Saturday, 24 August 2024

Kajian Sabtu: Merenungkan Sepertiga Alquran // Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafizhahullah

Kajian Sabtu
Merenungkan Sepertiga Alquran
Oleh: Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafizhahullah
Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 
Sabtu, 24 Agustus 2024

Dakwah Salafiyyah adalah seruan agar kaum Muslimin kembali kepada pemahaman Para Salafush-shalih.

1. Kedudukan surah Alquran sebagai sepertiga Alquran

Rasulullah ﷺ bersabda 
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga Alquran." (HR. Bukhari, 4/1915 No. 4726, 6/2449 No. 6267, 6/2685 No. 6939; Abu Dawud, 2/72 No. 1461; An-Nasaa-i, 2/171 No. 995)

Ini tidak berarti kita mengkhatamkan Alquran jika membaca surah Al Ikhlas sebanyak 3x. Jika ada pendapat seperti ini, maka ini keliru.

Secara umum, Alquran berisi tentang 3 hal:
1. Aqidah/Tauhid
2. Kisah-kisah
3. Hukum-hukum

Surah Al Ikhlas berkaitan dengan Aqidah. Itulah kenapa surah Al Ikhlas dikatakan sebanding dengan sepertiga Alquran, karena termasuk di dalam salah satu dari 3 hal tersebut.

2. Kedudukan surah Al Ikhlas berdasarkan sebab nuzul Surah Al Ikhlas adalah untuk menyebutkan nasab Allah sebagai jawaban atas pertanyaan kaum Musyrikin.

3. Kedudukan surah Al Ikhlas
Bahwasanya Surah Al Ikhlas merupakan sepertiga Alquran walaupun hanya terdiri dari 4 ayat.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
"Sesungguhnya Nabi ﷺ mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ], maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Nabi ﷺ, lalu beliau pun bersabda: “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi ﷺ bersabda: “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya”. (HR. Bukhari)

Barangsiapa yang mencintai Surah Al Ikhlas, yaitu memahami isinya dan mengamalkannya, maka Allah akan mencintainya.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Barangsiapa yang paham nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka Allah akan mencintainya"
Ini menjelaskan betapa pentingnya ilmu aqidah, yaitu termasuk pada Asma was-Shifat.

Sifat dakwah Salafiyyah adalah selalu semangat belajar dan mengajarkan Aqidah Tauhid Asma was-Shifat.

Semangat Ahlussunnah dalam menyampaikan Aqidah adalah tentang Tauhid Asma was-Shifat.

Sesungguhnya yang paling wajib dipelajari seorang Muslim adalah mengenal pondasi agama, yaitu Aqidah dan apa yang Allah bebankan kepada seorang hamba adalah tentang nama-nama dan sifat-sifatNya.

Jangan sampai kita semangat mempelajari ilmu lain, tapi justru malas mempelajari Aqidah.

Aqidah adalah fiqih yang paling besar, yaitu selain ilmu aqidah adalah ilmu yang kecil. Bukan berarti tidak penting, namun ilmu Aqidah adalah prioritas atau lebih utama dipelajari.

Cintamu kepada surah Al Ikhlas memasukkanmu ke dalam surga.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Aku datang bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau mendengar seseorang membaca:  [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ]. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Telah wajib,” aku bertanya: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda, “(Telah wajib baginya) surga.” (HR. Tirmidzi 5/167)

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang membaca ‘Qul huwallahu Ahad (surah Al Ikhlas) sampai ia menyelesaikannya sebanyak sepuluh kali, maka akan dibangunkan baginya istana di surga.” (HR. Ahmad, 3:437)

Rasulullah ﷺ juga menjadikan surah Al Ikhlas sebagai bacaan dalam shalat-shalat Sunnah.

Rasulullah ﷺ juga menjadikan surah Al Ikhlas sebagai dzikir setiap hari seperti dzikir pagi, dzikir petang, dzikir setelah shalat, hingga sebelum tidur.

Sangat rugi jika kita tidak mengetahui keutamaan dari Surah Al Ikhlas.

4. Kenapa dinamakan Surah Al Ikhlas?
Ada 2 alasan tentang penamaan surah tersebut yaitu:
1. Orang yang membacanya dan memahaminya akan bisa ikhlas dalam ibadah kepada Allah
2. Allah ingin mengikhlaskan atau memurnikan surah ini hanya tentang diriNya.

5. Makna dari Surah Al Ikhlas
Ada penyimpangan dari tafsir sebagian orang tentang surah ini seperti tafsir Sayyid Quthb, karena di dalamnya disebutkan aqidah wihdatul wujud, yaitu semua yang ada dan dilihat di bumi ini hakikatnya adalah Allah, termasuk patung-patung.

