Monday, 9 September 2024

Kajian Senin: Bekal Sebelum Kematian // Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah

Kajian Senin
Bekal Sebelum Kematian
Oleh: Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah
Masjid Al Ibadah, Kemang Selatan, Jakarta Selatan
Senin, 9 September 2024

Yang harus kita yakini bersama bahwa setiap makhluk memiliki batas waktu. Begitu pula dengan makhluk yang bernyawa, pasti ada masa hidup dan ada waktunya meninggalkan alam semesta.

Allah Ta'ala berfirman:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran : 85)

Semuanya akan wafat. Orang tua, anak kecil, orang kaya, orang miskin, yang rajin olahraga atau yang tidak rajin, semua akan wafat. Jangan sampai kita tergiur dengan apa yang ada di dunia ini. Sehebat apapun dan seindah apapun dunia ini, pasti akan kita tinggalkan.

Jangan sampai indahnya dunia ini menipu kita. Kita tidak akan membawa semua harta yang dibanggakan selama ini. Yang dibanggakan hanya secarik kain, sama dengan yang lainnya. Tidak ada yang hidup selama. Semua pasti mati, dan kematian tidak menunggu usia.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
"Saya lupa sudah berapa anak yang aku makamkan."

Yang perlu kita pikirkan adalah seperti Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian" (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, An Nasa'i, dan Ahmad)

Mengingat kematian adalah kita tidak pernah nyaman dengan kehidupan, tidak pernah nyaman dengan apa yang ada di dunia. Karena seseorang yang merasa nyaman, pasti dia akan betah di tempat tersebut.

Syahwat adalah minyak, dan ketaatan adalah air. Kalau kita merasa nyaman dengan dunia, maka kita akan dengan setan daripada kita dekat dengan Allah. Ibadah akan sulit dilakukan bagi orang-orang yang seperti ini. Jika orang sadar bahwa besok dia akan mati, maka masjid-masjid tidak akan mampu menampungnya. Mereka lupa dengan kematian.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
“Pernah ada seorang sahabat dari kalangan Anshar datang kepada Nabi Muhammad ﷺ lalu mengucapkan salam pada beliau dan berkata: ‘Ya Rasulullah, orang mukmin seperti apakah yang paling afdhal? Beliau menjawab: ‘Yang paling baik akhlaknya’. Dia lalu bertanya kembali: ‘Lantas siapa mukmin yang paling cerdas? Nabi ﷺ bersabda: ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian, lalu berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkannya, maka merekalah orang-orang yang cerdas“. (HR. Ibnu Majah No. 4259)

Seorang hamba yang mengingat kematian dan menjadikan kematian di benaknya adalah penghancur amalan dengan angan-angan.

Kita harus bisa memilih mana yang boleh kita bawa dan tidak boleh dibawa ketika kematian mendatangi kita. Ingat terus kematian, maka kita akan menjaga perbuatan kita.

"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan." (QS. Maryam : 71)

"Apakah bekal yang aku bawa cukup untuk menghindari neraka seperti yang tertulis di dalam ayat tersebut", kata Abdullah bin Rawahah radhiyallahu 'anhu.

Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu selalu menangis ketika melewati kuburan. Beliau tidak tahu apakah bekal beliau cukup untuk masuk ke dalam surga. Padahal beliau adalah orang yang Allah jamin masuk surga.

Apa yang harus kita siapkan sebelum kita wafat:
1. Kemauan yang kuat untuk berbuat kebaikan, untuk berakhlak mulia.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺ memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ (dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)"

Dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari No. 6416 dan Tirmidzi 2333)

Makna Hadits di atas adalah:
1) Jangan terlalu sering bergaul dengan orang.
2) Jangan banyak mengoleksi barang. Jadilah orang yang zuhud di dunia.
3) Hendaknya kematian selalu berada di benak kita, sehingga kita selalu mempersiapkan diri.
4) Jangan kita panjang angan-angan.
5) Tidak terjebak dengan kenikmatan dunia

Salah satu ulama yang mensyarah kitab Bukhari dan Muslim, Badruddin Al Aini berkata tentang hadist Nabi ﷺ "Hiduplah kita seperti orang asing atau musafir", yaitu:
"Orang asing tidak banyak tahu dengan penduduk asli, agar tidak muncul sifat hasad pada diri kita, karena mata yang melihat orang lain, dan agar tidak muncul sifat kemunafikan."

Manfaatkan masa sehat untuk beramal shalih.
Seseorang yang terbiasa melakukan amal shalih ketika masih sehat, lalu ketika ia sakit, maka ia akan tetap mendapatkan pahala yang biasa ia lakukan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari No. 2996)

Semangat untuk melakukan kebaikan sebelum kematian tiba.
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah." (HR. Muslim No. 2664, Ahmad II/366, 370, dan Ibnu Majah No. 79, 4168)

Imam Nawawi rahimahullah berkata:
"Seorang Mukmin yang kuat adalah dia yang berpikir bagaimana ketika ia mati."

Kita harus semangat untuk membawa sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.

2. Tauhid

Abdullah bin Amir, ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang suka jikalau dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka hendaklah ketika ia didatangi oleh kematiannya dan di waktu itu ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir (hari kiamat), juga hendaklah ia mendatangkan sesuatu -berbuat- kepada seluruh manusia yang sekiranya ia sendiri suka kalau sesuatu tadi didatangkan pada dirinya sendiri yakni berbuat sesuatu kepada orang lain yang ia suka kalau hal itu diperlakukan pula atas dirinya sendiri." (HR. Muslim)

Makna Hadits di atas adalah:
1) Kita bertauhid kepada Allah
Semua yang Allah ciptakan adalah bertujuan untuk mentauhidkan Allah, yaitu tidak akan beribadah kecuali hanya kepada Allah.

2) Menjalankan apa yang Allah dan RasulNya perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah dan RasulNya larang.

3) Berbuat kepada orang lain seperti dia ingin diperlakukan 

3. Istiqomah

Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fussilat : 30)

Kita harus istiqomah di atas Tauhid, dengan amal shalih, dengan mengerjakan kewajiban, dengan melakukan kebaikan.

No comments:

Post a Comment