Seni Menyikapi Takdir
Oleh: Ustadz Maududi Abdullah hafizhahullah
Ahad, 11 Agustus 2024
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Apakah pernah berlalu dalam hidup kita, satu detik saja kita tidak memiliki nikmat Allah di dalamnya? Jawaban kita pasti semua sama, bahwa itu mustahil terjadi. Hidup kita selalu dinaungi oleh nikmat Allah.
Nikmat Allah yang kita gunakan adalah nikmat yang sangat penting. Tanpa nikmat-nikmat tersebut, maka kita hanya akan menjadi mayat.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An Nahl: 18)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim No. 2742)
Allah kirim orang yang mengajarkan Alquran kepada kita, yaitu Nabi Muhammad ﷺ. Beliau mencontohkan, mempraktikkan, hingga mengamalkan ilmu Alquran. Itulah yang harus kita ikuti.
Pemahaman tentang Alquran bisa dimasuki Iblis. Pemahaman Rasulullah ﷺ tentang Alquran tidak bisa dimasuki Iblis, karena Allah yang membimbingnya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm : 1-4)
Mari kita menjadi hamba yang pandai melihat nikmat Allah. Kita gunakan panduan hidup yang benar, dengan pemahaman yang juga benar. Jika semua menggunakan pemahaman sendiri, maka siapapun, bahkan orang kafir bisa menggunakan dalil dari Alquran.
Ilmu dan amal telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Jangan improvisasi atau inovasi di dalam amal. Jadikan guru kita hanya sebagai jembatan untuk memahami apa yang Rasulullah ﷺ telah ajarkan dengan pemahaman yang benar.
Kita diwajibkan untuk taat kepada Rasulullah ﷺ, bukan taat kepada guru. Orang sekarang menjadikan gurunya sebagai sumber ilmunya. Ini keliru.
-------
Takdir adalah ilmu yang sangat penting untuk diketahui, bahkan Allah jadikan takdir sebagai salah satu pondasi keimanan kita.
Nabi ﷺ pernah ditanya tentang iman, maka beliau bersabda, "Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk.”
Barangsiapa yang tidak meyakini satu saja dari Rukun Iman, maka dia kafir. Orang-orang yang mengingkari takdir sudah terjadi sejak zaman Sahabat Nabi ﷺ masih hidup, atau belum lama setelah Nabi ﷺ wafat. Setua apapun kesesatan selamanya akan tetap sesat.
Takdir adalah tulisan terhadap apa yang akan terjadi di dunia seluruhnya, dari awal sampai akhir.
Untuk memahami takdir, maka ada 4 tahapan yaitu:
1. Ilmu Allah
Kita wajib mengimani bahwa Allah mengetahui segalanya. Tidak ada yang Allah tidak tahu. Apa yang terjadi, semuanya Allah tahu.
2. Catatan Allah
Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah ciptakan pena dan memerintahkan pena untuk menuliskan catatan takdir. Semua yang terjadi di permukaan bumi ini telah tertulis.
Umat yang tidak belajar agama dengan benar akan mengikuti pemahaman dai-dai yang sesat, jika mereka menyampaikan bahwa Allah tidak menuliskan takdir.
3. Keinginan Allah
Semua yang terjadi takkan terjadi kecuali Allah yang berkehendak. Tidak ada keinginan kita yang terwujud kecuali Allah inginkan itu terwujud.
Keinginan manusia yang sesuai dengan kehendak Allah, maka itu akan terjadi. Keinginan manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah pun akan tetap terjadi.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam." (QS. At Takwir : 29)
4. Penciptaan Allah
Setelah Allah mengetahui, lalu Allah tuliskan, lalu Allah kehendaki, maka Allah ciptakan sebuah kejadian. Setelah menjadi sebuah kejadian, maka kita baru mengetahui bahwa itu adalah takdir Allah.
Sudut pandang tentang takdir terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Jika dilihat dari Allah kepada makhlukNya
2. Jika dilihat dari pandangan makhluk kepada takdir
Beda sudut pandang, maka akan beda tentang sikap. Ketika kita masih menjadi rakyat, kemudian menjadi pemimpin, maka akan beda sudut pandang ketika masih menjadi rakyat dan ketika sudah menjadi pemimpin.
1. Kita tidak pernah tahu takdir
2. Kita diminta untuk ikhtiar
3. Kita diminta untuk menghindari keburukan
Apapun yang terjadi, maka kita harus menerima takdir Allah. Itulah yang terbaik dari Allah untuk kita.
Ketika kita merasakan sedih atas sesuatu yang terjadi, maka hal itu ada penawarnya yaitu ilmu tentang takdir.
Ketika kita ikhtiar dengan hati yang ikhlas, Allah tidak akan mengecewakan kita. Allah menginginkan kebaikan untuk kita melebihi kita menginginkan kebaikan untuk diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment