Kesuksesan Di Tanganmu?
Oleh: Ustadz Muhammad Halid Syar'ie hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Rabu, 24 Juli 2024 / 19 Muharram 1446
Sulit untuk kita bertahan dalam keimanan kecuali kita mendapatkan circle yang baik. Banyak yang mencoba istiqomah tapi nggak pernah datang ke Majelis, akhirnya hancur.
Bagi anak-anak muda, definisi sukses adalah bisa kerja di perusahaan besar dan yang semisal. Banyak yang merasa bahwa kesuksesan itu murni dari usaha, dan ini sudah terjadi sejak dulu.
Qarun adalah contoh jika kesuksesan diukur oleh harta. Tidak ada orang yang lebih sukses dari Qarun.
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Al Qashash : 76-83)
Qarun adalah orang yang baik, mengikuti ajaran Nabi Musa 'alayhissalam. Kemudian ia berlebihan, melampaui batas. Keistiqomahannya berantakan ketika diberikan kepadanya perbendaharaan. Harta yang didapatkan oleh Qarun adalah dari Allah. Inilah awal perubahan dalam dirinya. Di antara kerusakan yang dibuat oleh Qarun adalah sombong.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim)
Seorang Muslim itu harus beramar ma'ruf nahi munkar dan nggak boleh punya sikap "nggak enakan".
Kalau ada orang yang memuji kita dengan kesuksesan yang dia lihat dalam diri kita, lalu kita jumawa, maka kita sudah mengikuti Qarun. Seharusnya kita lebih dulu memuji Allah. Maka hati-hati dengan konsep Qarun yang pamer harta lalu merasa bahwa itu hasil kerja keras.
Ketika Allah tidak memberikan rezeki kepada kita, maka itu sah-sah saja, karena semua adalah milik Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Dua sifat inilah yang dimiliki oleh Qarun, dan inilah di antara yang menyebabkan dia masuk ke dalam neraka tanpa hisab.
Ada 2 jenis manusia yang dibolehkan untuk kita iri yaitu,
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: 1) seseorang yang diberikan kepandaian Alquran oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan 2) seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (Muttafaqun ‘alayh)
Yang selamat dari fitnah harta adalah orang-orang yang ahli ilmu. Yang bisa menyelamatkan kita dari berbagai fitnah dunia adalah ilmu. Tidak ada yang lebih menjaga kita daripada ilmu. Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.
Tidak ada satupun golongan yang bisa menyelamatkan Qarun dari adzab Allah. Dalam waktu diangkat, semuanya hilang. Allah bisa melakukan apapun dengan cepat, termasuk memberikan adzab kepada siapa yang dikehendaki.
Allah meluaskan rezeki untuk hambaNya. Allah juga yang menyempitkan rezeki untuk hambaNya. Namun luasnya rezeki yang didapatkan oleh Qarun tidak menjadikannya sukses. Sedangkan mereka yang disempitkan hartanya oleh Allah justru bersyukur, karena bisa jadi ketika Allah luaskan rezekinya, bisa saja nasibnya seperti Qarun.
Seseorang yang sukses adalah dia yang bertaqwa kepada Allah.
Dari Abu Dzar Al-Ghifar radhiyallahu 'anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, Allah Ta'ala berfirman:
“Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diriKu dan Aku menjadikan kezholiman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hambaKu, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepadaKu, pasti Aku memberinya.
Wahai hambaKu, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hambaKu, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepadaKu, pasti Aku memberinya.
Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepadaKu, pasti Aku mengampuni kalian.
Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakanKu dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hambaKu, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaanKu sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaanKu sedikit pun juga.
Wahai hambaKu, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepadaKu, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada padaKu, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.
Wahai hambaKu, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.
Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. (HR. Muslim No. 6737
Sukses yang hakiki bukanlah ketika kita memiliki harta, bukan juga kita memiliki keluarga, bukan juga kita memiliki istri dan anak-anak, tapi kesuksesan adalah seperti firman Allah:
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia adalah orang yang sukses." (QS. Ali Imron : 185)
Seharusnya orang yang memiliki gelar tinggi lebih sukses daripada mereka yang hanya lulusan SMA, tapi setiap rezeki diatur oleh Allah. Maka serahkan semua kepada Allah, karena semua kesuksesan ada di tangan Allah.
Kesuksesan dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Ekstrim Kiri, menyerahkan kesuksesan dari usahanya. Mereka adalah orang-orang yang mengambil seluruh peluang, apakah itu halal, syubhat, atau haram. Bagi mereka, yang penting bisa dapat harta.
2. Ekstrim Kanan, santai di rumah tapi mau sukses. Dia hanya berharap bahwa "rezeki dari Allah", padahal dia malas berusaha.
3. Pertengahan, mereka tahu hak masing-masing. Hak kepada Allah, hak bekerja, hak beristirahat, hak keluarga, dan hak lainnya. Semuanya berada dalam porsi yang pas.
Setelah bekerja, kita harus memiliki sifat tawakkal kepada Allah. Hatinya terpaut dengan Allah sehingga ia tidak akan memiliki rasa khawatir, karena semuanya berada di tangan Allah.
Seseorang yang khawatir ketika menyerahkan setiap urusan kepada Allah, tapi tidak khawatir dengan manusia, maka ini indikasi dia belum kenal dengan Allah. Kalau kita kenal Allah, maka tidak akan rasa khawatir dan ragu kepada apapun.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata tentang makna tawakkal:
"Tawakkal adalah bergerak tanpa diam (berusaha), dan diam tanpa goncangan (hatinya tenang)."
No comments:
Post a Comment