Sunday, 25 August 2024

Kajian Ahad: Kitab Tauhid - Bab 51 // Ustadz Arman Amri hafizhahullah


Kajian Ahad
Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah 
Oleh: Ustadz Arman Amri hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan.
25 Agustus 2024 / 20 Shafar 1446

Bab 51
Menetapkan Asmaul Husna hanya untuk Allah dan Tidak Menyimpangkannya.

Ini berkaitan dengan Tauhid Asma was-Shifat, walaupun sebagian besar yang dibahas dalam kitab ini adalah Tauhid Uluhiyyah.

Ada di antara manusia yang berbuat syirik kepada Allah dalam tauhid Asma was-Shifat, yaitu kelakuan orang-orang Musyrikin. Kaum Muslimin pun ada yang berbuat syirik dalam Asma was-Shifat.

Korelasi antara judul bab dengan Tauhid adalah orang yang bertauhid kepada Allah tidak mungkin akan menyelewengkan Asma Allah yang indah, tentu dia akan memuliakan Asmaul Husna, mengagungkannya, dan tidak akan melakukan perbuatan syirik.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Allah memiliki Asma'ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebutnya Asmaul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya." (QS. Al A'raaf : 180)

1. Allah menyatakan bahwasanya bagiNya nama-nama yang indah (Asmaul Husna)
Seluruh nama Allah jelas mengandung kesempurnaan dan di dalamnya mengandung sifat-sifat yang juga sempurna dan mulia.

Di antara contoh nama Allah yang indah adalah Ar-Rahim, yaitu Maha Penyayang dengan sifat Rahmah, yaitu sifat kasih sayang.

Setiap nama Allah yang indah, pasti mengandung sifatNya yang mulia; tetapi setiap sifat Allah yang mulia, belum tentu mengandung nama bagi Allah.

Allah menyebutkan sifat untukNya yaitu marah, tentunya yang sesuai dengan kesempurnaan Allah, dan tidak akan sama sifat marah Allah dengan makhlukNya.

Allah Ta'ala berfirman:
"Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al Fatihah : 7)

Allah memiliki sifat murka atau marah, tetapi Allah tidak memiliki nama Maha Pemarah (Al Ghodib)

Pembahasan tentang sifat-sifat Allah jauh lebih luas daripada pembahasan nama-nama Allah yang indah.

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS. Ali Imran : 54)

Pada ayat ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah sebagai Maha Pembuat Makar, namun Allah memiliki sifat makar.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, yang apabila seseorang menghitungnya niscaya dia masuk Surga.” (HR. Bukhari No. 7392 dan Muslim No. 2677)

Makna أَحْصَاهَا bukan sekadar menghitung, tetapi juga bermakna mempelajari dan mengamalkannya. Maka Asmaul Husna juga harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan dimasukkan ke dalam surga.

Al Husna adalah indah dengan keindahannya yang sempurna bagi Allah.

2. Berdoalah kalian dengan nama-nama Allah 
Seseorang boleh bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah, menjadikan wasilah agar Allah mengampuni dosa-dosa kita dengan menyebutkan "Yaa Ghafuur (Wahai Allah Maha Pengampun) maka ampunilah diriku".

Ini termasuk tawassul yang dibenarkan di dalam syariat.

Sebelum kita masuk kepada isi doa, tentunya kita memuji Allah lebih dulu dengan cara menyebutkan nama-nama Allah yang indah.

3. Tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran 
Orang-orang menyimpang semacam itu, di mana mereka senang mempermainkan nama-nama Allah, maka kita harus meninggalkan mereka.

4. Mereka akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka kerjakan, yaitu menyimpangkan nama-nama Allah.

Ini sudah menodai Tauhid, bahkan bisa mengarah kepada syirik.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu mengenai ayat di atas, beliau berkata:
"Orang-orang yang menyimpangkan nama-nama Allah telah melakukan perbuatan syirik, karena mereka simpangkan kepada nama-nama berhala mereka."

99 Asmaul Husna disebutkan sebanyak 81 di dalam Alquran, dan disebutkan sebanyak 18 di dalam Hadits.

Termasuk yang menyimpangkan nama-nama Allah yaitu mereka yang menggunakan akal. Dari 99 Asmaul Husna dikurangi menjadi 20 sifat wajib bagi Allah. Ini bukan berasal dari Nabi ﷺ dan para Salafush-shalih, dan ini adalah penyimpangan dari sebagian orang karena mereka mendahulukan akal daripada tuntunan Alquran dan Hadits Nabi ﷺ.

Imbas dari mempelajari filsafat dan ilmu kalam lalu dimasukkan ke dalam Islam, maka rusaklah Aqidah Islam yang mulia termasuk rusak pula nama-nama Allah yang indah. Tidaklah pantas, atau tidak dibenarkan seorang Muslim mempelajari ilmu filsafat lalu masuk ke dalam Aqidah Islam. Tidak ada pula istilah Filsafat Islam, karena filsafat murni berasal dari akalnya orang-orang Yunani, sedangkan Islam berasal dari Allah dan RasulNya. Maka filsafat tidak akan bersatu dengan Islam.

Jangan keliru dalam menempatkan akal. Kita tidak bisa sembarangan menggunakan akal dalam beragama, terutama masalah Aqidah, karena aqidah menyangkut dengan keyakinan.

Rukun Iman adalah kesimpulan dari seluruh perkara Aqidah. Ini seluruhnya adalah masalah keimanan, dan mayoritasnya jelas tergolong dalam perkara ghaib.

1. Iman kepada Allah
Allah jelas tidak ada mengetahui. Kita hanya mengetahuinya melalui Asmaul Husna dan dari dalil-dalil shahih.

2. Iman kepada Malaikat
Ini juga termasuk perkara ghaib. Kita tidak tahu bagaimana wujud malaikat, tidak tahu bagaimana bentuknya, namun kita diperintahkan untuk mengimaninya.

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Selain Alquran, maka kitab Allah yang lain seperti Taurat atau Injil tidak diketahui yang Asli, kecuali yang sudah diubah oleh tangan-tangan tokoh agama mereka. 

Alquran langsung ditulis di Zaman Nabi ﷺ dan dibukukan setelah Nabi ﷺ wafat oleh Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu 'anhu, kemudian ditulis ulang pada zaman Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu sesuai dengan aslinya.

4. Iman kepada Rasul Allah
Ini juga termasuk perkara ghaib.

5. Iman kepada Hari Kiamat
Ini juga termasuk perkara ghaib 

6. Iman kepada Takdir Allah
Ini juga termasuk ghaib, karena takdir adalah rahasia Allah yang tersembunyi.

Semuanya harus kita imani. Tidak boleh bermain akal terhadap agama. Kita harus bersikap taslim atau berserah diri dan menerima apa yang Allah tetapkan dalam perkara iman. Kami dengan dan kami taat.

No comments:

Post a Comment