Kajian Rabu with The Rabbaanians
Dunia dan Maksiatnya
Oleh: Ustadz Ahmad Rasyid Bazher hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Rabu, 13 November 2024
Allah menciptakan manusia, memasukkan ke dalam hati manusia, fitrahnya cinta kepada dunia.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran : 14)
Ketika Allah menjelaskan tentang dunia, biasanya Allah berikan nasihat pada ujungnya pasti tentang akhirat. Itulah di antara gaya bahasa di dalam Alquran. Jika Allah jelaskan bahwa Allah telah hiasi ke dalam hati manusia cinta kepada dunia dengan berbagai macam contohnya, Allah ingatkan di ujungnya bahwa di sisi Allah pasti tempat kembali yang baik, yaitu akhirat.
Fitrah manusia Allah masukkan ke dalam hatinya cinta kepada dunia, tapi yang berbahaya adalah ketika seorang Muslim cinta kepada dunianya secara berlebihan. Ketika dia lebih mencintai dunianya daripada akhiratnya, maka ini bahaya, akan banyak keburukan yang dia terima.
Ketika Nabi dan para Sahabatnya berperang di perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriyyah di mana yang kita ketahui bahwasanya kaum Muslimin kalah di dalam perang tersebut. Nabi berdarah wajahnya, gigi beliau patah, kepala beliau dipukul berkali-kali oleh Ibnu Qamiah, banyak dari para Sahabat yang gugur di dalam perang itu. Salah satu penyebabnya adalah karena pasukan pemanah yang jumlahnya sekitar 50 orang menyelisihi perintah Nabi yang pada saat itu pasukan pemanah dipimpin oleh Abdullah bin Jubair radhiyallahu 'anhu.
Rasulullah bersabda:
"Meskipun kalian melihat kami disambar burung, janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini sampai aku mengutus utusan kepada kalian. Meskipun kalian melihat kami telah berhasil mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini sampai aku mengutus utusan kepada kalian." (HR. Bukhari)
Namun mereka turun dari tempat tersebut. Allah berfirman:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥٓ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَٰزَعْتُمْ فِى ٱلْأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّنۢ بَعْدِ مَآ أَرَىٰكُم مَّا تُحِبُّونَ ۚ مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۖ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ
"Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman." (QS. Ali Imran : 152)
Sesuatu yang disukai dalam ayat di atas adalah ghanimah atau harta rampasan perang, maka semuanya turun dari bukit Rumat karena merasa sudah menang untuk mengumpulkan ghanimah tersebut, kecuali hanya beberapa orang yang tetap berada di bukit pasukan pemanah tersebut. Kemudian Khalid bin Walid memutar melihat kejadian tersebut lalu kaum Muslimin diserang dari dua arah hingga akhirnya kaum Muslimin kalah dalam perang tersebut.
Dari ayat di atas, Allah menyebutkan bahwa ada dari sebagian Sahabat yang memiliki keinginan dunia di dalam hatinya. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Kalau saja aku boleh bersumpah untuk kembali berbuat baik, sungguh tidak ada di antara kami seseorang yang menginginkan dunia." Hingga turunnya ayat ini, ternyata ada dari sebagian Sahabat yang menginginkan dunia.
"Kalau saja aku boleh bersumpah untuk kembali berbuat baik, sungguh tidak ada di antara kami seseorang yang menginginkan dunia." Hingga turunnya ayat ini, ternyata ada dari sebagian Sahabat yang menginginkan dunia.
Dari pendapat tersebut, kita bisa mengambil pelajaran terhadap para Sahabat Nabi.
1. Sahabat tidak maksum, tidak seperti nabi dan rasul.
2. Kesalahan mereka sudah diampuni oleh Allah
3. Kesalahan mereka kecil dibandingkan jasa mereka terhadap Islam
4. Kewajiban kita untuk menghormati dan memuliakan para Sahabat nabi radhiyallahu 'anhuma ajma'in
Kalau sekelas Sahabat yang iman, taqwa, dan kedekatannya dengan Allah yang luar biasa saja masih bisa terkena fitnah, lalu bagaimana dengan kita? Maka tidak boleh kita merasa aman dari fitnah dunia ini, karena ini sesuatu yang berat.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau (indah). Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim, Ahmad, dan An-Nasa'i)
Maka kita tidak boleh merasa aman dari dunia. Seorang Muslim wajib untuk mengetahui bagaimana ketika seseorang bermuamalah yang benar dengan dunianya.
