Kajian Rabu w/ The Rabbaanians
Susah Senang
Oleh: Ustadz Ahmad Rasyid Bazher hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
2 Oktober 2024
Tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari rasa hasad, yaitu merasa susah ketika melihat orang senang dan senang jika melihat orang lain susah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
"Tidak ada jasad manusia yang lepas dari hasad. Akan tetapi orang yang mulia, dia akan menyembunyikan itu. Orang yang jelek akan menampakkan sifat tersebut." (Majmu’ Al Fatawa)
Setiap diri kita berpotensi untuk hasad kepada orang lain. Tidak boleh setiap Muslim merasa aman dari sifat hasad.
Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat Allah yang ada pada orang lain.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
"Hasad adalah benci dan tidak suka terhadap keadaan baik (nikmat) yang ada pada orang yang dia hasadkan." (Majmu’ Al Fatawa)
Perasaan hasad ini muncul dari sesuatu yang sederajat, seperti pedagang yang hasad terhadap sesama pedagang, bahkan ulama pun hasad terhadap ulama.
Hasad yang terjadi pada ahli ilmu itu lebih mengerikan daripada orang yang awam. Perselisihan ulama yang sezaman tidak diambil riwayatnya, karena itu biasanya muncul dari sesuatu yang hasad sehingga tidak obyektif.
Iblis menjadi makhluk terlaknat sampai hati Kiamat karena dosa sombong. Sebelum sombong, Iblis memiliki sifat hasad. Padahal dahulu Iblis adalah hamba yang taat, sampai Allah menciptakan Adam 'alayhissalam. Ketika Allah menciptakan Adam, Iblis hasad kepadanya hingga ia memiliki sifat sombong karena tidak mau bersujud kepada Adam ketika diperintahkan untuk sujud.
Allah Ta'ala berfirman:
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar." (QS. An Nisaa : 54)
Rasulullah ﷺ melarang kita untuk memiliki sifat hasad ini.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Janganlah kalian memutuskan tali persaudaraan, saling berpaling ketika bertemu dan saling membenci serta saling dengki. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah." (HR. Muslim)
Allah Ta'ala berfirman:
"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah : 109)
Kita harus selalu mawas diri dan berhati-hati dari sikap hasad atau dengki ini. Penyebab terbesar seseorang memiliki sifat hasad adalah karena cinta kepada dunia secara berlebihan. Itu akan mematikan hatinya.
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An Nisaa : 32)
Ketika Allah memberikan kenikmatan kepada orang lain, maka jangan sampai kita tidak suka, apalagi benci dengan yang dia miliki. Orang yang merasa aman dari hasad, hakikatnya adalah dia yang paling mudah terkena hasad.
Ada yang bertanya pada Al Hasan Al Bashri rahimahullah, “Apakah orang beriman itu bisa hasad (iri)?”. Beliau berkata, “Tidakkah engkau perhatikan bagaimana kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya?”. Jadi selama hasad itu tidak ditampakkan pada tangan dan lisan, maka itu tidak membahayakanmu.
Selama hasad ada di dalam hati seseorang dan dia tidak melawannya, maka ini berbahaya.
Di antara obat dari hasad adalah:
1. Mengakui dan menyadari bahwa hasad adalah sebuah penyakit akut yang berbahaya.
Kita harus mengakui bahwa hasad adalah penyakit berbahaya yang harus dihilangkan, sehingga kita bisa menghilangkannya. Jika kita diamkan, maka ini akan mematikan hati kita.
Rasulullah ﷺ berkata kepada Aisyah
"Wahai Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku bahwa engkau seperti ini dan seperti ini. Jika engkau memang berlepas diri dari berita itu, maka Allah akan membersihkannya. Dan jika engkau berbuat dosa tersebut, maka bertaubatlah kepada Allah. Karena seorang hamba, ketika dia menyadari dosanya kemudian bertaubat kepada Allah, maka Allah menerima taubatnya." (HR. Bukhari)
2. Memperdalam ilmu agama
Seseorang tidak akan pernah tahu bahwa hasad adalah penyakit yang berbahaya kecuali dia memiliki ilmu. Ketika seseorang ingin mengobati dirinya dari hasad, maka dia harus memiliki ilmu, yaitu:
1. Secara global, maksudnya adalah dia mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah. Disadari atau tidak, orang yang hasad pasti protes kepada Allah.
