Sunday, 28 July 2024

Kajian Ahad: Kitab Tauhid - Bab 49 // Ustadz Arman Amri hafizhahullah

Kajian Ahad
Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah
Oleh: Ustadz Arman Amri hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Ahad, 28 Juli 2024 / 22 Muharram 1446

Bab 49: Mensyukuri Nikmat Allah dan Mengakui Berasal DariNya

Syukur memiliki 3 rukun:
1. Syukur dengan hati, meyakini semua nikmat datang dari Allah
2. Syukur dengan lisan, menunjukkan syukur kepada Allah melalui ucapan seperti mengucapkan Alhamdulillah 
3. Syukur dengan anggota tubuh, ketika seseorang mendapatkan nikmat, maka anggota tubuhnya bergerak menggunakan nikmat tersebut.

Ketika seorang hamba bersyukur, di antara bentuk syukur kepada Allah adalah dengan menjalankan Tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Inilah bentuk syukur paling tinggi

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus." (QS. An Nahl : 120-121)

Ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim disikapi dengan rasa syukur kepada Allah, karena Nabi Ibrahim adalah orang selalu beribadah hanya kepada Allah dan tidak tergolong orang-orang yang berbuat syirik.

"Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi." (QS. Fushshilat : 50)

Imam Mujahid mengatakan, "Ini adalah karena usahaku, dan akulah yang berhak dengannya."

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Ini adalah dari diriku sendiri."

Semua nikmat disandarkan kepada dirinya sendiri, bukan disandarkan kepada Allah, maka ini adalah kekufuran.

"Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka." (QS. Al Qashash: 78)

Qatadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, "Maksudnya, karena pengetahuanku tentang cara-cara berusaha."

Kaum Qadariyah tidak meyakini kehendak bagi Allah atau mereka menolak takdir. Keberhasilan manusia di dunia atas usaha manusia itu adalah karena usahanya sendiri. Itulah keyakinan kaum Qadariyah.

Sebaliknya, kaum Jabariyah meyakini bahwa hidup mereka terpaksa dengan takdir. Pasrah atau berpangku tangan dengan takdir, tidak mau ikhtiar.

Ahli tafsir lain mengatakan, "Karena Allah mengetahui bahwa akulah yang patut untuk menerima harta kekayaan itu", dan inilah makna dari kata-kata Mujahid, "Aku diberi harta kekayaan ini atas kemuliaanku."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia mendengar Rasulullah ﷺ 

إِنَّ ثَلَاثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى بَدَا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا فَأَتَى الْأَبْرَصَ ، فَقَالَ : أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ ، قَالَ : فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا ، فَقَالَ : أَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : الْإِبِلُ أَوْ ، قَالَ : الْبَقَرُ هُوَ شَكَّ فِي ذَلِكَ إِنَّ الْأَبْرَصَ وَالْأَقْرَعَ ، قَالَ : أَحَدُهُمَا الْإِبِلُ ، وَقَالَ : الْآخَرُ الْبَقَرُ فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ ، فَقَالَ : يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا وَأَتَى الْأَقْرَعَ ، فَقَالَ : أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : شَعَرٌ حَسَنٌ وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ ، قَالَ : فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ وَأُعْطِيَ شَعَرًا حَسَنًا ، قَالَ : فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : الْبَقَرُ ، قَالَ : فَأَعْطَاهُ بَقَرَةً حَامِلًا ، وَقَالَ : يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا وَأَتَى الْأَعْمَى ، فَقَالَ : أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : يَرُدُّ اللَّهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ ، قَالَ : فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ ، قَالَ : فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ ، قَالَ : الْغَنَمُ فَأَعْطَاهُ شَاةً وَالِدًا فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ إِبِلٍ وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ بَقَرٍ وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ غَنَمٍ 