Rasulullah bersabda:
"Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa
diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk
kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian
sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya
kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (HR. Muslim No. 2961 dan Bukhari No. 6425)
Kalau Nabi takut jika para Sahabat terkena fitnah dunia, lalu bagaimana dengan kita?
Jangan pernah merasa aman dari fitnah dunia. Sangat berat dan sangat bahaya, Apalagi jika seseorang menceburkan dirinya ke dalam fitnah dunia, karena tidak semua orang Allah berikan taufiq untuk keluar dari fitnah tersebut.
Seluruh fitnah, baik itu fitnah syubhat atau fitnah syahwat, maka sudah sepatutnya kita tidak merasa aman darinya. Seorang Mukmin yang sejati di hadapan Allah adalah dia yang selalu merasa khawatir dari bahayanya fitnah dunia.
Rasullah bersabda:
“Yang aku khawatirkan pada kalian bukanlah kemiskinan, namun yang aku khawatirkan adalah saling berbangganya kalian dengan harta” (HR. Ahmad 2: 308)
Kalau kita bicara masalah dunia, manusia tidak akan pernah merasa puas dengannya. Kalau tidak ada agama dan iman, maka sangat berbahaya bagi kita.
Rasulullah bersabda:
“Seandainya
seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua
lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa
puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat
orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari No. 6439 dan Muslim No. 1048)
Keburukan yang manusia dapatkan ketika ia mencintai dunianya secara berlebihan:
1. Mencintai dunia secara berlebihan berarti mengagungkan dunia
Ketika seseorang mencintai dunia secara berlebihan, maka dia sedang mengagungkan atau memuliakan dunianya, baik dia sadar atau tidak menyadarinya. Bukan berarti kita tidak boleh mencari dunia, tapi jangan jadikan dunia sebagai tujuan utama. Jangan jadikan dunia sebagai ambisi terbesar. Jangan jadikan dunia sebagai puncak dari cita-cita kita. Jadikan dunia sebagai jembatan untuk menghubungkan diri kita dengan akhirat. Orang-orang yang mengagungkan sesuatu yang dihinakan oleh Allah itu sangat berbahaya, karena Allah telah menghinakan dunia di dalam Alquran dengan banyak ayatNya.
Imam Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
“Demi Allah aku sangat heran terhadap orang yang tidak menganggap cinta terhadap dunia secara berlebihan sebagai dosa besar. Demi Allah, sesungguhnya cinta dunia termasuk diantara dosa besar yang paling besar. Bukankah semua dosa besar itu tidak lain merupakan percabangan dari cinta dunia? Bukankah berhala-berhala itu disembah dan Allah yang Maha Pengasih dimaksiati tidak lain karena cinta dunia? Maka orang yang tahu, tidak akan kaget dengan hinanya dunia, tidak
akan bersaing mendekatinya, dan tidak akan putus asa karena jauh
darinya." (Kitab Aadaabul Hasanil Bashri, karya Ibnul Jauzi, hal: 66).
2. Allah mengutuk, melaknat, dan memurkai dunia ini
Apakah mungkin bagi seorang Muslim yang beriman kepada Allah, mencintai sesuatu yang dikutuk dan dilaknat oleh Allah?
Rasulullah bersabda:
“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun
terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan
ketaatan kepadaNya, seorang ‘alim (berilmu tentang agama) atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Nabi Adam dan Hawa berbuat durhaka kepada Allah ketika di surga, lalu mereka dihukum oleh Allah dengan menurunkannya ke dunia. Maka, orang yang mengejar dunianya mati-matian, berarti dia hanya mengejar sebuah hukuman, sesuatu yang dikutuk, dilaknat, dan dimurkai oleh Allah.
3. Menjadikan dunia sebagai tujuan dan ambisi terbesar hidup kita
Kalau seseorang cinta kepada Allah dan RasulNya, maka dia akan taat, tunduk dan patuh kepada Allah dan RasulNya.
