Sunday, 29 September 2024

Kajian Ahad: Allah Tempat Bersandar // Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah

Kajian Ahad
Allah Tempat Bersandar
Oleh: Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah 
Masjid Baitussalam, Cilandak, Jakarta Selatan
Ahad, 29 September 2024 / 25 Rabiul Awwal 1446

Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar.
Ini adalah salah satu di antara kunci hidup Bahagia. Hidup tenang, tidak ada tekanan, tidak ada kegelisahan. Ini sebab Allah memberikan hidayah dan petunjuk, karunia, kemudahan dari kesulitan yang ada di dalam diri kita.

Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan doa ketika kita berada dalam kondisi gelisah. Hal ini terjadi ketika harapan dan keinginan kita tidak terwujud. Apa yang kita takutkan ternyata bisa terjadi. Doanya adalah:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

"Yaa Allah , semata-mata hanya rahmatMu yang aku harapkan, maka jangan kau biarkan aku mengurus diriku sendiri walau sekejap mata sekalipun, dan perbaikilah segala urusanku, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau”. (HR. Abu Daud No. 5090)

Kandungan Hadits ini adalah:
1. Harapan itu tidak dipanjatkan kecuali hanya kepada Allah. Jangan mengharapkan dunia, karena semua itu akan hilang dan sirna, tapi berharaplah hanya kepada rahmat Allah.

2. Orang hidup banyak pekerjaan yang harus dilakukan, banyak masalah yang dia hadapi, dan banyak musibah yang dialami. Jangan serahkan segala urusan itu kepada diri kita, karena kita adalah makhluk yang LEMAH.

3. Hanya Allah yang bisa mempermudah, memberikan solusi, mengangkat musibah, menghilangkan keburukan pada diriku. Tidak ada yang lain.

4. Kita beribadah hanya kepada Allah.

Riwayat lain menyebutkan:
"Yaa Allah, jika semua urusanku, musibah yang menimpaku, Engkau serahkan kepadaku, berarti Engkau mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan. Aku hanya percaya kepadaMu." (HR. Ahmad)

Faktanya, banyak sebagian dari kita yang merasa dirinya hebat, merasa mampu, seorang tokoh, orang yang memiliki keturunan yang baik. Bisa jadi dia merasa karena memang memiliki sesuatu yang dibanggakan seperti fisik yang kuat dan faktor yang lain sehingga dia merasa hebat.

"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (QS. Al 'Alaq : 6-7)

Ini adalah penyakitnya Iblis, Qarun, dan Firaun.
Ketika Allah memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Adam, Iblis merasa dirinya hebat sehingga ia menolak untuk bersujud. Qarun juga merasa hebat karena telah mendapatkan seluruh hartanya. Sedangkan Firaun mengatakan bahwasanya ia menguasai segalanya. Inilah makhluk yang merasa dirinya hebat. Jangan sampai kita menjadi seperti mereka.

Ketika kita mulai merasa gelisah, maka bacalah doa di atas. Itu merupakan bagian dari tawakkal, yaitu menyandarkan sesuatu kepada Allah.

Syaikh Muhammad Al Utsaimin rahimahullah berkata:
"Tawakkal adalah separuhnya agama. Kita meminta pertolongan kepada Allah dengan berserah diri kepadaNya."

Beliau memahaminya dari Surah Al Fatihah ayat ke-5.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan."

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
"Inilah kesempurnaan ketaatan. Islam kembali kepada ibadah dan tawakkal."

Jika ibadah tidak disertai tawakkal, maka bangunan keimanan akan roboh. Jika tawakkal tanpa ibadah, maka itu adalah kebohongan.

Tawakkal itu isti'anah yaitu meminta pertolongan. Isti'anah terjadi setelah muncul bagian yang pertama, yaitu ibadah. Tawakkal tidak sama dengan pasrah. Pasrah memiliki makna yang negatif.