“Sesungguhnya ada tiga orang dari kalangan Bani Isra’il, yang satu menderita penyakit kusta, satunya lagi kepalanya botak, dan yang terakhir matanya buta. Allah Shubhanahu wa Ta’alla ingin menguji mereka semua dengan mengutus kepada mereka semua seorang malaikat, pertama kali malaikat tersebut mendatangi orang yang menderita kusta, lalu berkata kepadanya : “Apa yang paling engkau dambakan? Ia menjawab: “Warna kulit yang bagus, dan kulit yang mulus, serta di hilangkan penyakitku ini yang membuat manusia merasa jijik denganku”. Kemudian malaikat tersebut mengusapnya, sehingga penyakit yang di deritanya hilang lalu kulitnya berganti menjadi mulus.

Malaikat tersebut berkata kembali kepadanya: “Harta apa yang paling engkau cintai? Ia menjawab: “Onta – atau ia mengatakan: “Sapi”, para perawi merasa ragu di sini-. Maka ia di kasih seekor onta yang sedang bunting, seraya di do’akan oleh malaikat tersebut: “Semoga Allah Shubhanahu wa Ta’alla memberkahi kamu dengan onta ini “.

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang botak, lalu berkata kepadanya: “Perkara apa yang paling engkau inginkan? Ia menjawab: “Rambut yang indah, sehingga aibku ini hilang, jadi manusia tidak lagi menjauh dariku”. Malaikat tersebut mengusap kepalanya, lalu tumbuhlah rambut yang indah, dan ia diberi rambut yang bagus. Lalu malaikat bertanya kembali: “Harta apa yang paling engkau cintai? Orang tadi menjawab: “Sapi”. Ia lalu di beri seekor sapi betina yang sedang bunting, seraya di do’akan: “Semoga Allah Shubhanahu wa Ta’alla memberkahimu dengan sapi ini”.

Setelah itu, malaikat tersebut mendatangi orang yang buta, lalu bertanya kepadanya: “Apa yang paling engkau dambakan? Ia menjawab: “Aku mendambakan supaya Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengembalikan penglihatanku, sehingga aku bisa melihat orang lain”.

Maka di usaplah matanya oleh malaikat tadi, akhirnya Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengembalikan penglihatannya. Malaikat kemudian bertanya lagi: “Harta apa yang paling kamu sukai? Ia berkata: “Kambing”. Ia pun di kasih kambing yang sedang bunting.

Kemudian masing-masing dari hewan pemberian tadi saling beranak pinak, sehingga orang yang pertama mempunyai satu lembah onta, yang satunya lagi mempunyai satu lembah sapi, dan yang terakhirpun mempunyai satu lembah kambing."

Sabda Nabi ﷺ bersabda:
ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الْأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ ، فَقَالَ : رَجُلٌ مِسْكِينٌ تَقَطَّعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي فَلَا بَلَاغَ الْيَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ، ثُمَّ بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِي سَفَرِي ، فَقَالَ لَهُ : إِنَّ الْحُقُوقَ كَثِيرَةٌ ، فَقَالَ لَهُ : كَأَنِّي أَعْرِفُكَ أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللَّهُ ، فَقَالَ : لَقَدْ وَرِثْتُ لِكَابِرٍ عَنْ كَابِرٍ ، فَقَالَ : إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ وَأَتَى الْأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ ، فَقَالَ لَهُ : مِثْلَ مَا ، قَالَ : لِهَذَا فَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا ، فَقَالَ : إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ وَأَتَى الْأَعْمَى فِي صُورَتِهِ ، فَقَالَ : رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ وَتَقَطَّعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي فَلَا بَلَاغَ الْيَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي ، فَقَالَ : قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ بَصَرِي وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِي فَخُذْ مَا شِئْتَ فَوَاللَّهِ لَا أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ ، فَقَالَ : أَمْسِكْ مَالَكَ فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ فَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ

Pada suatu ketika, malaikat tersebut mendatangi orang yang terkena kusta, dengan kondisi dan rupa yang sama ketika dirinya dulu sakit, lalu memelas kepadanya: “Saya orang yang miskin, sungguh diriku telah kehabisan bekal untuk meneruskan perjalanan, tidak ada yang mampu menolongku pada hari ini, melainkan Allah Subhanahu wa ta’alla dan dirimu. Saya minta kepadamu yang telah di beri warna kulit yang indah,dan bagus, serta harta yang berlimpah, berilah saya seekor unta agar saya bisa meneruskan perjalananku”.