Imam Ibnu Mubarak berkata:
"Kalaulah
cintamu jujur dan tulus, pastilah engkau akan menaati dirinya, karena
sesungguhnya yang mencinta akan taat kepada yang ia cintai."
Ketika seseorang mencintai dunia secara berlebihan, tanpa dia sadari, dia telah menjadikan dunia sebagai tujuan dan ambisi besar di dalam hidupnya.
Rasulullah berdoa kepada Allah:
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan
Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan
kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang
yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)
Allah Ta'ala berfiman:
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ. أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud : 15-16)
4. Membuat manusia tidak sempat melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk akhiratnya
Manusia tidak sempat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk akhiratnya jika dia mencintai dunia secara berlebihan.
Rasulullah adalah seorang nabi dan rasul, umatnya sangat banyak, khalifah kaum muslimin, pemegang kunci Baitul Maal, panglima perang, dan suami dari 9 orang istri, apalagi di bulan Ramadhan beliau mengkhataman Alquran sebanyak 2 kali, tapi beliau masih sempat belajar agama dengan Malaikat Jibril. Bagaimana dengan kita? Kita tidak memprioritaskan akhirat untuk hidup kita. Karena sesuatu yang kita prioritaskan pasti akan kita dahulukan daripada yang lainnya. Kita hanya memberikan waktu tersisa untuk akhirat, bahkan kita sering tidak memiliki waktu untuk akhirat.
Maka menangislah kepada Allah ketika dalam hidup kita, waktu kita sehari-hari disibukkan dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhirat. Ilmu agama adalah kebutuhan primer dan paling penting dalam hidup kita. Kenapa tidak kita prioritaskan? Tidaklah seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat melainkan dengan ilmu agama.
Para Salafush-shalih sangat mencintai ilmu agama. Mereka memprioritaskan akhirat. Mengesampingkan dunia dan menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.
5. Menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar seseorang
Kita bisa memiliki cita-cita apa saja, seperti menjadi dokter, insinyur, pilot, atau profesi lain; tapi ingat, jangan jadikan semua profesi itu sebagai cita-cita utama. Tidak berguna ketika kita meraih berbagai kesuksesan dunia tapi Allah tidak ridho.
Allah Ta'ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga (Jannah), sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali Imran : 185)
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga (Jannah), sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali Imran : 185)
Standar kebahagiaan dan kesuksesan seorang Muslim adalah ketika kita dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Jadikan cita-cita dunia untuk mendapatkan surga Allah, karena kita hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu." (QS. Adz-Dzariyaat : 56)
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu." (QS. Adz-Dzariyaat : 56)
Inilah tujuan utama kita di dalam hidup. Mau jadi apapun kita, wajib belajar ilmu agama. Kita tidak wajib menjadi seorang ulama atau ustadz, tapi kita wajib belajar ilmu agama. Islam itu saling melengkapi satu sama lain, tapi dari semua profesi satu sama lain, semuanya wajib belajar ilmu agama.
6. Mendapatkan berbagai keburukan di dunia dan akhirat
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
مُحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى
"Pencinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu 1) Kesedihan
(kegelisahan) yang terus-menerus; 2) Keletihan yang berkelanjutan; dan 3) Penyesalan yang tidak pernah berhenti" (Kitab Ighatsatul Lahafan)
Ketika orang lebih mencintai dunianya daripada akhirat, Allah akan memberikan keburukan selain dari 3 hal yang disebutkan di atas.
Begitu banyak kaum Muslimin yang tidak bisa menjawab dan bingung ketika ditanya tujuan hidupnya. Jarang yang bisa menjawab dengan benar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Karena mereka tidak memiliki ilmu disebabkan oleh tidak pernah atau sangat jarang untuk menuntut ilmu agama.
Untuk apa kita membandingkan antara kehidupan dunia dan akhirat? Supaya kita mengetahui
bagaimana hakikat dunia dan akhirat, supaya kita semakin termotivasi
untuk menjadi hamba-hamba akhirat, bukan menjadi budak-budak dunia.
Perbedaan atau perbandingan antara kehidupan dunia dan akhirat.