Ada da'i yang mengatakan bahwasanya kalau orang Nasrani ditanya pada hari Kiamat mengapa dia menyembah Isa, lalu dia menjawab Dia melihat Allah dalam diri Nabi Isa, maka dia selamat. Ini adalah pernyataan yang keliru dan bahkan menyesatkan.

Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al Bayyinah : 6)

1. قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ 

Qul
Syaikh Shalih Al Fauzan berkata:
Kata "Qul (katakanlah)" ini menjelaskan bahwasanya Alquran bukanlah perkataan Nabi ﷺ seperti yang disangkakan sebagian orang.

Alquran adalah Kalamullah, bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan bahwasanya Alquran adalah makhluk, maka dia kafir.

Bahkan Imam Syafi'i rahimahullah pernah mengkafirkan Hafs Al Fahd karena memiliki keyakinan bahwa Alquran adalah makhluk.

Dalil bahwasanya Alquran adalah Kalamullah telah Allah sebutkan di dalam Alquran.
"(Allah) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Alquran." (QS. Ar-Rahman : 1-2)

Huwa (Dia)
Yang dimaksud adalah Allah.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
"Allah adalah Dzat yang diibadahi dan disembah oleh makhluk-makhlukNya"

Rasulullah ﷺ bersabda:
“ Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya pasti masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah tidak membatasi bahwa nama-namaNya hanya 99, itu hanya batasan bagi siapa yang mau menghapal, memahami, dan mengamalkannya.

Di antara keutamaan nama Allah adalah:
1. Paling banyak disebutkan di dalam Alquran, yaitu sekitar 2000x disebutkan.
2. Induk dari semua Asmaul Husna
3. Disebut di dalam semua dzikir yang diucapkan setiap hari seperti astagfirullah, subhanallah, alhamdulillah, bismillah, dan lain-lain.
4. Dalam doa, jika kita menyebut nama Allah dalam bahasa Arab, maka harus dihapus huruf ال.

Allahu Ahad
Ada yang salah dalam menafsirkan Al Ahad adalah Ahmad, yaitu nama Nabi Muhammad ﷺ. Ini adalah tafsir yang menyesatkan.

Al Ahad adalah Maha Esa, di mana ini termasuk dalam Asmaul Husna, yaitu di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma was-Shifat Allah.

Orang Musyrikin meyakini Tauhid Rububiyyah dan banyak disebutkan oleh Allah di banyak ayat dalam Alquran.

Allah Ta'ala berfirman:
“Katakanlah: “Siapakah Yang Memiliki langit yang tujuh dan Yang Memiliki 'Arsy yang besar?” Mereka (orang-orang kafir) akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al-Mu’minun : 86-89)

Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna.
Persamaan di dalam kata tidak harus sama dengan hakikatnya, seperti:
- Allah memiliki sifat melihat, tapi berbeda dengan melihatnya makhluk 
- Allah memiliki sifat hidup, tapi tidak sama dengan hidupnya makhluk
- Allah memiliki sifat mendengar, tapi tidak sama dengan mendengarnya makhluk
dan yang lainnya.

2. ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

Allah
Allah adalah Dzat yang disembah dan diibadahi oleh makhluk-makhlukNya.

Ash-Shomad
Syaikh Shalih Al Utsaimin rahimahullah menafsirkan:
Ash-shomad adalah Dzat yang sempurna sifat-sifatnya yang semua makhluk butuh kepadaNya.

Seorang hamba harus senantiasa menggantungkan dirinya hanya kepada Allah, bertawakkal hanya kepada Allah, mengikhlaskan sesuatu hanya kepada Allah.

3. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Allah Maha Esa, sehingga tidak membutuhkan keturunan.

Dalam metode tentang penetapan terhadap sifat Allah, Alquran biasanya menyebutkan secara terperinci. Namun jika Allah menafikan sifat-sifatNya, maka disebutkan secara umum. Namun terkadang, Allah juga menafikan sifat-sifatNya secara terperinci.

Ayat ini termasuk di dalam penafian yang disebutkan secara terperinci terhadap sifat-sifat Allah.

4. وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

Ini adalah makna penafian Allah tentang sifat-sifatNya yang disebutkan secara umum, entah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, atau Asma was-Shifat. Seorang hamba dilarang menyekutukan Allah dalam sesuatu apapun.

Jangan pernah meminta syafaat kepada Rasulullah ﷺ, karena syafaat adalah milik Allah. Jangan pernah meminta pertolongan kepada Rasulullah ﷺ. Jangan pernah meminta kesembuhan kepada wali fulan apalagi di kuburan, karena kesembuhan hanya milik Allah. Ini adalah kesyirikan yang besar. Naudzubilllah.

No comments:

Post a Comment