuk dengan cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah ia masuk liang kubur. Dunia ini dapat menyihir akal dengan sebesar-besar sihir.

Cinta dunia akan memalingkan seseorang dari cinta kepada Allah dan berdzikir kepadaNya, dan barangsiapa yang hartanya membuat ia berpaling dari dzikir kepada Allah, maka dia termasuk orang yang merugi. Jika hati berpaling dari dzikir kepada Allah, maka akan ditempati oleh setan dan ia memalingkannya menurut kehendaknya. (Uddatush-Shaabiriin hal. 425-426)

Segala kecemasan, kegundahan, dan kesedihan berasal dari 2 perkara, yaitu:
1. Cinta dunia dan tamak terhadapnya
2. Sangat kurang dalam melakukan amalan-amalan kebaikan dan ketaatan

Sebagaimana cinta dunia merupakan pokok maksiat secara lahir, maka ia juga merupakan pokok maksiat hati, di antaranya yaitu benci, hasad, sombong, bangga, dan bermegah-megahan. Itu semua karena hati telah terisi penuh dengan cinta dunia, dan ini menghilangkan rasa syukur. Karena pokok syukur adalah mengosongkan hati dari cinta kepada dunia. Hanya kepada Allah kita memohon taufiq. (Uddatush-Shaabiriin hal. 512-513)

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata
"Sesungguhnya Nabi ﷺ berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau. Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya, Nabi ﷺ bersabda, “Siapa di antara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau ﷺ bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Nabi ﷺ bersabda:
Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian." (HR. Muslim No. 2957)

No comments:

Post a Comment