1. KEHIDUPAN DUNIA SEMENTARA, KEHIDUPAN AKHIRAT KEKAL
Allah Ta'ala berfirman:
وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
"Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al A'laa : 17)
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali Imran : 185)
Mana kenikmatan yang kita pilih? Sesuatu yang sebentar atau sesuatu yang kekal? Orang berakal pasti akan memilih sesuatu yang kekal. Dunia itu sementara, sebanyak apapun usia kita, pasti akan mati. Sedangkan akhirat adalah kekal abadi.
2. KENIKMATAN DUNIA TIDAK SEMPURNA, KENIKMATAN AKHIRAT PARIPURNA
Seluruh kenikmatan dunia hanya sebentar, sementara, dan tidak sempurna.
Rasulullah bersabda:
“Didatangkan
orang yang paling menikmati hidup di dunia dari kalangan penghuni
Neraka, lalu dicelupkan ke dalam Neraka sekali celupan, kemudian
ditanya: ‘Wahai anak Adam, pernahkah engkau melihat kebaikan? Pernahkah
engkau merasakan kenikmatan?’ Maka ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah,
wahai Tuhanku.’ Dan didatangkan pula orang yang paling menderita di
dunia dari kalangan penghuni Surga, lalu dicelupkan ke dalam Surga
sekali celupan, kemudian ditanya: ‘Wahai anak Adam, pernahkah engkau
merasakan penderitaan? Pernahkah engkau mengalami kesulitan?’ Maka ia
menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku, aku tidak pernah merasakan
penderitaan, dan aku tidak pernah melihat kesulitan."
“Dihadirkan salah seorang calon penghuni Neraka yang sewaktu di dunia
adalah orang yang paling banyak mendapat kesenangan. Lantas, ia
dicelupkan ke dalam Neraka, sekali celupan, lalu ditanya: ‘Wahai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat suatu kebaikan? Apakah kamu pernah
merasakan suatu kesenangan?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, tidak pernah,
wahai Rabbku.’ Selanjutnya, dihadirkan salah seorang calon penghuni
Surga yang sewaktu di dunia adalah orang yang paling sengsara. Lantas,
ia dicelupkan ke dalam Surga, sekali celupan, lalu ditanya: ‘Wahai Anak
Adam, apakah kamu pernah melihat kesengsaraan? Apakah kamu pernah
mengalami penderitaan?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, tidak pernah, wahai
Rabbku’. Aku tidak pernah mengalami kesengsaraan dan aku tidak pernah
melihat penderitaan.” (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda,
"Allah Ta'ala berfirman, "Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia." (HR. Bukhari No. 3072 dan Muslim No. 2824)
3. KENIKMATAN DUNIA TIDAK SELALU BISA DINIKMATI, KENIKMATAN AKHIRAT SENANTIASA BISA DINIKMATI
Dunia ini ada masanya dan ada kadarnya.
Contoh: Kita ingin makan buah namun buah itu sedang tidak berada di musimnya, atau makanan yang kita ingin makan tapi kita tidak boleh makan karena mengganggu kesehatan, atau istri yang halal pun ada masih haid dan nifasnya.
Sedangkan akhirat, nikmatnya selalu bisa dinikmati.
مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ أُكُلُهَا دَآئِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ ۖ وَّعُقْبَى ٱلْكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ
"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka." (QS. Ar-Ra'd : 35)
نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ
"Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta." (QS. Fussilat : 31)
4. KENIKMATAN DUNIA DIRAIH DENGAN SUSAH PAYAH, ADAPUN KENIKMATAN AKHIRAT TIDAK DEMIKIAN (KETIKA SUDAH DI SURGA)
Selama di dunia, kita harus susah payah untuk mendapatkan surga. Namun ketika sudah berada di surga, maka kenikmatan di dalam surga Allah bukan seperti kenikmatan di dunia yang harus kita raih dengan susah payah.
Ketika orang ingin mencapai cita-citanya, dari kecil dia harus selalu belajar, namun dia bisa mendapatkannya, bisa juga tidak mendapatkannya. Ketika seseorang di dalam surga, apapun yang dia inginkan bisa dengan mudah dia dapatkan.
"Buah-buahannya dekat" (QS. Al Haqqah : 23)
No comments:
Post a Comment