Wednesday, 10 July 2024

Kajian Rabu: Rizki di Tanganmu? // Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah

Kajian Rabu with The Rabbaanians 
Rizki di Tanganmu?
Oleh: Ustadz Hamdi Solah Albakry hafizhahullah 
Rabu, 10 Juli 2024
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 

Banyak pahala yang Allah berikan bagi orang-orang yang duduk bersimpuh mengingat Allah, terutama di masjid.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94)

Ilmu agama adalah tolok ukur kebaikan yang Allah berikan kepada seorang hamba.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” (HR. Ahmad)

Apakah rizki ada di tangan kita dan kita yang menentukannnya? Karena seringkali seseorang mengakui bahwa rizki didapatkan karena usahanya. Seakan-akan harta yang dia dapatkan adalah hasil jerih payahnya sendiri. 

Banyak juga yang berkata bahwa Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Apakah sebutan ini benar?

Hal pertama yang harus kita sadari adalah bahwa Allah pemilik segalanya, sehingga rizki sepenuhnya adalah milik Allah.

"Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta alam"

Allah memiliki 3 hal di dalam makna ketuhanan.
1. Yang menciptakan 
Di antara bentuk kebesaran Allah adalah Dia yang menciptakan.

2. Yang menguasai
Setelah Allah menciptakan, maka Allah yang menguasai seluruh makhluknya.

3. Yang mengatur
Selain menguasai, Allah pula yang mengatur seluruh makhluknya, karena Allah adalah Raja seluruh alam semesta.

Tidak ada yang bisa memiliki 3 sifat ini kecuali Allah. Ini adalah kandungan dari makna Rabb.

Seluruh manusia, di hari Kiamat, ketika Allah mendatangi mereka bersama para malaikatNya untuk mengadili, setiap manusia duduk di atas lutut-lutut mereka. Status sosial, jabatan, harta, semua yang manusia dapatkan di dunia, tidak berguna lagi di Hari Kiamat.

Allah pula yang menciptakan, menguasai, dan mengatur rizki setiap makhlukNya.
"Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al Ankabuut : 60)

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." (QS. Hud : 6)

Di antara nama Allah adalah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki.

"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. Adz Dzuriyyat : 58)

"... dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama" (QS. Al Maidah : 114)

"Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik." (QS. Al Jumu'ah : 11)

Rizki bukan di tangan kita, bukan di tangan boss kita, bukan di tangan perusahaan tempat kita bekerja. Semua rizki kita ada di tangan Allah. Itulah keyakinan orang-orang beriman.

"Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya)?" (QS. Yunus : 31)

Bahkan orang-orang kafir pun meyakini bahwa pengatur segala rizki adalah Allah, namun mereka tidak menyembah Allah melainkan menyembah berhala, menyembah patung-patung, menyembah kuburan, dan sebagainya.

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian (untuk mencari rezeki) pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamanan mereka dari rasa ketakutan." (QS. Quraisy : 1-4)

Mempelajari Tauhid sangat penting agar mendarah daging di dalam diri kita. Lalu kita ajarkan kepada istri dan anak-anak, kepada keluarga, dan kepada setiap orang yang kita bisa dakwahi. Dengan Tauhid, kita tidak akan menyelisihi keyakinan bahwasanya rizki berasal dari Allah.

"Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 149)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Rizki termasuk dalam takdir yang dicatat oleh Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepadaNya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166)

Kaidah-kaidah dalam rizki adalah:
1. Rizki di tangan Allah
2. Rizki dicatat di dalam takdir

Ketika kita sudah memahami 2 kaidah di atas, maka yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan rizki adalah berdoa dan minta rizki yang diinginkan, mintalah di waktu-waktu yang mustajab.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia saat sepertiga malam terakhir. Lalu dia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan. Siapa yang memohon (rizki) kepadaKu, niscaya akan Aku berikan. Siapa yang meminta ampun kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni.” [HR. Bukhari)

1. Bertaqwa kepada Allah
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. At Thalaq : 2-3)

2. Istighfar
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuh : 10-12)

3. Berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ 

Dari 'Ali, ada seorang budak mukatab (yang berjanji pada tuannya ingin memerdekakan diri dengan dengan syarat melunasi pembayaran tertentu) yang mendatanginya, ia berkata, “Aku tidak mampu melunasi untuk memerdekakan diriku.” Ali pun berkata, “Maukah kuberitahukan padamu beberapa kalimat yang Rasulullah ﷺ telah mengajarkannya padaku yaitu seandainya engkau memiliki utang sepenuh gunung, maka Allah akan memudahkanmu untuk melunasinya.

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”

[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karuniaMu dari bergantung pada selainMu]
(HR. Tirmidzi No. 3563)

4. Bekerja

Islam memerintahkan kita untuk bekerja.
Pekerjaan yang halal, amanah, dan jujur, maka kita berada di atas kebaikan, apakah itu menjadi owner atau karyawan.

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al Jumu'ah : 10)

Carilah pekerjaan yang halal, apapun itu. Allah memerintahkan kita untuk bertebaran di muka bumi.

"Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu peroleh itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah." (QS. Al Anfal : 69)

"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan hanya kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al Mulk : 15)

Islam melarang kita untuk meminta-minta. Siapapun yang meminta-minta, maka dia seperti memakan bara api.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang meminta-minta harta orang lain untuk dikumpulknnya maka sungguh dia telah meminta bara api jahannam, maka hendaklah dia mempersedikitnya atau memperbanyaknya." (HR. Muslim)

"Barangsiapa yang meminta-minta padahal dia memiliki apa yang membuatnya berkecukupan maka sesungguhnya dia memperbanyak meminta neraka jahannam. Para sahabat bertanya: Apakah standar yang menjadikan seseorang berkecukupan?. Rasulullah ﷺ bersabda: Apa yang bisa membuat dia makan dan menyambung hidupnya”. (Musnad Imam Ahmad)

Tawakkal adalah meliputi 2 hal, yaitu:
1. Yakin kepada Allah, mempercayai Allah
2. Melakukan sebab

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepadaNya, sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan konsep tawakkal:
"Tawakkal adalah bergerak tanpa tenang, dan tenang tanpa bergerak."
Maksudnya adalah jasadnya bergerak, keluar dari rumah untuk berusaha dan bekerja, namun hatinya tidak merasa risau, hatinya tenteram karena yakin dan bergantung kepada Allah.

Ada 2 jenis rizki yang diberikan oleh Allah:
1. Rizki yang didapatkan tanpa dia meminta (wahbiyyah)
2. Rizki yang didapatkan karena hasil usaha yang dikerjakan (kasbiyyah)

No comments:

Post a Comment