Namun orang ini justru menghardiknya, seraya berkata kepadanya: “Kebutuhanku masih banyak”. Malaikat tadi berujar: “Sepertinya dulu aku mengenalmu, bukankah kamu dulu adalah orang yang kena kusta, yang di jauhi manusia, orang yang fakir kemudian Allah Shubhanahu wa Ta’alla memberimu harta? Ia berkata dengan sombongnya: “Saya mendapatkan harta ini dari warisan ayahku dari kakeknya! Setelah itu, malaikat tadi berkata padanya: “Jikalau kamu berdusta, semoga Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengembalikan keadaan kamu seperti semula”.

Setelah itu, ia lalu mendatangi orang yang botak dengan kondisi serta keadaan yang sama seperti dirinya dulu, lalu berkata seperti apa yang di katakan pada orang yang terkena kusta tadi, dan orang yang dulunya botak inipun menolak sama seperti yang di lakukan oleh orang pertama. Maka malaikat tersebut pun berkata kepadanya: “Kalau seandainya kamu berdusta, semoga Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengembalikan keadaanmu seperti semula”.

Kemudian terakhir ia mendatangi orang yang dulunya tidak bisa melihat, dengan keadaan dan kondisi yang sama seperti dirinya dulu, lalu berkata kepadanya: “Saya orang miskin dan ibnu sabil yang telah kehabisan bekal untuk melanjutkan perjalanan, tidak ada yang bisa menolongku melainkan Allah Shubhanahu wa Ta’alla dan anda, saya minta kepadamu yang telah dikembalikan penglihatanya, seekor kambing agar saya bisa meneruskan perjalananku? Orang tersebut berkata bijak kepadanya: “Sungguh dulu diriku adalah orang yang buta kemudian Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengembalikan penglihatanku, ambillah seberapa engkau mau, dan tinggalkan sesukamu. Sungguh demi Allah, saya tidak merasa keberatan dengan sesuatu yang diambil karena Allah Azza wa jalla”.

Malaikat tersebut menjawab: “Ambil hartamu, kalian sedang diuji, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’alla telah ridho kepadamu, dan murka kepada dua sahabatmu (mantan lepra dan mantan botak)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Si buta meyakini apa yang dia miliki adalah nikmat sekaligus ujian dari Allah dan hanya titipan kepadanya. Sesuatu yang menjadi miliki seseorang adalah yang sudah dikeluarkan dan dibagikan kepada orang lain.

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur" (QS. At Takatsur : 1-2)

Penghuni terbanyak di neraka adalah wanita. Itu disebabkan karena mereka kufur kepada suaminya. Maka suami harus terus mengingatkan sang istri untuk selalu bersyukur.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku telah diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya, ‘Apakah mereka kufur kepada Allâmah? ’Nabi ﷺ  menjawab, ‘Mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikannya" (HR. Bukhari No. 29)

Faidah berharga dari Bab ini:
1. Kehidupan dunia adalah sementara
2. Setiap manusia akan diuji oleh Allah
3. Kemampuan malaikat untuk mengubah bentuk atas izin Allah
4. Malaikat Jibril sering mengubah wujud seperti Dihyah bin Khalifa Al Kalbi, atau mengubah wajahnya seperti seorang yang tidak dikenal oleh para Sahabat.
5. Malaikat Jibril datang untuk mengajarkan agama
6. Jadikan dunia ini di tangan, bukan di hati

No comments:

Post a Comment