Saturday, 14 December 2024

Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat // Ustadz Emha Hasan Ayatullah hafizhahullah - Dauroh Syar'iyyah Vol. 2 (Sesi 1)

Dauroh Syar'iyyah Vol. 2
(Sesi 1)
Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat
Oleh: Ustadz Emha Hasan Ayatullah hafizhahullah
Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat
Sabtu, 14 Desember 2024

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Setelah Allah menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril 'alaihissalam ke surga seraya berkata, 'Lihatlah surga dan semua yang Aku siapkan bagi penghuninya di sana.' Jibril pun melihatnya lalu kembali. Dia berkata, 'Demi keagunganMu, tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali akan memasukinya.' Kemudian Allah memerintahkan sehingga surga diliputi oleh perkara-perkara yang tidak disukai, lalu berfirman, 'Pergilah ke sana lalu lihatlah, dan lihatlah semua yang Aku siapkan bagi penghuninya di sana.' Maka Jibril melihatnya, ternyata ia telah diliputi oleh perkara-perkara yang tidak disukai, sehingga dia berkata, 'Demi keagunganMu, sungguh aku khawatir tidak akan ada seorang pun yang memasukinya.' Allah berfirman, 'Pergilah dan lihatlah neraka serta semua yang Aku siapkan bagi penghuninya di sana. Maka Jibril melihatnya. Ternyata ia saling susun satu sama lain, sehingga ia kembali dan berkata, 'Demi keagunganMu, ia tidak akan dimasuki oleh siapa pun.' Kemudian Allah memerintahkan sehingga ia diliputi dengan berbagai syahwat. Lalu berfirman, 'Kembalilah lalu lihat lagi.' Maka Jibril melihatnya, ternyata ia telah diliputi oleh berbagai syahwat, sehingga dia kembali dan berkata, 'Demi keagunganMu, sungguh aku khawatir tidak akan ada seorang pun yang selamat darinya, melainkan akan masuk ke dalamnya'." (HR. Abu Daud)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang berdzikir, mereka berseru: Marilah kalian menuju apa yang kalian cari. Lalu para malaikat itu mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia.” (HR Bukhari)

Ibadah banyak bentuknya, tapi untuk belajar itu tidak mudah. Perbuatan baik dilakukan orang baik dan orang yang tidak baik. Namun hanya orang yang jujur yang mampu meninggalkan larangan Allah.

Seseorang yang tidak paham agama, maka dia akan kebingungan dan gelisah. Kalau ingin sukses, maka kita harus mendekatkan diri kepada Allah.

Dari Abu Musa, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang tidak paham agama, ketika memiliki masalah, dia bukan mencari solusi, tapi justru melakukan sesuatu yang menambah masalah. Tugas kita banyak, terutama untuk mengajarkan diri sendiri dan keluarga dengan kebaikan, yaitu ilmu agama.

"Wahai orang-orang beriman. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At Tahrim : 6)

Setan membuat seorang perempuan yang keluar rumah terlihat menarik. Termasuk membuat perempuan memakai wewangian ketika keluar rumah.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An-Nasa’i No. 5126; Tirmidzi No. 2786; Ahmad, 4: 413)

Belajar agama menjadi harga mati. Seseorang yang ingin sukses, maka dia harus belajar ilmu agama. Tawaran Allah itu mahal, karena tawaran Allah adalah surga.

Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,
"Maksud zuhud di dunia adalah mengosongkan hati dari menyibukkan diri dengan dunia, sehingga orang itu dapat berkonsentrasi untuk mencari (ridha) Allah, mengenalNya, dekat kepadaNya, merasa tenang denganNya, dan rindu menghadapNya.” (Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, 2/198)

Banyak yang terjadi bahwasanya ketika diuji dengan kesabaran, ia bisa sukses. Namun ketika diuji dengan kenikmatan, ia gagal, karena semakin jauh dari agama.

Suatu ketika Fudhail bin Iyadh sempat bertanya kepada Ibnul Mubarak, “Wahai Al Mubarak, engkau telah memerintahkan kepada kami agar berlaku zuhud, menyedikitkan hal-hal duniawi dan merasa cukup. Namun kami melihat engkau membawa barang-barang dari Khurasan ke tanah Makkah. Bagaimana kamu berbuat demikian?”

Ibnul Mubarak menjawab,
"Wahai Abu Ali, sesungguhnya aku melakukan hal itu untuk menjaga diriku, menjaga kehormatanku dan untuk menopangku dalam ketaatan kepada Allah. Aku tidak melihat kebaikan kecuali aku harus melakukannya dengan cepat."

Dengan hartanya Ibnul Mubarak tidak hanya menolong dirinya sendiri, akan tetapi ia senang menolong orang lain.

Ibnul Qayyim menyebutkan,
“Imam Ahmad berkata mengenai zuhud di dunia adalah sedikit angan-angan. Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Ketika mendapatkan sesuatu tidaklah terlalu bergembira. Ketika luput dari sesuatu tidaklah bersedih.” (Madarijus Salikin 2:11)

Rezeki akan mengejar sebagaimana ajal mengejar kita.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu mengejarnya.” (HR Ibnu Hibban)

Orang tidak mau belajar agama, bahkan tidak shalat karena mencari nafkah.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Jika engkau menegakkan shalat, maka rezeki akan datang kepadamu dari arah yang tidak pernah engkau perkirakan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/327)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah No. 2144)

Jabir bin Abdullah bin Samurah radhiyallahu anhu berkata,
“Sebagian penduduk Kufah mengeluhkan Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu anhu kepada Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Umar radhiyallahu anhu pun memberhentikan jabatan Sa’ad radhiyallahu 'anhu dan memilih Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu sebagai penggantinya. Mereka mengeluhkan Sa'ad radhiyallahu 'anhu karena dia tidak bagus dalam shalatnya (dalam riwayat lain mereka mengeluhkan segala sesuatu darinya termasuk shalatnya). Umar radhiyallahu 'anhu mengutus seseorang kepadanya, kemudian sampailah utusan itu kepada Umar bersama. Sa'ad radhiyallahu 'anhu menghadap Umar radhiyallahu 'anhu. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepada Sa'ad radhiyallahu 'anhu, “Wahai Abu Ishak (panggilan Sa'ad radhiyallahu 'anhu ), sesungguhnya penduduk Kufah menganggap engkau tidak bagus dalam shalatmu.” Sa'ad radhiyallahu 'anhu menjawab, "Adapun aku, demi Allah Azza wa Jalla aku shalat dengan mereka, sebagaimana shalat Rasulullah ﷺ dan aku tidak pernah menguranginya sedikitpun. Aku mengerjakan shalat Isya`; aku panjangkan pada rakaat awalnya dan aku pendekkan pada rakaat akhirnya.”

Umar radhiyallahu 'anhu berkata, “Sudah kami duga wahai Abu Ishak .” Kemudian Umar radhiyallahu :anhu menyuruhnya kembali bersama seseorang atau beberapa orang lainnya ke Kufah. Utusan bertanya kepada penduduk Kufah tentang Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu . Tidak ada satu masjid pun yang mereka lewati, kecuali pasti ia bertanya kepada mereka (tentang Sa'ad radhiyallahu 'anhu). Mereka memuji tentang kebaikan-kebaikannya Sa'ad radhiyallahu 'anhu, hingga utusan itu masuk masjid milik Bani Abs. Seseorang yang bernama Usamah bin Qatadah berdiri dan berkata, “Apabila kalian meminta kami untuk berbicara tentang Sa'ad radhiyallahu 'anhu, maka sesungguhnya Sa'ad radhiyallahu 'anhu tidak pernah ikut dalam sariyah (peperangan yang tidak diikuti oleh Rasulullah ﷺ), tidak pernah membagi sama rata dan tidak menetapkan hukum dengan adil.” Ketika mendengar informasi tentang ucapan Usâmah itu, Sa'ad radhiyallahu 'anhu marah sambil berkata, “Demi Allah, aku benar-benar berdoa untuk tiga hal: “Ya Allah Azza wa Jalla jika hambamu ini dusta, berdiri karena riya` atau sum`ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan hadapkanlah dia kepada fitnah/cobaan.” Berkaitan dengan ucapan Sa’ad radhiyallahu 'anhu ini, Abdul Malik bin Umair berkata, “Setiap kali dia (Usamah Bin Qatadah) ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” dia menjawab, “Aku adalah orang tua yang telah terkena terkena doanya Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu .”Abdul Malik menambahkan, “Setelah itu aku melihatnya buta karena tua." (HR. Bukhari)

Ketika seseorang sudah paham agama, dia akan bangga dengan agamanya. Karena di dalam Islam, semuanya sudah dijelaskan dengan lengkap.

No comments:

Post a Comment