Imam Abdurrahman As-Sa'di berkata:
"Tawakkal adalah bersandar kepada Allah untuk mendapatkan manfaat dan menghindarkan diri dari keburukan dengan penuh percaya kepada Allah bahwasanya akan terwujud apa yang kita inginkan."

Tawakkal dimulai dari keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya, percaya dan yakin bahwa Allah Maha Mulia, Allah sayang kepada hambaNya, Allah memiliki nama-nama yang mulia.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah membagi tawakkal menjadi 2, yaitu:
1. Tawakkal orang awam
Tawakkal mereka kepada Allah berkaitan dengan perkara yang mubah. Maksudnya adalah perkara yang bersifat duniawi.

2. Tawakkal orang beriman
Tawakkal mereka kepada Allah bukan dalam perkara dunia, melainkan dalam perkara ketaatan kepada Allah. Maksudnya adalah melakukan perintah Allah, yaitu sesuatu yang wajib dan sunnah, dan meninggalkan larangan Allah yaitu sesuatu yang sifatnya maksiat.

Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kita untuk membaca doa:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

"Yaa Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingatMu, bersyukur padaMu, dan memperbagus ibadah padaMu" (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Juga ketika setelah selesai melaksanakan shalat Subuh yaitu membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Yaa Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang thoyyib dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu Majah No. 925)

Tawakkal dalam kaitannya dengan musibah, ketika kita tidak ada rasa tawakkal, maka yang terjadi adalah gelisah, tertekan, dan khawatir. Seperti halnya asuransi. Itu adalah cara untuk menghilangkan rasa tawakkal seseorang kepada Allah.

Kita punya Allah sehingga tidak memerlukan rasa takut kecuali hanya kepadaNya. Jangan seperti orang-orang kafir yang hidupnya dipenuhi rasa takut dan kebingungan ketika mendapatkan musibah seperti sakit atau yang semisalnya.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata tentang iman kepada Allah:
1. Serahkan kepada Allah pilihan kebaikan dan kenikmatan itu. Biarkan Allah yang memilih untuk kita, karena memiliki sifat Rahiim, Rahman, dan nama-nama lain yang mulia. Apapun yang Allah pilih, maka terimalah, tidak perlu disesali dan jangan kecewa, karena itu adalah yang terbaik dari Allah.

2. Menyerahkan segala pengaturan kebaikan dan kenikmatan kepada Allah. Tugas kita adalah beribadah, berbuat baik, dan meninggalkan kemaksiatan. Selebihnya biar Allah yang mengatur semuanya.

Jangan sibuk dengan keburukan orang lain, tapi yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita bisa berbuat baik kepadanya, menasihatinya kalau dia berbuat kesalahan dengan nasihat yang sesuai dengan syariat.

Allah lebih tahu tentang diri kita daripada diri kita sendiri. Allah lebih berkuasa terhadap diri kita daripada diri kita sendiri. Allah Maha Tahu tentang kebaikan dan keburukan bagi diri kita. Maka minta tolonglah kepada Allah. Yakinlah Allah yang mengatur dan mengetahui semuanya.

Jiwa yang tenang atau mutmainah menurut Ibnul Qoyyim rahimahullah adalah:
1. Tidak lelah hati, karena kita serahkan semuanya kepada Allah
2. Tidak merasa sedih, ketika kita ditimpa ujian oleh Allah, karena semua sudah pilihan terbaik dari Allah
3. Tidak akan gelisah dengan hari esok, karena Allah akan menentukan yang terbaik.
4. Hidupnya tidak merasa kesulitan, karena jika ada kesulitan atau musibah, maka itu semua akan cepat hilang.

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa." (QS. Thaha : 132)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang surah ini:
"Kalau tawakkal kita kepada Allah untuk ibadah dan kita terus memohon untuk diteguhkan dalam ibadah, Allah jamin rezeki kita."

No comments:

Post a Comment