Nikmat Hidayah
Oleh: Ustadz Abu Asma Andre hafizhahullah
Gedung DK Group Lt. 2, Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Rabu, 30 Agustus 2024
Makna Hidayah secara bahasa Arab adalah Al Huda. Lafadz dan jenis dari kata Al Huda di dalam Alquran, disepakati oleh para ulama sebagai lafadz yang banyak jenisnya.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan ada 24 makna lafadz Al Huda di dalam Alquran.
Imam As-Suyuthi rahimahullah mengatakan ada 17 makna lafadz Al Huda di dalam Alquran.
Makna Hidayah secara bahasa kembali kepada makna, di antaranya adalah:
1. Petunjuk;
2. Pengetahuan;
3. Perintah;
4. Hujjah;
5. dan lain-lain
Secara istilah syariat, makna Hidayah kembali kepada 2 makna pokok:
1. Ar-Rasyad, yaitu bimbingan atau arahan
2. Ad-Dalalah, yaitu dalil atau petunjuk
Hidayah adalah nikmat yang terbesar, yaitu nikmat keislaman dan keimanan.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Seorang hamba memerlukan hidayah, dan di sana ada 10 macam hidayah yang diperlukan oleh seorang hamba"
Hidayah bukan hanya 1 atau 2 jenis saja, atau 1 atau 2 macam ketaatan saja. Allah memberikan Hidayah kepada seorang hamba sebagai nikmat yang terbesar, yaitu agama Islam.
Allah Ta'ala berfirman:
"Mereka (orang-orang Arab Badui) merasa berjasa kepadamu (Muhammad) dengan keislaman mereka. Katakanlah (Muhammad), “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS. Al Hujuurat : 17)
Ketaatan seorang hamba kepada Allah, maka manfaatnya akan kembali kepadanya. Begitupun sebaliknya, kemaksiatan yang kita lakukan tidak merugikan Allah sedikit pun, tapi justru kita yang akan merasakan kerugiannya sendiri.
Sesuatu yang terbaik dalam hidup kita adalah keislaman dan keimanan. Inilah hal terbesar yang diberikan oleh Allah, inilah Hidayah.
Seorang ulama setelah masa Tabiut Tabi'in, Muhammad bin Syikhr, seorang yang berada, shalih dan ahli ibadah. Suatu waktu Allah putar kehidupannya hingga ia berada di titik terendah hingga jatuh miskin, tapi hidupnya tenang. Tidak tampak tanda keguncangan padanya..
Seseorang belajar dari ulama bukan hanya dari ucapannya semata, tapi mereka belajar juga dari kehidupan sehari-hari ulama tersebut. Itulah yang Allah jalankan kepada setiap hari.
Muhammad bin Syikhr mengatakan:
"Segala sesuatu boleh hilang dari diriku, kecuali keislaman dan keimanan. Andai aku memiliki sesuatu tanpa keislaman dan keimanan, pada hakikatnya aku tidak memiliki apa-apa."
Tidak ada yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kalau kita tidak memiliki keislaman dan keimanan. Itu sebabnya Allah tidak meluputkan seorang yang paling mulia, yaitu Rasulullah ﷺ untuk diberikan nikmat Hidayah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syura : 52)
"Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." (Ad-Dhuha : 7)
Kita tidak mengetahui apa-apa kecuali Allah yang memberikan petunjuk sehingga kita mengetahui sesuatu.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An Nahl : 78)
Abdullah bin Zaid berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda kepada kaum Anshar:
"Hadirin kaum Anshar, bukankah aku dahulu menjumpai kalian dalam keadaan tersesat lantas Allah memberi kalian petunjuk dengan perantaraanku? Dahulu kalian dalam keadaan terpecah-belah lantas Allah mendamaikan kalian dengan perantaraanku? Dan kalian dalam keadaan miskin lantas Allah mengayakan kalian dengan perantaraanku? Setiap kali Nabi ﷺ menyampaikan sesuatu, mereka jawab; "Allah dan rasulNya lebih terpercaya." Beliau meneruskan: "Lantas alasan apa yang menghalangi kalian menerima Rasulullah ﷺ?" Kata Zaid, setiap kali Rasulullah ﷺ mengatakan sesuatu mereka jawab; "Allah dan rasulNya lebih terpercaya!" Kata Nabi ﷺ: "Silakan kalian mengatakan; Engkau datang kepada kami dengan demikian dan demikian." Tidakkah kalian puas manusia membawa kambing dan unta, sedang kalian membawa Nabi ﷺ ke persinggahan kalian? kalaulah bukan karena hijrah, aku pasti menjadi orang Anshar, kalaulah manusia mengarungi sebuah lembah dan lereng, niscaya aku mengarungi lembah dan lereng Anshar. Anshar adalah pakaian luar -maksudnya primer dan utama- sedang manusia lain hanyalah pakaian dalam -maksudnya sekunder, kurang utama- sepeninggalku, akan kalian temui sikap-sikap egoistis dan individualistis, maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku di telaga." (HR. Bukhari)
No comments:
Post a Comment