Tabligh Akbar
Memaksakan Diri untuk Beribadah
Oleh: Ustadz Maududi Abdullah hafizhahullah
Ahad, 21 Juli 2024 / 15 Muharram 1446
Masjid Aliyah Karawang, Bekasi
Mari kita jujur tentang apa yang kita lakukan, agar kita tahu kita sedang berada di mana. Khawatirnya kita merasa tinggi padahal kita masih jauh di bawah. Kita sering menemukan orang yang merasa dirinya sudah baik. Harusnya kita sedih melihat seseorang berada dalam kesalahan, bukannya bahagia. Karena dia saudaramu. Sama-sama beriman denganmu.
Jangan kira jika para ulama mengkritik Ahlul bid'ah bahwasanya karena mereka senang. Tidak! Justru itu karena mereka sayang agar Ahlul bid'ah kembali ke jalan yang benar.
Berlomba-lomba dalam kebaikan.
QS. Ali Imron
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148)
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26)
Kita juga harus sedih ketika melihat seseorang berada di atas kita, dan berusaha untuk menyamai amalannya, bahkan melebihi amalannya. Sudah sepatutnya kita iri dengan orang yang berada di atas ketaatan tersebut.
Ibadah adalah semua kalimat yang mengandung 2 makna
1. Cinta yang sempurna
2. Penghinaan diri yang sempurna
Ketika kita datang kepada Allah dengan cinta yang sempurna dan penghinaan diri yang sempurna, maka itu adalah ibadah yang sempurna.
Lihatlah bagaimana tempat yang kita injak, kita letakkan kepala kita di tempat yang sama ketika bersujud kepada Allah. Itulah bentuk penghinaan diri kita kepada Allah dengan penuh cinta. Dan ini haram dilakukan selain kepada Allah. Karena kita banyak diperlihatkan ada orang yang bersujud kepada orang lain.
Kita adalah orang yang banyak melakukan kesalahan. Itu pasti. Kita sering melakukan maksiat dengan organ tubuh yang diberikan oleh Allah. Namun permasalahannya adalah bukan siapa kita di masa lalu, tapi siapa kita di masa yang akan datang.
Lihatlah rekomendasi Rasulullah ﷺ
Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar
Umatku yang paling tegas adalah Umar bin Khattab
Umatku yang paling pemalu adalah Utsman bin Affan
Umatku yang bagaikan Harun di posisi Musa adalah Ali bin Abi Thalib
Umatku yang paling paham halal dan haram adalah Muadz bin Jabal
Umatku yang membaca Alquran sesuai dengan keinginan Allah adalah Abdullah bin Mas'ud
Umatku yang merupakan Penghapal Hadits terbanyak adalah Abu Hurairah
Apa skill kita?
Apakah kita memiliki skill untuk masuk surga? Atau kita hanya memiliki skill yang biasa saja?
Surga itu perlu skill yang tinggi.
Kita hidup di bumi Allah ini untuk diuji. Ujian Allah terdiri dari 2 yaitu:
1. Allah letakkan sesuatu yang menyuruh kita untuk mundur, yaitu hawa nafsu atau syahwat (musuh internal)
2. Di luar diri kita untuk mengajak kita kepada jalan yang benar, yaitu Iblis (musuh eksternal)
Kedua hal ini permanen menggoda kita dari jalan yang lurus sampai kita mati.
Iblis tidak pernah berhenti menggoda untuk menarik kita kepada kesesatan sampai kita husnul khatimah. Maka hiduplah sebagai Muslim yang selalu menempatkan diri di tempat yang benar. Kita harus memilih di mana kaki kita letakkan.
Abu Dzar pernah ditanya oleh Umar bin Khattab tentang Taqwa
"Pernahkah engkau berjalan di jalan penuh duri? Pilihlah di mana engkau letakkan kaki agar tidak tertusuk duri. Itulah taqwa."
Kalau kita tenang ketika tertusuk duri, maka ada indikasi bahaya di dalam hati kita. Hati yang tidak sakit melakukan maksiat, maka ini sangat berbahaya. Hati-hati bisa jadi hati kita sudah menjadi mayat.
Iblis sudah berhasil menarik orang-orang cerdas di dunia kepada kesesatan. Tidak ada yang bisa menandingi dan mengalahkan Iblis kecuali kita berpegang kepada Alquran dan Sunnah sesuai pemahaman para Salafush-shalih.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat”. (HR Abu Dawud)
Bid'ah termasuk perbuatan Iblis yang harus dijauhi.
Pengikut Sunnah selalu berusaha menjauh pada hal yang tidak bermanfaat, apalagi sesuatu yang berdosa.
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
"Sepertinya tidak ada satu amalan yang saya kerjakan dengan ikhlas sebenar-benarnya Ikhlas"
Orang bertaqwa kepada Allah selalu takut dengan neraka Allah. Kapan takut dengan neraka Allah itu membara di dada kita?
Apakah kita menangis ketika mendengar ayat tentang neraka dibacakan?
Utsman bin Affan yang sudah dijamin surga selalu menangis ketika melihat kuburan. Beliau berkata:
"Kuburan adalah awal perjalanan akhirat. Selamat di sini, selamat di sana. Celaka di sini, celaka di sana."
Itulah kenapa disyariatkan untuk mengantarkan jenazah, agar kita mengambil pelajaran bahwasanya kita juga akan diperlakukan sama seperti jenazah yang kita bawa.
Seharusnya kita sadar, untuk mengevaluasi amalan kita dengan jujur. Sudah sering kita lalai terhadap diri, sehingga ibadah datang hanya gambarannya saja, bukan hakikatnya. Shalat hanya untuk menggugurkan kewajiaban, tidak khusyuk. Hanya gambarannya saja, bukan hakikatnya. Jangan terbuai dengan godaan iblis. Hati-hati dengan kebaikan iblis yang sangat halus.
Lebih baik kita merasa belum melaksanakan ibadah dengan benar agar kita terus melakukan perbaikan diri, daripada kita merasa sudah benar dalam beribadah sehingga kita lalai dari memperbaiki diri.
Di Hari Kiamat kelak penghuni neraka akan berkata "Andai dulu ke mengikuti Nabi Muhammad ﷺ". Mengikuti Rasulullah ﷺ adalah termasuk pada perkataan, perbuatan, aqidah, muamalah, semuanya mengikuti Rasulullah ﷺ.
Abu Hurairah sebelum wafat berkata:
"Perjalanan akhirat panjang. Aku tidak tahu amalanku cukup atau tidak." Beliau menangis karena merasa belum memiliki amalan yang cukup.
Sebelum penyesalan itu datang, mari kita perbaiki diri. Pahami diri dengan baik. Siapkan bekal terbaik.
No comments:
Post a Comment