2. Secara terperinci, maksudnya adalah dia mengetahui bahwa memiliki sifat hasad adalah kotoran dan penyakit yang berbahaya bagi hati.
3. Mempertebal keimanan dan rasa yakin akan takdir Allah
Kalau kita benar-benar sudah tahu dan meyakini takdir Allah, maka hidup kita tenang dan nikmat.
Allah Ta'ala berfirman:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Al Hadid : 22-23)
Apapun hasil yang diberikan Allah kepada diri kita, maka itu adalah yang terbaik untuk kita. Jika kita berjalan di atas muka bumi dengan perasaan ridho kepada takdir Allah, maka hidup kita akan tenang. Maka hendaknya kalo kita mendapatkan cobaan atau ujian dari Allah, kita mengucapkan Qadarullah wa ma sya'a fa'al. Bukan seandainya begini, seandainya begitu.
Allah Ta'ala berfirman:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Bisa jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqarah : 216)
Ketika seseorang tidak menyukai dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, maka hakikatnya dia tidak menerima takdir Allah.
4. Menyadari bahwa hasad tidak akan memberikan keuntungan bagi dirinya.
Jika hasad memiliki keuntungan, maka tentu kita akan bersikap hasad kepada orang lain.
5. Mengingat akibat buruk dari hasad di dunia dan akhirat
Nabi ﷺ bersabda:
"Jauhilah sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud)
"Hasad dan kebencian adalah pisau cukur. Aku tidak mengatakan bahwa mereka mencukur rambut, tetapi mereka mencukur agama." (HR. Tirmidzi No. 2510)
Ghibtoh adalah mengharapkan seperti kenikmatan orang lain dan menginginkan nikmat seseorang itu tidak hilang.
Tidak boleh ghibtoh kecuali kepada 2 orang, yaitu:
1. Seorang hamba yang diberikan harta dan dia gunakan hartanya di jalan Allah.
2. Seorang hamba yang Allah berikan Hikmah ilmu agama, kemudian dia mengamalkan ilmunya tersebut dan mengajarkan kepada orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” (Shahih al-Jami’ No. 3289)
6. Selalu bersyukur dengan nikmat Allah walaupun sedikit
Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278)
Allah Ta'ala berfirman:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)
Jangan pernah mempersempit nikmat Allah hanya dalam perkara materi. Itu bukan kaidah orang yang beriman.
7. Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
"Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (HR. Bukhari No. 6490, Muslim No. 2963)
Jangan sampai terbalik. Bahwa jika masalah akhirat, maka kita harus melihat ke atas dan bersemangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
8. Sering mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya doaa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim)
9. Sering melakukan amal shalih yang bermanfaat
Allah akan menghilangkan sifat hasad di dalam diri seseorang jika dia selalu melakukan amal shalih
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fussilat : 34)
10. Memohon nikmat yang lebih baik kepada Allah
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An Nisaa : 32)
11. Banyak mengingat kematian
Abu Darda radhiyallahu 'anhu berkata:
"Tidaklah seorang hamba sering mengingat kematian kecuali dia akan jarang bersuka ria dan jarang mendengki" (Mausu’ah Ibnu Abid Dunya 5/514)
12. Melakukan hal yang bertolak belakang dengan perbuatan hasad
Ketika setan membisikkan kepada diri kita untuk hasad kepada orang lain, maka kita lawan dengan mendoakan sebanyak-banyaknya untuk orang tersebut.
Doa Memohon Kesucian Jiwa
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَاأَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Yaa Allah, berilah ketaqwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment