Saturday, 14 December 2024

Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat // Ustadz Abdullah Achmad Zawawi hafizhahullah - Dauroh Syar'iyyah Vol. 2 (Sesi 2)

Dauroh Syar'iyyah Vol. 2
(Sesi 2)
Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat
Oleh: Ustadz Abdullah Achmad Zawawi hafizhahullah
Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat
Sabtu, 14 Desember 2024

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat akan meliputi mereka, para Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada di sisiNya." (HR. Muslim)

Jika Allah takdirkan kita ke Majelis Ilmu namun kita tidak mendapatkan ilmu disebabkan mengantuk hingga tertidur di majelis, insyaa Allah kita akan tetap mendapatkan keutamaan berada di majelis ilmu seperti yang disebutkan pada Hadits di atas.

Setiap orang yang beriman diperintahkan hanya untuk mentauhidkan Allah. Lalu bagaimana kita mengimplementasikan Tauhid dalam urusan ekonomi?

Islam, sebagaimana yang kita yakini adalah agama yang lengkap, Allah turunkan demi kemaslahatan seluruh makhluk di muka bumi. Allah mengatur seluruh makhlukNya termasuk dalam urusan ekonomi dan bermasyarakat.

Tauhid adalah meyakini akan keesaan Allah. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma was-Shifat.

3 landasan pokok dalam mentauhidkan Allah 
1. Mentauhidkan Allah dalam Rububiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan Allah.

Allah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberikan sumber daya bagi seluruh makhluk-makhlukNya. Allah pula yang mengatur setiap urusan hamba-hambaNya.

"Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al Fatihah : 2)

2. Mentauhidkan Allah dalam Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah

Allah adalah satu-satunya Dzat yang Berhak untuk disembah.

Ketika ada orang-orang yang menyembah kepada selain Allah, maka apakah sesembahan itu bisa mencipta 

3. Mentauhidkan Allah dalam Asma was-Shifat, yaitu mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat ya.

Di antara nama Allah adalah Ar-Razzaq, yaitu Dzat yang memberikan rezeki. Apakah kita percaya bahwasanya Allah adalah satu-satunya Dzat yang memberikan rezeki? Lalu mengapa kita meminta kepada selain Allah?

Pemahaman kita kepada Asma was-Shifat sangat penting, termasuk dalam perkara ekonomi.

Semakin kuat tauhid seseorang terutama dalam Asma was-Shifat maka akan menjadikan seseorang takut kepada Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al Baqarah : 208)

Ekonomi Syariah
Islam mengajarkan ekonomi, dan yang menjadi panutan seorang Muslim adalah Nabi Muhammad ﷺ. Ekonomi yang diajarkan oleh Nabi ﷺ adalah ekonomi praktis dan yang paling layak digunakan di dalam kehidupan.

Ekonomi dalam Islam sudah ditulis oleh para ulama terdahulu, di antaranya kitab Al Amwal karya Abu Ubayd al-Qasim ibn Sallam.

Ekonomi dalam Islam adalah sistem yang mengatur kegiatan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam.

Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis perilaku individu, dan masyarakat terhadap sumber daya produktif untuk mencapai kesejahteraan dalam kerangka ajaran Islam.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ketika hijrah ke Madinah adalah seorang yang miskin dan mewakafkan dirinya kepada Rasulullah ﷺ, dan akhirnya beliau adalah seorang yang paling banyak meriwayatkan Hadits-hadits Nabi ﷺ.

Agama Islam ini menganjurkan kita menjadi orang kaya, di antaranya ditandai dengan perintah bersedekah dan melarang meminta-minta.

Tujuan Ekonomi Islam
1. Mencapai standar hidup minimum untuk semua masyarakat 
2. Menggapai kekuatan ekonomi
3. Mengurangi ketimpangan pendapatan dan kekayaan antar masyarakat 
4. Mencegah kerusakan di muka bumi

Allah melarang kita untuk menimbun harta.

"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. At-Taubah : 34-35)

Keterkaitan Tauhid dengan Ekonomi
Tauhid dalam ekonomi berarti bahwa setiap aktivitas harus dilandaskan pada prinsip keesaan Allah. Keterkaitan ini nampak dalam karakteristik yang ada pada Sistem Ekonomi Islam, yaitu:
1. Ekonomi Aqidah
Setiap individu dan masyarakat berusaha untuk mencapai penghambaan murni kepada Allah termasuk di bidang ekonomi.

Hal ini dapat dilihat melalui landasan-landasan berikut ini:
- Landasan Tauhid 
- Landasan Istikhlaf, kepemilikan yang Allah berikan secara silih berganti
- Landasan Ganjaran Eskatologis

2. Keseimbangan antara kepentingan publik dengan kepentingan pribadi
Ketika bertindak sebagai konsumen atau produsen untuk mencapai kepentingan pribadinya, individu memerhatikan tiga tujuan berikut:
1. Mencapai kepentingan pribadi yang dihalalkan untuknya
2. Tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat
3. Memerhatikan kepentingan akhirat dalam aktivitas ekonominya.

3. Integrasi antara aspek materi dan aspek rohani

4. Dualitas kepemilikan
Ekonomi Islam berbeda dari sistem ekonomi lainnya dalam pandangannya terhadap kepemilikan dari dua aspek utama:
1. Pemilik sejati adalah Allah
2. Dualitas kepemilikan individu dan kepemilikan umum

5. Kebebasan ekonomi yang terkendali
6. Ekonomi tanpa riba
7. Ekonomi beretika
8. Ekonomi moderat

No comments:

Post a Comment